Pembongkaran di Lahan KAI Jalan Terus Selama Ramadan

Meskipun Ramadan tengah berlangsung, namun progres pembongkaran sejumlah bangunan dalam program reaktivasi kereta api terus dikebut.

oleh Jayadi Supriadin diperbarui 13 Mei 2019, 01:00 WIB
Diterbitkan 13 Mei 2019, 01:00 WIB
Satu alat berat nampak tengah merobohkan bangunan permanen di sekitar Stasiun Garut Kota dalam lanjutan program reaktivasi kereta api
Satu alat berat nampak tengah merobohkan bangunan permanen di sekitar Stasiun Garut Kota dalam lanjutan program reaktivasi kereta api (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Liputan6.com, Jakarta PT Kereta Api Indonesia (KAI) daop Bandung, terus melakukan pembongkaran sejumlah bangunan di Garut, Jawa Barat, yang berdiri di atas area lahan reaktivasi kereta api tahun ini. Meskipun suasa Ramadan, petugas tidak mengendurkan jadwal pembongkaran yang telah ditargetkan pemerintah.

“Kami hanya melaksanakan tugas dari PT KAI,” ujar Leri, salah seorang petugas pembongkaran dari Pemuda Pancasila Garut di lokasi pembongkaran blok Mawar, Ahad (12/5/2019) siang.

Mengenakan topi hitam dan penutup muka karena cuaca dan sengatan sinar matahari yang begitu terik, ia begitu telaten memperhatikan pembongkaran. Pun demikian dengan satu alat berat Komatsu PC 200 yang diterjunkan ke lokasi, nampak tanpa lawan untuk meratakan seluruh bangunan yang berada di bantara rel dekat Stasiun Garut Kota tersebut.

Menurut Leri, sosialisasi pembongkaran telah dilakukan sepekan lalu, sebelum pelaksanaan pembongkaran dilaksanakan mulai Jumat (10/5/2019) lalu. “Jadi tidak ada yang mendadak, dan kami telah meminta mereka mengosongkan bangunan,” ujar dia menerangkan.

Dalam pembongkaran, tidak ada perlawanan sama sekali dari pihak warga terdampak, para petugas bongkar yang diperbantukan dari Pemuda Pancasila Garut itu, nampak leluasa merobohkan satu per satu bangunan yang berdiri di sana. “Alhamdulillah lancar semua sejak Jumat lalu,” kata dia.

Ia berharap, seluruh rencana target pembongkaran yang telah ditetapkan PT KAI bisa berjalan mulus, tanpa ada hambatan dari perlawanan warga. “Mohon maaf ini sekali lagi kami hanya melaksanakan tugas dari program nasional ini,” ujarnya.  

Atikah, salah seorang warga yang menjadi korban pembongkaran hanya bisa pasrah melihat satu per satu bangunan permanen rata dengan tanah. “Saya sebenarnya di blok pasar Mandalagiri, mungkin setelah ini nunggu giliran punya saya,” ujar dia.

Ia mengaku lebih memilih pasrah dan menerima uang kadeudeuh dari perusahaan kereta api milik Negara tersebut, daripada ngeyel melawan program nasional reaktivasi tersebut. “Karena memang saya mengakui itu adalah lahan punya pemerintah juga,” ujarnya pasrah.

Dengan sejumlah pemandangan pembongkaran hari ini, ia berharap bisa segera mencari lahan atau rumah baru untuk bisa segera ditempati bersama tiga anggota keluarganya. “Kalau sudah lihat seperti ya saya harus segera pindahan dulu, jangan sampai mereka bergerak ke arah pasar (Mandalagiri),” kata dia.

 

Berkah Barang Bekas

Beberapa pengepul besi bekas tengah menimbang hasil para pencari besi bekas, di area pembongkaran blok Stasiun Garut Kota
Beberapa pengepul besi bekas tengah menimbang hasil para pencari besi bekas, di area pembongkaran blok Stasiun Garut Kota (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Meskipun sebagian besar warga terdampak reaktivasi tengah berduka, namun tidak halnya dengan Yudi, salah satu pengepul bekas di area pembongkaran, justru tengah bungah. “Alhamdulillah banyak besi bekas dan barang lainnya,” ujar dia.

Sejak hari pertama pembongkaran dilakukan Jumat lalu, ia bersama keluarganya langsung membawa alat timbang duduk untuk mengitung setiap besi bekas yang ditinggalkan dari lokasi pembongkaran. “Satu kilo saya hargai Rp 3000, ” ujarnya.

Adanya pembongkaran bangunan di momen Ramadan, memang laiknya durian runtuh. Selain pasokan besi bekas melimpah, juga harga beli relatif lebih murah. “Ini (besi) bekas (bangunan) orang dan cuma-cuma, jadi saya hargai segitu cukup lah,” ujarnya.

Indra, salah satu pencari besi bekas di lokasi pembongkaran bersykur dengan banyaknya sisa besi bekas yang ditinggalkan pemilik bangunan. “Paling kita hanya siapkan alat palu atau martil besar untuk memecah bekas bahan (bangunan),” kata dia.

Selama tiga hari mengumpulkan besi bekas, ia mengaku mendapatkan barang hingga dua kuintal lebih. “Lumayan buat nambah-nambah lebaran,” ujarnya lega.

Namun meskipun demikian, mencari besi bekas tidaklah mudah-mudah amat, selain harus memiliki tenaga lebih karena membutuhkan perjuangan fisik, juga dibutuhkan ketelitian agar besi yang dikumpulkan tidak diambil orang.

“Namanya juga mencari barang bekas harus berani juga,” ujar dia.

Bersyukur dengan pola saling jaga bersama rekan sejawatnya, besi yang berhasil dikumpulkan cukup banyak dalam tiga hari perjuangannya. “Nanti hasilnya kita bagi rata,” ujarnya.

Ia berharap di tengah masih banyak pembongkaran bangunan, mampu mengumpulkan lebih banyak lagi besi bekas di area pembongkaran selanjutnya. “Semoga saja tidak capek, namanya juga lagi puasa,” ujar dia sambil tersenyum.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya