Kronologi Pembubaran Konser Base Jam di Aceh

Base Jam terpaksa menghentikan penampilan mereka saat mengisi acara penutupan Aceh Culinary Festival (ACF) 2019, di Banda Aceh, Minggu 7 Juli 2019.

oleh Rino Abonita diperbarui 09 Jul 2019, 09:30 WIB
Diterbitkan 09 Jul 2019, 09:30 WIB
[Bintang] Eksklusif Base Jam A2
Eksklusif Base Jam (Photographer: Bambang E. Ros/Bintang.com, Digital Imaging: Muhammad Iqbal Nurfajri/Bintang.com)

Liputan6.com, Aceh - Base Jam terpaksa menghentikan penampilan mereka saat mengisi acara penutupan Aceh Culinary Festival (ACF) 2019, di Banda Aceh, Minggu malam, 7 Juli 2019. Pasalnya sekelompok orang datang dan mendesak agar acara dihentikan.

Apa sebenarnya yang menyebabkan massa marah dan beringas? Menurut Ketua Tastafi Kota Banda Aceh, Umar Rafsanjani, kedatangan ormas tersebut karena pihak panitia dinilai ingkar janji.

Base Jam telah ditolak jauh hari, kata dia. Puncaknya materi poster Base Jam yang disebar panitia ACF dianggap menodai nilai-nilai keislaman dan mencoreng citra Masjid Raya Baiturrahman, yaitu selain karena salah seorang personel wanita tidak menutup aurat, posisi gambar masjid ditaruh di bawah.

Desain poster tersebut dibuat tim kreatif Generasi Pesona Indonesia (GenPI) di bawah Kementerian Parawisata (Kemenpar) Republik Indonesia. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh mengambi sikap menarik poster tersebut dari peredaran.

Ihwal poster pun selesai. Dalam pertemuan antara kelompok yang kontra dengan dinas terkait, diputuskan kalau Base Jam hanya boleh bernyanyi tiga lagu, terutama lagu daerah dan religi.

"Udah enggak sesuai janjilah, kita sudah mundur memberikan keringanan mereka untuk tampil. Nyatanya di lapangan tidak seperti itu. Kita lihat di lapangan memang konser. Joget-joget. Langsung terpancing, kan," jelas Umar kepada Liputan6.com, Senin (8/7/2019).

Sementara itu, Manajer Event Organizer (EO), Wan Windi Lestari mengatakan, benar Base Jam diizinkan tampil dengan syarat hanya membawakan 3 buah lagu saja. Kesepakatan ini terjadi antara pihak ormas dengan Disparbud Aceh.

"Satu lagu Aceh, religi, dan satu lagi sendiri. Yang ditampilkan tadi malam, itu, kan sequence namanya. Untuk opener, di medley antara Bungong Jeumpa dengan lagu Base Jam. Itu hitungannya dalam lagu, satu lagu. Medley. Kemudian masuk lagu kedua, Bukan Pujangga," jelas Indi, panggilan akrabnya, kepada Liputan6.com, Senin (8/7/2019).

Saat Base Jam sedang memainkan Bukan Pujangga, massa mulai merangsek dan mendekati audio mixer sehingga terjadi kericuhan. Menurut Indi, sebenarnya, Base Jam telah menyiapkan lagu ketiga, atau pun lagu terakhir sesuai kesepakatan.

"Pengertian partitur Base Jam dengan massa itu tidak nyambung. Karena kami tidak dilibatkan ketika bernegosiasi. Mereka merasa itu baru lagu kedua. Kenapa massa sudah ricuh," ujar Indi.

Band yang lahir pada 90-an itu tidak sempat menyanyikan lagu religi dan memilih menghentikan penampilan mereka lalu beranjak dari lokasi.

 

Simak juga video pilihan berikut ini:

Tanggapan Base Jam

Gitaris Base Jam, Ardi 'Aris' Isnandar mengaku, ia dan rekan-rekannya menyayangkan insiden tersebut. Ia berharap, kelak Base Jam bisa manggung di Serambi Makkah dengan situasi yang lebih hangat dan akrab.

"Kita berterima kasih pada pemprov, penyelenggara dan masyarakat Aceh yang sudah menerima kami, walau pun ada pihak-pihak yang kurang berkenan," kata manajemen grup band pelantun Bukan Pujangga itu.

Sebagai catatan, Five Minutes akan menjadi 'hidangan' penutup pada acara Aceh Police Expo III yang digelar oleh Polda Aceh di Lapangan Blang, 8-13 Juli 2019. Lantas, apa tanggapan ormas terkait?

Masih dengan Umar. Ia mengaku pihaknya akan melakukan rapat dan melakukan audiensi dengan panitia kegiatan.

"Memberikan masukan, kan, teguran kepada panitia bahwa memang kurang etis-lah," kata Umar.

 

 

    

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya