Liputan6.com, Banjarnegara - Ada kejadian tak biasa di Banjarnegara, Jawa Tengah. Seekor celeng alias babi hutan naik ke atap rumah warga.
Sepintas lalu, kisah ini sepertinya muskil terjadi. Bagaimana mungkin, mamalia hutan tak bersayap ini bisa sampai ke atap rumah?
Kalisat, adalah sebuah desa di pegunungan dengan kontur tanah berbukit. Beberapa rumah warga berada di tebing. Mereka meratakan area yang hendak dibangun tempat tinggal. Karenanya, atap rumah bisa jadi berada di bawah tebing.
Advertisement
Baca Juga
Seekor babi hutan yang cukup besar masuk ke permukiman di Desa Kalisat, Kecamatan Kalibening. Babi hutan itu sebelumnya berada di tebing atas atap rumah.
Jelasnya, di daerah baru, babi hutan tak memiliki jalur migrasi atau jalur makanan. Kemungkinan, ia tersesat sehingga salah memilih jalan. Bukannya berjalan di tanah, babi hutan ini justru meloncat dan berjalan di atap rumah warga.
Fenomena unik ini lantas tertangkap kamera warga. Bisa ditebak, sebentar kemudian, aksi babi hutan di atap rumah rumah warga itu viral di berbagai linimassa.
Kepala Seksi Ketenteraman dan Ketertiban Umum (Trantibum) Kecamatan Kalibening, Kodim mengatakan peristiwa itu terjadi pada Senin, 15 Juli 2019 . Babi hutan itu meloncat ke atap rumah seorang warga bernama Arjono.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Dampak Kemarau Panjang ke Habitat Satwa
Rumah Arjono, berada di bawah tebing. Mungkin saja, babi hutan mengira bahwa atap rumah warga itu jalan biasa.
"Tiba-tiba ada babi dari hutan langsung ke perumahan warga dan naik ke atap rumah Arjono," katanya, Rabu, 17 Juli 2019.
Meski cukup meresahkan warga, tetapi tak ada laporan kerugian pascakejadian ini. Babi hutan ini tak merusak atau menyerang warga.
Bahkan, sebelumnya, pada Februari 2019, babi hutan menyerang seorang warga Sirukun RT 01/1, Kecamatan Kalibening, Banjarnegara, Marsono (63). Nahas, Marsono terluka parah dan akhirnya meninggal dunia.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banjarnegara, Arif Rachman mengatakan, kemarau tak hanya berdampak kepada manusia. Hutan belantara yang menjadi habitat beragam satwa pun terdampak.
Ada pula kemungkinan kompetisi memperebutkan makanan yang menipis. Saat salah satu babi tersingkir, pilihannya adalah turun ke luar kawasan hutan.
Pertengahan Juli 2019, Banjarnegara, sebagaimana wilayah lainnya terdampak kemarau panjang. Kekeringan hingga krisis air bersih terjadi di wilayah ini. Dampak kemarau panjang juga berdampak ke hutan yang merupakan habitat satwa liar.
Ada kemungkinan, satwa akan turun mencari sumber air atau makanan. Karenanya, Airf mengimbau agar warga mewaspadai kemungkinan pertemuan dengan satwa liar, terutama di kawasan yang berdekatan dengan hutan.
“Kalau makanan habis ya bisa keluar dari hutan,” ucap Arif.
Advertisement