Waspada, Hujan Gandeng Puting Beliung Bertandang ke Palembang

Untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan saat terjadinya hujan disertai angin langkisau, diperlukan kewaspadaan yang tinggi dengan menghindari berada di sekitar benda-benda atau pohon yang diperkirakan gampang roboh.

oleh Liputan6.com diperbarui 25 Okt 2018, 01:01 WIB
Diterbitkan 25 Okt 2018, 01:01 WIB
Bencana puting beliung atau angin langkisau menerjang empat desa di dua kecamatan Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. 300 rumah rusak. (Foto: Liputan6.com/BPBD BMS/Muhamad Ridlo)
Bencana puting beliung atau angin langkisau menerjang empat desa di dua kecamatan Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. 300 rumah rusak. (Foto: Liputan6.com/BPBD BMS/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Palembang - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika mengimbau masyarakat di Sumatera Selatan pada musim peralihan dari kemarau ke musim hujan sekarang ini agar mewaspadai kemungkinan terjadinya bencana angin langkisau atau yang biasa dikenal puting beliung.

"Angin langkisau yang beberapa hari terakhir melanda sejumlah daerah dalam provinsi setempat diperkirakan masih terus terjadi, dengan kewaspadaan yang tinggi," kata Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Stasiun Klimatologi Kelas I Kenten Palembang Nandang Pangaribowo, di Palembang, Rabu (24/10/2018).

Dia menjelaskan, menghadapi musim peralihan (pancaroba) sekarang ini, selain perlu mewaspadai angin langkisau, masyarakat 17 kabupaten dan kota dalam wilayah Sumsel ini juga perlu meningkatkan kewaspadaan dari ancaman bencana banjir dan tanah longsor.

Untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan saat terjadinya hujan disertai angin langkisau, diperlukan kewaspadaan yang tinggi dengan menghindari berada di sekitar benda-benda atau pohon yang diperkirakan gampang roboh.

Menurut dia, kondisi cuaca ekstrem itu diprediksi akan terus terjadi khususnya di sebagian wilayah Sumsel bagian barat seperti Kota Palembang, Pagaralam, Lubuklinggau, Muratara, Lahat, Musi Banyuasin, Banyuasin, OKU Selatan dan sebagian wilayah Ogan Komering Ilir.

Potensi cuaca ekstrem di beberapa daerah yang memiliki topografi berbeda itu, bisa menimbulkan dan menciptakan terjadinya berbagai ancaman bencana tersebut.

Awan di langit yang awalnya normal akibat perbedaan tekanan udara yang cukup tinggi, bisa saja tiba-tiba berubah menjadi awan gelap dan rendah sehingga menciptakan angin kencang dan gumpalan awan cumulonimbus disertai petir.

"Tumpukan awan badai atau awan cumulonimbus itu berperan besar dalam pembentukan cuaca ekstrem di darat dan di laut karena bisa menimbulkan hujan badai, gelombang tinggi, dan angin langkisau," kata Nandang.

Saksikan video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya