Video Banjir Lumpur di Cilacap Viral, Begini Penjelasan BPBD

Video banjir lumpur berwarna merah beberapa hari belakangan ini membuat heboh jagat maya di Cilacap.

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 27 Feb 2019, 12:00 WIB
Diterbitkan 27 Feb 2019, 12:00 WIB
Banjir lumpur terjadi di jalur utama Bandung-Purwokerto, depan Pasar Cileumeuh, Cimanggu, Cilacap. (Foto: Liputan6.com/BPBD CLP/Muhamad Ridlo)
Banjir lumpur terjadi di jalur utama Bandung-Purwokerto, depan Pasar Cileumeuh, Cimanggu, Cilacap. (Foto: Liputan6.com/BPBD CLP/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Cilacap - Belakangan, jagat maya Cilacap dan sekitarnya dibikin heboh oleh foto dan video mengenai banjir lumpur yang terjadi di jalur utama Bandung-Purwokerto yang mengarah ke Yogyakarta. Nampak puluhan mobil dan sepeda motor berhenti untuk menunggu banjir surut.

Warga setempat pun menonton dari emperan toko pinggir jalan. Sementara, lumpur berwarna kemerahan bergolak di sepanjang mata memandang.

Belakangan diketahui, peristiwa itu terjadi di Pasar Cileumeuh Kecamatan Cimanggu Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, Senin sore, 25 Februari 2019. Banjir lumpur ini sempat membuat macet Jalur Lintas Selatan (JLS) Jawa Tengah.

Soal video viral yang tersebar di media sosial itu, Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Majenang, Edi Sapto Prihono kepada Liputan6.com, Selasa (26/2/2019) membenarkan terjadinya peristiwa itu.

“Iya macet. Tapi begitu surut sudah bisa kembali lewat,” ucapnya.

Jalan raya yang tergenang banjir lumpur mancapai sekitar 200 meter, terhitung dari pasar Cileumeuh sampai Simpang Tiga Cileumeuh. Ketinggian air kisaran 30-50 centimeter.

Akan tetapi, lantaran deras dan pekatnya banjir lumpur, jarang ada kendaraan yang berani melintas, terkecuali mobil berukuran besar seperti truk dan bus besar. Kebanyakan menunggu banjir surut sehingga menyebabkan macet panjang.

Edi Sapto menjelaskan, banjir lumpur yang terjadi di Cileumeuh itu disebabkan melimpasnya air hujan yang turun dari pegununganan. Sisi jalan sebelah utara memang berimpitan dengan perbukitan lahan perhutani. Sementara saluran air tak berfungsi optimal. Padahal, drainase itu baru dibangun. Tetapi, lantaran alirannya yang tak lancar, banjir lumpur justru melimpas langsung ke jalan raya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Langganan Tiap Tahun

Pembersihan banjir lumpur di JLS Jawa Tengah titik Cimanggu, Cilacap dilakukan hingga berjam-jam. (Foto: Liputan6.com/BPBD CLP/Muhamad Ridlo)
Pembersihan banjir lumpur di JLS Jawa Tengah titik Cimanggu, Cilacap dilakukan hingga berjam-jam. (Foto: Liputan6.com/BPBD CLP/Muhamad Ridlo)

Edi Sapto juga menyebut, drainase itu dibuat dengan model penutup beton sebagai jalur pejalan kaki. Nyatanya, penutup ini juga menyebabkan air tak masuk ke dalam saluran air.

Sebenarnya, di dekat Pasar Cileumeuh pun ada sungai cukup besar, yakni Sungai Cikondang dan aliran irigasi induk Cileumeuh. Posisi saluran irigasi berimpitan dengan Pasar Cileumeuh. Adapun Sungai Cikondang, lebih ke barat sekitar 50an meter.

"Itu alirannya ke timur. Jadi mentok karena tidak langsung terbuang ke sungai," ujarnya.

Edi mengungkapkan, banjir di Pasar Cileumeuh telah menjadi langganan tiap musim hujan. Hanya saja, tahun ini banjir lebih kerap terjadi.

Sebabnya, kini perbukitan sisi utara milik Perhutani tengah digarap oleh masyarakat untuk menanam palawija. Kebetulan, saat ini adalah musim panen sehingga tanahnya begitu gembur.

Kondisi ini berbeda ketika perbukitan itu masih dipenuhi pepohonan keras. Kalau pun banjir, kondisinya tak berlumpur seperti saat ini.

"Ada yang panen kacang tanah. Makanya lumpurnya jadi ikut ke jalan," ucapnya.

Paska-banjir surut, bahaya tak lantas berhenti. Bertkubik-kubik lumpur merah teringgal di jalan raya. Jika dibiarkan, maka akan membahayakan pengendara.

Sebab itu, BPBD dan PU PR mengerahkan aloat berat untuk membersihkan lumpur dan material lain yang menumpuk di jalan raya. Pembersihkan dilakukan hingga pukul 21.00 WIB.

"Ini harus diselesaikan oleh semua pihak terkait. Ada PUPR, Perhutani. Karena ini kan sudah menjadi langganan tiap musim hujan," ungkap Edi Sapto menambahkan.

 

Simak juga video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya