Ratusan Hektare Sawah di Kepulauan Babel Terancam Gagal Panen

Sulitnya mendapat pasokan air di musim kemarau mengakibatkan 380 hektare padi di Kepulauan Bangka Belitung terancam gagal panen.

oleh Liputan6.com diperbarui 05 Agu 2019, 22:00 WIB
Diterbitkan 05 Agu 2019, 22:00 WIB
Petani di Bekasi Gagal Panen
Petani menyelamatkan tanaman padinya dari kegagalan panen akibat musim kemarau di Ridogalih, Cibarusah, Bekasi, Minggu (7/7/2019). Ratusan hektare sawah gagal panen di wilayah Bekasi hingga membuat para petani merugi sampai miliaran rupiah. (merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Babel - Sulitnya mendapat pasokan air di musim kemarau mengakibatkan 380 hektare padi di Kepulauan Bangka Belitung terancam gagal panen. 

Analisis Pasar Hasil Pertanian Dinas Pertanian Provinsi Kepulauan Babel, Intan Fortuna mengatakan, sebanyak 380 hektare tanaman padi sawah terancam gagal panen tersebut tersebar di Kabupaten Belitung Timur seluas 140 hektare dan Bangka Selatan 240 hektare.

Namun, kata dia, ketersediaan air untuk pertanian sawah di di Kabupaten Bangka, Bangka Barat, Bangka Tengah, dan Belitung masih mencukupi untuk mendukung pertumbuhan tanaman tersebut.

"Dua kabupaten ini terancam gagal panen, karena petani di daerah itu sudah terbiasa menanam dua kali setahun, sementara kabupaten lainnya masih sekali setahun," katanya seperti dikutip Antara, Senin (5/8/2019).

Dia mengatakan, kondisi panas yang cukup ekstrem tahun ini membuat sumber air untuk pertanian padi di Kabupaten Bangka Selatan dan Belitung sudah mulai mengering.

"Kita sudah menyalurkan mesin air dan membangun embung, namun masalahnya air untuk tanaman tersebut sudah mengering," ujarnya.

Ia menambahkan apabila 380 hektare padi sawah itu gagal panen, tentu akan memengaruhi produksi padi dan beras petani yang berkurang dibandingkan dengan tahun sebelumnya sehingga tingkat ketergantungan beras dari luar daerah akan semakin tinggi.

"Saat ini untuk memenuhi kebutuhan beras masyarakat, kita masih mengandalkan pasokan dari luar daerah. Sekitar 80 persen beras masih didatangkan dari Pulau Jawa, Sumatera, dan daerah sentra produksi lainnya untuk memenuhi konsumsi masyarakat," katanya.

Simak juga video pilihan berikut ini:

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya