Firasat Sang Ayah yang Anaknya Jadi Korban Tembok Sekolah Roboh

Salah satu korban jiwa tembok sekolah roboh di Pekanbaru, Alharmuhamah Yanita Octavizoli, telah dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Pahlawan Kerja

oleh M Syukur diperbarui 14 Nov 2018, 18:00 WIB
Diterbitkan 14 Nov 2018, 18:00 WIB
Tembok Sekolah Roboh
Salah satu korban jiwa tembok sekolah roboh di Pekanbaru, Alharmuhamah Yanita Octavizoli, telah dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Pahlawan Kerja. (M Syukur/ Liputan6.com)

Liputan6.com, Pekanbaru - Salah satu korban jiwa tembok sekolah roboh di Pekanbaru, Alharmuhamah Yanita Octavizoli, telah dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Pahlawan Kerja di Jalan Kaharuddin Nasution. Para pelajar dan guru SMAN 14 turut mengantar jenazah ke tempat peristirahatan terakhirnya.

Sebelumnya jenazah disalatkan di Masjid Sidratul Muntaha, tak jauh dari rumah duka.

Ayah korban, Jhon Kenedi, kepada Liputan6.com, Rabu (14/11/2018) mengatakan, dirinya tak menyangka keberangkatan Yaya ke sekolah tadi padi merupakan yang terakhir kalinya. Pagi pukul 06.30 WIB itu, Yaya seperti biasa mengantarkan adiknya Rasyad ke SDN 141 karena tak jauh dari rumahnya dari Jalan Abidin.

"Sekalian mengantarkan adiknya, sudah biasa seperti itu," sebut Jhon.

Hingga akhirnya beberapa menit kemudian, datang seorang guru Yaya dan memintanya dirinya segera ke SDN 141 karena ada kejadian. Dalam benaknya Jhon bertanya, apa kejadian yang telah menimpa anaknya, apalagi guru jarang sekali datang ke rumahnya.

"Saya langsung pergi karena jarang dihubungi gurunya, setibanya di sekolah tak menyangka ada kejadian ini," ungkap Jhon.

Jhon belum banyak berbicara karena masih berduka. Apalagi adik Yaya masih berada di rumah sakit dan turut menjadi korban dari tembok sekolah roboh SDN 141.

"Habis ini mau ke rumah sakit, lihat kondisi adiknya," ucap Jhon sambil berlalu.

Wali kelas Yaya, Miskar Wati mengatakan, Yaya merupakan murid yang tidak pernah bermasalah di sekolah. Sejak menjadi wali kelas, Miskar tidak pernah memanggil orangtua Yaya.

"Dia penurut, tidak banyak cerita. Kami sedih sekali, teman-temannya juga sedih karena mendadak," kata Miskar.

Miskar menyebut Yaya sebagai siswa yang pintar. Meski tidak pernah ranking satu hingga tiga, Yaya terbilang pandai karena selalu masuk sepuluh besar.

"Kalau semester inikan belum terima raport, dia siswa yang pandai," kata Miskar.

Sebelum kejadian, Miskar menyebut memang ada perubahan terhadap sikap Yaya. Siswa yang sebelumnya pendiam ini menjadi aktif sewaktu belajar dan selalu menjawab pertanyaan yang diajukan guru.

"Ini mungkin sebagai pertanda bagi kami, jadi setiap pelajaran langsung menyambung dengan cepat," imbuh Miskar.

 

Simak juga video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya