Liputan6.com, Gorontalo - Sekilas tak ada yang istimewa dari rumah berwarna putih sederhana di pinggir Danau Limboto. Rupanya, rumah itu adalah salah satu cagar budaya penting di Gorontalo yang merekam jejak Bung Karno, presiden pertama RI.
Saat Liputan6.com menyambangi tempat itu pada Selasa, 14 Agustus 2018, hanya ada sepi. Bahkan, rumah itu pun terkunci.
Dengan halaman yang luas dengan sebuah dermaga di pinggir danau, tempat ini kerap dijadikan tempat wisata ketika hari-hari besar. Contohnya, peringatan HUT RI dan Pesona Danau Limboto.
Advertisement
Di tempat itu, konon Bung Karno menjejakkan kakinya di Gorontalo dengan menggunakan pesawat amfibi. Jejak itu direkam lewat foto lama berukuran besar yang dipajang di bagian dalam museum.
Namun, tak ada keterangan pada foto itu yang memastikan waktu pendaratan Bung Karno di Gorontalo. Satu-satunya petunjuk hanyalah tahun kedatangan sang proklamator yang tertulis di sampul foto hitam putih yang tergantung di salah satu sudut ruangan, yakni pada 1950.
Baca Juga
Museum Pendaratan Soekarno di Danau Limboto, tepatnya di Desa Iluta, Kecamatan Batudaa, sudah lebih dari setengah abad berdiri. Museum itu sempat direnovasi Pemerintah Provinsi Gorontalo dan diresmikan langsung Priseden Megawati Soekarno Putri pada 29 Juni 2002.
Di luar informasi itu, bangunan museum berbentuk kotak itu tidak banyak menggambarkan bagaimana kondisi kedatangan Soekarno kala itu. Selain foto itu, terdapat tiga buah lukisan besar terpampang di dalam ruang.
Salah satunya menggambarkan Bung Karno yang berpidato di rumah dinas wali kota (sekarang rumah dinas Gubernur), dengan keterangan gambar diambil pada 1956. Saat itu, sang Proklamator itu ditemani istri dan Gubernur Sulawesi Utara kala itu.
Â
* Update Terkini Asian Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di Sini.
Â
Dari Dosen hingga Penjaga Museum
Riko Adam (54), warga Iluta, Kecamatan Batudaa yang sudah enam tahun menjaga situs sejarah itu tidak bisa memberikan banyak keterangan. Lelaki paruh baya tersebut tidak mengetahui dengan pasti kejadian saat itu .
"Yang saya ketahui hanyalah tempat ini sudah resmi oleh pemerintah dijadikan museum dan cagar budaya yang telah dibangun sejak 1935, termasuk dermaga sebagai tempat pendaratan Sukarno," ungkapnya.
Harli Lihawa, dosen Universitas Negeri Gorontalo menyatakan ayahnya merupakan salah satu saksi sejarah. Foto-foto kedatangan Sukarno ke Gorontalo kedua kalinya melalui Bandara Jalaludin diperlihatkannya.
Namun, Harli pun tidak bisa menyebutkan tanggal kedatangan Sukarno ke Gorontalo. Ia hanya mengetahui kunjungan itu berlangsung sekitar enam hari untuk mengkampanyekan persatuan Indonesia.
"Kedatangan Sukarno untuk mengkampanyekan kemerdekaan Indonesia, namun tanggal kedatanganya tidak diketahui dengan pasti," kata Harli.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Advertisement