Ada Pesan di Balik Kebakaran Pabrik Kayu di Cilacap

Warga Cilacap mewaspadai meningkatnya risiko kebakaran lantaran cuaca kering musim kemarau. Terlebih, pada musim kemarau, angin bertiup cukup kencang

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 23 Jun 2019, 14:00 WIB
Diterbitkan 23 Jun 2019, 14:00 WIB
Kebakaran pabrik kayu di Majenang, Cilacap, Jawa Tengah. (Foto: Liputan6.com/BPBD CLP/Muhamad Ridlo)
Kebakaran pabrik kayu di Majenang, Cilacap, Jawa Tengah. (Foto: Liputan6.com/BPBD CLP/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Cilacap - Warga Sindangsari, Kecamatan Majenang, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah heboh bukan kepalang tatkala sebuah pabrik kayu kebakaran, Kamis malam, 20 Juni 2019.

Dalam sekejap, api berkobar dan nyaris menghabiskan seluruh area pabrik.

Rahmat Hidayat adalah orang yang pertama kali mengetahui kebakaran ini. Sekitar pukul 21.00 WIB, ia yang rumahnya tak jauh dari pabrik kayu di Jalan Pramuka, Sindangsari, melintas di depan pabrik.

Di dalam pabrik, ia melihat api sudah menjilat keluar oven. Api itu lantas menjalar cepat ke ruangan produksi yang berisi mesin dan kayu-kayu olahan.

Ia lantas melaporkan kebakaran pabrik kayu ini ke anak pemilik pabrik kayu Dunia Baru, Hendi. Warga yang berdatangan segera berupaya memadamkan api dengan alat seadanya.

Tak berapa lama, satu unit mobil pemadam kebakaran UPT Majenang tiba di lokasi dan menyemburkan air. Disusul kemudian mobil-mobil pemadam kebakaran dari Sidareja, Kota Banjar, Jawa Barat dan Wangon, Banyumas.

Namun, empat mobil pemadam kebakaran itu tak bisa menghentikan amukan api di pabrik kayu ini. Pasalnya, pabrik kayu ini juga penuh dengan bahan mudah terbakar. Selain itu, cuaca juga kering.

"Kalau angin tidak ya. Tapi memang karena kemarau, semuanya kering sehingga mudah terbakar," kata Supriyadi, Plt. Kepala UPT Pemadam Kebakaran Satpol PP, Cilacap Selasa, Jumat.

Supriyadi mengatakan pemadaman baru selesai pada Jumat pagi sekitar pukul 04.30 WIB atau sekitar delapan jam sejak kebakaran diketahui.

Pemadaman kebakaran pabrik terhambat pabrik kayu yang tidak sesuai standar keamanan. Misalnya, tak ada saluran hidran dan penampung air yang mencukupi.

Kebakaran di Musim Kemarau

Kebakaran lahan, di Banyumas, Jawa Tengah, 2018. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Kebakaran lahan, di Banyumas, Jawa Tengah, 2018. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Selain itu, sumber air jauh. Perlu waktu sekitar 20 menit untuk mengisi tangki. Adapun penyemprotan hanya bisa dilakukan sekitar 10 menit, sesuai dengan kapasitas tangki.

"Pemadaman cukup lama, dan melibatkan armada kebakaran Cilacap dua unit, yang berada di Sidareja dan Majenang. Kemudian dibantu armada dari Wangon dan Kota Banjar," dia menjelaskan.

Akibat kebakaran ini ini, pemilik diperkirakan rugi sekitar Rp 1,5 miliar. Puluhan pekerja juga kehilangan pekerjaan.

Seperti dibilang dimuka, salah satu pemicu sekaligus hambatan pemadaman kebakaran pabrik kayu adalah cuaca kering musim kemarau. Kemarau, dinilai meningkatkan faktor pemicu kebakaran di Cilacap.

Hingga Dasarian kedua Juni 2019 ini, sebanyak 43 kebakaran terjadi di Cilacap. Adapun di bulan Juni ini, tercatat ada sembilan kebakaran.

Sekilas lalu, tampaknya tak ada peningkataan signifikan peristiwa kebakaran antara musim hujan Januari-Mei, dengan Juni. Namun, ternyata, dari sembilan kebakaran itu, dua di antaranya adalah kebakaran lahan atau hutan.

Pemicunya diduga adalah kelalaian manusia. Penyebabkan kebakaran sepele, putung rokok yang dibuang dalam keadaan masih menyala membakar ranting dan dedaunan yang kering.

Risiko Musim Kemarau

Pemadaman kebakaran pabrik kayu di Majenang, Cilacap, Jawa Tengah. (Foto: Liputan6.com/Damkar CLP/Muhamad Ridlo)
Pemadaman kebakaran pabrik kayu di Majenang, Cilacap, Jawa Tengah. (Foto: Liputan6.com/Damkar CLP/Muhamad Ridlo)

Karenanya, Supriyadi meminta agar warga Cilacap mewaspadai meningkatnya risiko kebakaran lantaran cuaca kering musim kemarau. Terlebih, pada musim kemarau, angin bertiup cukup kencang.

Secara umum, kebakaran di Cilacap disebabkan oleh korsleting listrk sebanyak 60 persen, akibat tungku, gas bocor atau oven, sebanyak 35 persen, dan akibat kelalaian lain seperti membuang putung rokok, yakni lima persen.

"Artinya faktor pemicu kebakaran bertambah," dia menerangkan.

Dia juga memperingatkan, ada peningkatan yang cukup signifikan jumlah kebakaran dari tahun 2017 ke 2018. Tahun 2017, terjadi 53 kebakaran. Diketahui, pada 2017, cuaca cenderung lembap sepanjang tahun lantaran terjadi musim kemarau basah

Pada 2018 yang kemaraunya lebih panjang terjadi peningkatan jumlah kebakaran lebih dari dua kali lipat. Pada 2018, terjadi 110 kebakaran.

Terkait musim kemarau, Supariyadi menyarankan agar warga melengkapi rumahnya dengan Alat Pemadam Api Ringan (APAR). Memastikan mematikan listrik saat bepergian dalam waktu yang lama.

Kemudian, mengindari percabangan sumber listrik melebihi ketentuan. Mengecek instalasi listrik lebih dari 10 tahun, beralih ke lampu emergency alih-alih menggunakan lilin, dan melepas regulator jika ada bau menyengat.

Kemudian, warga juga diimbau menempatkan bahan berbahaya mudah terbakar di luar rumah atau jauh dari panas. Melepas regulator gas elpiji jika bepergian sekeluarga.

Simak video pilihan berikut:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya