Liputan6.com, Cilacap - Nama Dusun Bondan, Desa Ujungalang, Kecamatan Kampung Laut, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah nyaris tak terdengar. Hanya angin dan matahari yang singgah rutin di kampung terpencil di tengah Laguna Segara Anakan ini.
Tetapi siapa menyangka, bayu dan surya itu menjadi berkah bagi warga. Warga Bondan kini mendapat pasokan listrik dari dua energi terbarukan dan kekal ini.
Instalasi kincir angin dan panel surya memastikan pasokan listrik untuk dusun yang ditinggali oleh sekitar 80 keluarga ini. Dari 24 unit alat, sebagian warga sudah menikmati listrik untuk kegiatan produktif.
Advertisement
Siang itu, Aming (29 th) nampak sigap memeriksa wadah-wadah pemeliharaan kepiting Bakau di tambak yang dikelola. Kini ia bisa tersenyum semringah. Di luar pendapatannya mencari ikan, pria asal Karawang bisa berharap tambahan penghasilan dari tambak yang dikelola secara komunal.
Baca Juga
Sebelum pemanfaatan energi terbarukan dimanfaatkan di dusun ini, ia adalah nelayan perairan Laguna Segara Anakan. Bertambah hari, jumlah ikan semakin menipis lantaran rusaknya ekosistem. Imbasnya, penghasilannya pun menurun drastis.
Lantas, Aming pun menjadi pengelola tambak. Bukannya untung dan beranjak sejahtera, saat itu Aming justru buntung.
Ketiadaan listrik saat itu menyebabkannya tak bisa menggunakan berbagai peralatan wajib yang menggunakan energi listrik. Aming pun gulung tikar.
“Kalau sekarang sudah lebih baik. Karena kita sekarang juga bisa menyimpan ikan hasil tangkapan di freezer. Kemudian ada bimbingan teknologi dan bantuan peralatan dari Pertamina sehingga hasil tambaknya meningkat,” ucap Aming, Kamis, 24 Oktober 2019.
Sama dengan Aming yang menjadi kini menjadi petambak, pemanfaatan energi terbarukan itu juga membuat Ida Rosita dan Itin Ratnasari lebih produktif.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Energi Terbarukan Picu Lahirnya Usaha Produktif
Mata pencaharian mereka semula adalah mencari kerang sungai payau, Thoe. Ida, Titin dan rekan lainnya memproduksi beragam olahan ikan berbahan dasar ikan dan udang.
Kedua ibu berusia muda ini bahu membahu membangun bisnis, meski dari skala yang kecil. Tiap bulan, omzetnya masih kisaran Rp 2,5 juta.
“Pemasarannya kan dekat-dekat sini saja, paling di Cilacap, dititipkan warung. Ke Kawunganten juga sudah mulai. Ya berkembang lah,” ucap Ida.
Ida mengungkapkan, sebelum ada pemanfaatan energi terbarukan berupa pembangkit listrik tenaga surya dan angin, warga tak bisa membuat kerajinan apapun. Pasalnya, sebagian peralatan butuh suplai listrik. Akibatnya, sebagian warga hanya bermata pencaharian sebagai pencari ikan, kepiting, kerang, dan udang.
“Ya sudah ada tambahan penghasilan. Kalau mencari kerangnya masih. Tapi sekarang dijual dalam betuk olahan,” dia mengungkapkan.
Letak Dusun Bondan memang benar-benar terpisah dari perkampungan lainnya. Meski berada di Desa Ujungalang, Bondan seolah berada di dimensi berbeda.
Sebab itu, ketika wilayah empat desa di Kecamatan Kampung Laut teraliri listrik PLN, warga Bondan masih setia menggunakan sentir alias lampu minyak dan lilin. Listrik PLN begitu jauh dari angan-angan mereka.
Advertisement
Program Pembangkit Listrik Tenaga Angin dan Surya
Sebab, untuk mengalirkan listrik dari Ujungalang, misalnya, butuh bentangan saluran listrik sepanjang tujuh kilometer dengan medan berat. Kabel itu mesti melewati sungai-sungai dan hutan hutan mangrove yang bertanah labil.
“Nggak bisa, kalau ke Cilacap lebih jauh, ada 20 kilometer,” ucap Apudin, warga Bondan lainnya.
Bukan warga Bondan namanya jika menyerah. Warga lantas memanfaatkan mesin genset untuk mengakali jauhnya sumber listrik.
Tetapi, lantaran dayanya yang terbatas, genset pun tak optimal menopang kebutuhan listrik warga. Tanpa listrik memadai, warga Dusun Bondan tak berkutik. Mereka tak mampu menjadi msyarakat produktif.
Harapan warga lantas menjadi kenyataan tiga tahun lalu. Pertamina menghadirkan program Energi Mandiri Tenaga Surya dan Angin (Emas Bayu) dan Energi Mandiri Tambak Ikan (Embak Mina) di kampung ini.
Manajer Unit Komunikasi, Hubungan Masyarakat dan CSR Refinery Unit (RU) IV Cilacap, Laode Syarifuddin Mursali mengatakan, fasilitas dengan teknologi Hybrid yang merupakan perpaduan antara panel surya dan kincir angin ini merupakan upaya Pertamina menghadirkan energi terbarukan.
Harapannya, dengan kecukupan energi itu kesejahteraan masyarakat Bondan yang merupakan wilayah desa tertinggal bisa meningkat. Masyarakat di dusun tersebut sebelumnya hidup dalam kegelapan di malam hari karena wilayahnya tidak teraliri listrik.
“Pada tahun 2017, setelah melakukan pengkajian dan pendataan, Pertamina kemudian melakukan pembangunan instalasi 5 kincir dan 24 panel surya. Tujuannya agar masyarakat di dusun tersebut dan sekitarnya bisa mendapatkan energi untuk penerangan kehidupan mereka,” kata Laode.
Pendapatan Warga Naik 50 Persen
Pada tahun 2018 bantuan tersebut telah secara resmi diserahterimakan kepada masyarakat Dusun Bondan. Dia bilang, pembangkit listrik yang dibangun tersebut merupakan pembangkit listrik mandiri yang bisa dirasakan langsung oleh masyarakat.
Program Emas Bayu ini merupakan komitmen Pertamina untuk mengembangkam energi bersih berwawasan lingkungan. Menurut Laode, pembangunan energi terbarukan ini berhasil mengubah Dusun Bondan yang gelap gulita menjadi terang benderang.
“Kapasitas Pembangkit listrik ini sebesar 12.000 WP dan mengalir ke rumah 37 Kepala Keluarga yang mencakup 242 orang, satu unit masjid, satu unit sekolah dan dua rumah produksi,” jelasnya.
Kecukupan energi ini pun langsung dirasakan dampaknya oleh masyarakat. Warga yang semula hanya mengandalkan Kerang Tutut atau Toe sebagai mata pencaharian sehari-hari, kini sudah mulai berwirausaha.
Setelah mandiri secara energi, Pertamina lantas meningkatkan kemandirian masyarakat secara ekonomi melalui Program Embak Mina pada area seluas dua hektare tambak dengan metode silvofisher.
Dia mengklaim, program ini bahkan berhasil meningkatkan pendapatan sebesar 50 persen atau sekitar Rp 1.000.000 setiap anggota kelompok.
Dusun Bondan terdiri dari kawasan tambak yang produksinya tak optimal. Padahal sekitar 53 persen penduduknya ada dalam usia produktif. Hadirnya Emas Bayu dan Embak Mina ini diklaim mampu meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar 50 persen.
“Sekarang tambak-tambak yang ada juga sudah produktif dan teraliri listrik,” kata Laode.
Advertisement