Liputan6.com, Tasikmalaya Banjir bandang yang merendam enam kampung di dua desa Kecamatan Sukaratu, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, menyebabkan aktifitas pendidikan lumpuh. Ratusan siswa Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) terpaksa diliburkan akibat banjir.
"Tidak ada korban jiwa meski 10 rumah dalam kondisi rusak," ujar Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Kabupaten Tasikmalaya, Ria Supriana, Kamis (28/3/2019) petang.
Advertisement
Menurutnya, hujan deras yang terjadi sejak siang kemarin menyebabkan lonjakan air cukup signifikan, bahkan tanggul penahan Sungai Cibanjaran sepanjang 3 meter jebol.
Advertisement
"Luapan sungai tersebut membawa material lumpur cukup tebal termasuk tumpukan sampah plastik yang menimbulkan sumbatan," kata dia.
Baca Juga
Akibatnya sebanyak enam kampung yang berada di sepanjang Sungai Cibanjaran ikut terdampak banjir. Total ada 35 rumah penduduk di dua desa yang terendam, termasuk tembok pembatas Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) roboh.
Tercatat puluhan rumah yang berada di Kampung Babakan Kondang, Gayonggong, Cibanjaran, Kikisik, Gunung Balong, dan Kikisik Wetan, Desa Sinagar dan Desa Linggajati, Kecamatan Sukaratu ikut terendam.
Ia menyatakan, selain banyaknya sumbatan sampah, banjir bandang yang menggenangi enam kampung itu diakibatkan aktifitas penggalian pasir Galian C berada di wilayah Sukaratu.
"Jika hujan turun dipastikan luapan air di Sungai Cibanjaran akan meluap kembali," ujarnya.
Selain aktifitas warga yang terganggu, banjir tersebut menyebabkan proses belajar ratusan siswa di Sekolah Dasar (SD) Gunungsari 2 dan SMP Gunung Balong diliburkan.
"Kondisi ruangan kelas sekolah banyak lumpur dan sekarang para petugas berupaya secara gotong-royong membersihkan lokasi itu," kata dia.
Kepala Sekolah Dasar Gunungsari 2, Ai Nendah mengatakan, hujan deras yang telah terjadi sejak kemarin sore, mengakibatkan tujuh ruang kelas sekolah tergenang banjir, dengan ketinggian bervariasi antara 50 centimeter hingga 1,5 meter.
Bahkan ruang kepala termasuk perpusatakaan ikut terdampak banjir. "Kami terpaksa harus meliburkan siswa untuk belajar di rumahnya masing-masing, karena bangunan sekolah tidak bisa digunakan dalam kegiatan belajar mengajar," ujarnya.
Saksikan video pilihan berikut ini: