Liputan6.com, Makassar - Mari berkisah tentang pemuda pemudi hebat negeri ini. Ini tentang yang dilakukan orang sebagai edukasi pelestarian dan advokasi lingkungan hidup.
Salah satunya adalah keberadaan limbah plastik kian jadi masalah. Beragam ide dan cara mendaur ulang menjadi hal berguna. Di kota Makassar, Sulawesi Selatan.
Adalah aktivis lingkungan cilik bernama Andi Nisfatil Aira yang akrab disapa Aira. Ia adalah sosok pemudi atau malah masih remaja yang mencoba mengurus hal-hal yang tak pernah diurus. Menjadikan limbah plastik sekali pakai dijadikan bata ramah lingkungan.
Advertisement
Usianya baru 10 tahun, duduk di bangku kelas lima SD Negeri Patompo. Sebelum didapuk sebagai Ambasador Zero Waste Makassar International Writers Festival (MIWF) ke-IX Juni lalu, dan meraih penghargaan "Inspiring Others to Strive for Tobacco Control" dari Fakultas Kedokteran Unhas. Sungguh pemudi keren yang masih bocah.
Baca Juga
Andi Nisfatul Aira, putri bungsu pasangan Achmad-Indrawati Abdi, warga Jalan Cendrawasih III Kompleks Patompo, Kecamatan Mariso ini sangat tekun membuat Ecobick. Bata ramah lingkungan yang terbuat dari botol kemasan plastik yang diisi plastik warna-warni sekali pakai yang sudah di gunting-gunting. Sumber limbah plastiknya, datang dari usaha laundri yang jaraknya tak jauh dari rumah Aira di jalan Cendrawasih III, Kompleks Patompo.
"Tiap pagi kalau sekolah Aira masuk siang. Pasti diminta oleh ibu (Indrawati Abdi) ambil plastik sekali pakai yang terbuang di laundry. Kondisinya bersih, dan sisa gunting-gunting lalu dibuat ecobrick," kata Aira kepada Liputan6.com Kamis (24/10/2019).
Dan sejak TK, Aira sudah ikut program diet kantong plastik. Bukan sampah plastik karena plastik sekali pakai atau sisa kemasan makanan ringan itu harus diolah sebelum jadi sampah dan berujung ke tempat pembuangan akhir (TPA). Pandangan hidupnya simpel, pemuda harus bermanfaat bagi lingkungannya.
Sesekali Membolos
Kesibukan Indrawati Abdi, aktivis lingkungan juga yang menjadi trainer Global Ecobrick Alliance (GEA), Aira ikut dalam kegiatan workshop ecobrick. Bahkan kini Aira sudah menjalani training of trainer ecobrick.
Sejak usia dini Aira sudah biasa ikut kegiatan ayah dan ibunya. Penghijauan hingga workshop ecobrick. Mulai gunung, hulu sungai, laut, kantor desa hingga kampus perguruan tinggi di Makassar, Aira pasti minta ikut.
"Sesekali ijin tak ikut belajar di sekolahnya," kata Indrawati Abdi.
Indrawati Abdi bercerita bahwa ia dan Aira sangat bosan mendengar berita akibat polusi plastik. Baginya yang terpenting adalah menyebarkan gagasan inti, prinsip, dan penggunaan istilah yang tepat tentang ecobrick. Dan komunitas Makassar Ecobrick saat ini masih fokus dengan kreasi-kreasi di rumah berukuran kecil, sekolah, dan komunitas.
"Sesungguhnya ecobrick adalah salah satu solusi. Polusi jadi solusi harus jadi paradigma baru. Kami siap membantu menyiarkan penyebaran yang menggairahkan serta inovasi-inovasi kreatif dalam gerakan ecobrick," kata Indrawati Abdi memungkasi.
Simak video pilihan berikut:
Advertisement