Malam Mencekam di Pelalawan saat Harimau Sumatera Mulai Berkeliaran

Untuk mengantisipasi konflik manusia dengan si Belang, Polsek berserta instansi lain rutin berpatroli di sekitar daerah perlintasan harimau.

diperbarui 14 Agu 2018, 13:01 WIB
Diterbitkan 14 Agu 2018, 13:01 WIB
Harimau Sumatera
Anak-anak harimau terekam kamera

Pelalawan - Suasana mencekam kembali dirasakan warga sekitar Hutan Suaka Margasatwa (HSM) Kerumutan, Pelalawan ketika malam tiba. Hal ini lantaran harimau dari hutan itu kerap keluar saat gelap. Terlebih lagi ketika makanan di hutan mulai berkurang, sang raja hutan itu akan keluar mencari mangsa dan kembali ke habitatnya.

Untuk itu, Kapolsek Teluk Meranti Iptu Edy Harianto mengimbau masyarakat di Kelurahan Teluk Meranti, Kecamatan Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan agar selalu berhati-hati, apalagi ketika malam. Warga yang memiliki ternak pun terbiasa hanya melepas begitu saja hewan ternaknya tanpa dimasukkan ke dalam kandang.

"Karena ini daerah perlintasannya. Apalagi rumah penduduk yang dekat dengan hutan. Kita selalu mengimbau kepada masyarakat agar berhati-hati," kata Iptu Edy kepada Riauonline.co.id, Senin, 13 Agustus 2018.

Edy mengaku tidak mengatahu jumlah persis harimau yang berhabitat di HSM Kerumutan. Sementara untuk mengantisipasi konflik manusia dengan si Belang, Polsek berserta instansi lain rutin berpatroli di sekitar daerah perlintasan harimau.

Selain itu, dilakukan pula sosialisasi dan pendekatan dengan masyarakat untuk mengurangi aktivitas ketika hari sudah gelap, khususnya bagi petani yang kebunnya bertetangga dengan hutan.

"Memang belum ada laporan terbaru warga yang jumpa harimau. Hanya jejaknya saja yang nampak," tambah Kapolsek Edy.

Namun, Edy bercerita beberapa bulan lalu pihaknya pernah bertemu dengan si Mbah ketika melakukan operasi Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) bersama tim gabungan. Namun, ketika sudah kelihatan dari kejauhan, harimau itu kembali masuk ke hutan dan menghilang. Saat diperiksa jejaknya yang khas kelihatan dan bekas kakinya sebesar lepekan atau piring kecil.

 

* Update Terkini Asian Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di Sini.

 

Baca berita menarik lainnya dari Riauonline.co.id di sini.

Pembaruan Data Harimau

Harimau Sumatera
Harimau Sumatera di Medan Zoo (Liputan6.com / Reza Efendi)

Forum HarimauKita menyebutkan jumlah harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) yang tersisa di lima kawasan konservasi besar Sumatera diperkirakan hanya 400 ekor. Angka itu berdasarkan hasil penelitian dengan metode "Population and Habitat Viability Assessment" (PHVA) pada 1992.

Sebelumnya, pada 2016, metode "Population Viability Asessment" (PVA) memberikan angka optimistis menjadi 600 ekor harimau yang tersebar di 23 bentang alam di Sumatera.

Untuk memperbarui data jumlah dan sebaran harimau sumatera tersebut, Sumatra Wide Tiger Survey (SWTS) akan melakukan survei harimau sepanjang 2018-2019.

Penyusuran akan dilakukan pada 30 bentang alam yang mencakup delapan provinsi di Pulau Sumatera. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Unit Pelaksana Teknis, dan lembaga nonpemerintah serta swasta ikut terlibat dalam kegiatan ini.

Penyelenggara Forum HarumauKita (FHK) Muhammad Yunus menjelaskan bahwa koleksi data dan informasi menjadi bagian penting dari evaluasi kegiatan proteksi maupun penyadartahuan terhadap pelestarian harimau sumatera.

"Informasi yang didapat dari kegiatan ini menjadi salah satu sumber data mengenai populasi harimau sumatera dan data tersebut dapat membantu dalam pengembangan strategi dan rencana aksi harimau sumatera di Indonesia," tambah Yunus.

Meski telah dilindungi baik di lingkup nasional maupun global, ancaman terhadap populasi harimau Sumatera yang dapat hidup mulai dari hutan bakau di pesisir pantai, hutan rawa gambut, hutan dataran rendah hingga hutan pegunungan, terus terjadi.

Menurut Yunus, tantangan yang harus dihadapi untuk menjaga jumlah harimau Sumatera agar tak semakin berkurang, yaitu melawan alih fungsi hutan sebagai habitat harimau, konflik manusia-harimau, perburuan serta perdagangan.

"Adanya buku mengenai 'Protokol Survei Okupansi' yang telah dibuat sebelumnya akan memudahkan kami yang berada di lapangan untuk melakukan kegiatan besar ini," katanya, Senin, 13 Agustus 2018.

Kepala Balai Taman Nasional Way Kambas Subakir mengaku senang dan mendukung kegiatan yang melibatkan banyak lembaga ini. "Adanya buku mengenai 'Protokol Survei Okupansi' yang telah dibuat sebelumnya akan memudahkan kami yang berada di lapangan untuk melakukan kegiatan besar ini," katanya.

 

Simak video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya