Cerita Pencipta Lagu Kebangsaan Singapura Berdarah Minangkabau

Sejak mengenyam pendidikan setingkat sekolah dasar, pria Minangkabau ini telah memperlihatkan kecintaan dan bakatnya pada dunia seni, khususnya musik.

diperbarui 26 Sep 2018, 05:01 WIB
Diterbitkan 26 Sep 2018, 05:01 WIB
Ilustrasi Singapura
Ilustrasi Singapura (AP/Wong Maye-E)

Padang - Tidak ada yang menduga kalau pencipta lagu kebangsaan negara Singapura "Majulah Singapura" adalah seorang keturunan Minangkabau, bernama Zubir Said. Selain lagu "Majulah Singapura", karya terbesarnya juga lagu resmi hari anak Singapura "Semoga Bahagia".

Informasi yang dihimpun Padangkita.com, Zubir Said lahir di Fort de Kock (Bukittinggi) pada 22 Juli 1907. Dia meninggal di Singapura pada 16 November 1987 saat berusia 80 tahun. Tercatat lebih dari 1.500 lagu pernah dia ciptakan. Selain itu, dia juga melahirkan banyak murid handal, salah satunya penyanyi legendaris dari Malaysia, P. Ramlee.

Dalam catatan dosen dan peneliti dari Universitas Leiden, Suryadi Sunuri, Zubir beradik kakak sebanyak sembilan orang. Dia merupakan anak tertua.

"Ibunya meninggal sewaktu Zubir masih berusia 7 tahun. Bakat musik sudah tampak pada diri Zubir sejak ia masih kanak-kanak. Zubir pintar memainkan berbagai alat musik yang dipelajarinya secara autodidak," dikutip dari catatan Suryadi pada blog pribadinya, beberapa waktu lalu.

Sementara itu, ayahnya Zubir, Muhammad Said merupakan salah satu tokoh adat Minangkabau yang cukup terkemuka. Ayahnya bekerja sebagai kondektur di perusahaan kereta api milik pemerintah kolonial Hindia Belanda.

Sejak mengenyam pendidikan setingkat sekolah dasar, pria Minangkabau ini telah memperlihatkan kecintaan dan bakatnya pada dunia seni, khususnya musik. Saat menginjak sekolah menengah, Zubir bergabung dengan grup keroncong. Dari situ, ia belajar instrumen lainnya, yakni gitar dan drum.

Baca berita menarik lainnya dari Padangkita.com di sini.

Merantau ke Singapura

Zubir Said, Putra Minang Pencipta Lagu Kebangsaan Singapura
Zubir Said. (Padangkita.com/Ist)

Sebelum menekuni secara serius dunia musik, Zubir juga pernah bekerja di sebuah pabrik sebagai pembuat batu bata. Dia juga pernah bekerja sebagai juru ketik.

Pada saat bekerja sebagai juru ketik inilah, dia memiliki waktu kosong yang digunakannya untuk bermain musik. Karena tidak lagi nyaman bekerja sebagai juru ketik, akhirnya dia berhenti dan bergabung dengan grup musik keroncong dan memainkan alat musik biola. Bersama dengan grupnya tersebut, Zubir melanglang buana dari satu tempat ke tempat lain di Sumatera untuk mencari uang.

Pada usia 21 tahun, atau pada tahun 1928 Zubir membulatkan tekad untuk pergi merantau jauh. Zubir akhirnya menetapkan pilihan menuju Singapura. Di Singapura inilah karirnya melesat menjadi salah satu musisi, komposer, pencipta lagu yang sangat mumpuni.

Zubir menikah dengan gadis Jawa bernama Tarminah Kario Wikromo pada tahun 1938. Dia merupakan salah satu penyanyi keroncong. Setelah menikah, Zubir pernah membawa istrinya ke Bukittinggi pada 1941.

Pada 1958, Zubir mengubah lagu dan musik Majulah Singapura sebagai lagu resmi untuk Dewan Kota Singapura, sebelum ia menjadi warga negara Singapura pada 1967. Dengan semangat patriotisme yang besar terhadap Singapura, ia menolak untuk menerima imbalan dari pemerintah atas gubahannya tersebut.

Zubir meninggal dunia saat usia 80 tahun pada 16 November 1987 di Joo Chiat, Singapura. Dia meninggalkan empat anak perempuan dan anak laki-laki. Zubir dianugerahkan sejumlah penghargaan semasa hidupnya dan secara anumerta. Pemerintah Singapura menganugerahkannya penghargaan "Sijil Kemuliaan" pada 16 Maret 1963 atas jasanya menciptakan lagu kebangsaan.

Simak video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya