Dugaan Penyebab Kasus Ratusan Siswa Bawa Bakteri Difteri di Malang

Imunisasi difteri untuk anak-anak di Kota Malang tidak pernah mampu mencapai target.

oleh Zainul Arifin diperbarui 25 Okt 2019, 10:00 WIB
Diterbitkan 25 Okt 2019, 10:00 WIB
Imunisasi Tidak Lengkap Picu Kasus Siswa Bawa Bakteri Difteri di Malang
Memakai masker jadi salah satu cara mencegah penularan bakteri difteri. Namun imunisasi dasar lengkap dinilai sangat ampuh melindungi kekebalan tubuh dari bakteri difteri (Liputan6.com/Zainul Arifin)

Liputan6.com, Malang - Sebagian besar anak di Kota Malang belum mendapat imunisasi dasar lengkap (IDL) berkelanjutan, di antaranya imunisasi difteri. Itu jadi salah satu penyebab ratusan siswa dinyatakan positif carrier atau sehat tapi membawa bakteri difteri.

Dinas Kesehatan dan puskesmas setempat sudah menggelar penyelidikan epidemologi difteri di salah satu Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) dan SMA Negeri di Kota Malang. Termasuk cek status imunisasi difteri ratusan siswa positif carrier di dua sekolah tersebut.

"Setelah kami teliti mereka memang sudah pernah imunisasi, tapi belum lengkap," kata Husnul Muarif, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kota Malang, Kamis, 25 Oktober 2019.

Imunisasi dasar lengkap untuk anak terdiri dari imunisasi Hepatitis B (HB), imunisasi tuberkulosis (BCG), imunisasi Difteri, Pertusis, Tetanus, Hepatitis B, serta Pneumonia (DPT-HB-Hib), imunisasi Polio serta imunisasi Campak (MR).

Jumlah pemberian imunisasi masing–masing berbeda serta menyesuaikan usia anak. Khusus untuk imunisasi difteri diberikan tiga kali saat anak berusia di bawah 1 tahun. Imunisasi lanjutan diberikan lagi pada usia 18 bulan. Serta saat anak kelas 1, 2, dan 5 sekolah dasar.

"Selama di sekolah dasar itu minimal tujuh kali imunisasi tambahan. Itu program pemerintah," kata Husnul.

Dia mengatakan, pemberian imunisasi dasar lengkap dan lanjutan termasuk imunisasi difteri ke anak-anak di Kota Malang hanya mencapai 88-90 persen. Tidak bisa mencapai target yang ditetapkan pemerintah minimal 95 persen.

"Saya tidak hafal data berapa seharusnya anak yang diimunisasi, yang jelas tidak memenuhi target. Jadi kekebalan kelompok belum tercapai," papar Husnul.

Imunisasi Lanjutan

Imunisasi Tidak Lengkap Picu Kasus Siswa Bawa Bakteri Difteri di Malang
Seorang siswi SMA di Kota Malang memakai masker untuk mencegah penularan bakteri difteri (Liputan6.com/Zainul Arifin)

Carrier difteri merupakan sebuah kondisi seseorang yang tampak sehat tapi membawa bakteri difteri karena kekebalan tubuhnya rendah. Harus segera ditangani agar tidak menjadi positif difteri dan menularkan ke orang lain yang juga tidak memiliki kekebalan.

Mereka yang tidak pernah imunisasi atau tidak lengkap imunisasinya rentan terpapar bakteri itu. Sebanyak 212 siswa dan 15 guru di MIN, serta 42 siswa dan 20 guru SMA Negeri di Kota Malang itu dinyatakan positif carrier.

"Belum ada positif difteri, hanya dinyatakan membawa bakteri. Sudah diberi pengobatan sesuai prosedur. Untuk pencegahan sementara pakai masker," kata Husnul Muarif.

Data Dinas Kesehatan Kota Malang untuk kasus positif difteri, pada 2009 ada 39 kasus dengan seorang penderita meninggal dunia. Pada 2010 ada 65 kasus, 2011 ada 42 kasus, 2012 dan 2013 ditemukan 32 kasus, 2014 ada 22 kasus.

Pada 2015, ada 17 kasus dengan seorang meninggal dunia. Ada 31 kasus dan dua orang meninggal dunia pada 2016. Pada 2017 ada 17 kasus difteri dan pada 2018 terdapat 21 kasus. Sedangkan pada 2019 ini sampai September lalu tercatat ada 9 kasus positif difteri.

Kepala Dinas Kesehatan Jawa Timur, Kohar Hari Santoso menegaskan, meski membawa bakteri tapi tidak ada satu pun dari ratusan siswa dari dua sekolah itu yang positif difteri. Namun mereka tetap diberi pengobatan serta imunisasi.

"Demi membasmi dan mencegah penularan bakteri. Selain itu akan ada program imunisasi ulang," kata Kohar dalam siaran pers.

Imunisasi akan diberikan pada anak di bawah 2 tahun, anak sekolah kelas 1, 2 dan 5 sekolah dasar atau sederajat serta wanita usia subur termasuk calon pengantin. Khusus di Kota Malang pada November mendatang bakal digelar Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS).

"Orangtua harus mengizinkan dan mengikutsertakan anaknya dalam kegiatan imunisasi itu," ujar Kohar.

Kasus difteri di Jawa Timur sendiri selama 2019 ini ada 304 kasus tersebar di 38 kota/kabupaten dengan 11 di antaranya positif toxigenik. Dari seluruh kasus itu, ada 2 orang meninggal dunia.

 

Simak video pilihan berikut ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya