BNPB Ajak ITB Menjadi Perguruan Tinggi Tangguh Bencana, Seperti Apa?

BNPB menggandeng Institut Teknologi Bandung (ITB) dalam mewujudkan program pemerintah terkait upaya-upaya pengurangan risiko bencana.

oleh Huyogo Simbolon diperbarui 02 Nov 2019, 01:00 WIB
Diterbitkan 02 Nov 2019, 01:00 WIB
Doni Monardo
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo. (Liputan6.com/Huyogo Simbolon)

Liputan6.com, Bandung - Indonesia dengan posisinya sebagai negara kepulauan yang terletak di zona tektonik aktif, memiliki potensi ancaman bencana yang sangat besar terutama bencana yang bersumber dari alam. Rangkaian kejadian gempa, tsunami, lukuefaksi dan gerakan tanah yang masif, merupakan rentetan bencana yang selain menghancurkan infrastruktur juga melumpuhkan aktivitas akademik dari beberapa perguruan tinggi di Indonesia.

Belajar dari kejadian-kejadian tersebut, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menggandeng Institut Teknologi Bandung (ITB) dalam mewujudkan program pemerintah terkait upaya-upaya pengurangan risiko bencana.

Kepala BNPB Doni Monardo mengatakan, pihaknya bersama Kemenristekdikti, dan Forum Perguruan Tinggi Pengurangan Risiko Bencana Indonesia, telah menggelar soft launching program Perguruan Tinggi Tangguh Bencana (PTTB) pada 25 Januari 2019 lalu secara nasional. Dengan upaya tersebut diharapkan lahir riset-riset dasar pemahaman risiko, upaya mitigasi hingga kesiapsiagaan bencana.

"Jadi kehadiran BNPB pagi ini di ITB ingin meningkatkan kerja sama di bidang upaya-upaya bagaimana menyiapkan kampus-kampus untuk welcome terhadap bencana, menyiapkan sistem dan organisasinya. Kemudian membahas beberapa dukungan yang mungkin bisa diberikan BNPB kepada ITB melalui BPBD Provinsi," kata Doni ditemui di Gedung Rektorat ITB, Kota Bandung, Jumat (1/11/2019).

Dia menjelaskan kerja sama BNPB dengan ITB dilakukan agar perguruan tinggi di Bandung ini menjadi kampus pelopor dalam program-program mitigasi, kesiapsiagaan dan pencegahan yang berhubungan dengan ancaman kebencanaan seperti gempa dan gunung api.

Doni memaparkan kondisi Jawa Barat sebagai salah satu kawasan yang memiliki potensi ancaman gempa yang cukup besar. Selain itu, dia juga menyebutkan ada sejumlah patahan di wilayah Jawa Barat termasuk Kota Bandung dilalui oleh sesar Lembang.

Dari potensi ancaman gunung api, ada Gunung Tangkuban Parahu. Sedangkan potensi ancaman di bagian selatan ada patahan Cimandiri. Oleh sebab itu, melalui kerja sama ini Doni mengharapkan terciptanya riset penelitian dan kolaborasi dengan sejumlah lembaga dari luar negeri.

"Kemudian juga tadi sudah ada pembicaraan, apabila terjadi bencana maka tim dari ITB dan tim reaksi cepat dari BNPB untuk berada di lapangan untuk melakukan kajian sehingga kita dapat gambaran yang lebih utuh seperti peristiwa yang terjadi," katanya.

Selain ITB, Doni menyebutkan ada sejumlah kampus yang diajak bekerja sama dalam program ini. Mulai dari kampus di Bali, Yogyakarta, Sulawesi, Sumatera Barat hingga Aceh. Dia pun menyebutkan, pihaknya segera menyusun standar operasional prosedur (SOP) tangguh bencana.

"Tadi sudah dibahas akan disusun SOP antara BNPB dengan ITB. SOP-nya pasti berbeda-beda, di bagian selatan tentu berbeda dengan yang ada di daratan. SOP itu tergantung dari potensi ancaman. Kalau ancamannya gempa dan tsunami, SOP-nya harus sesuai dengan ancamannya," jelasnya.

SOP Bisa Diduplikasi ke Sekolah

Peresmian nama gedung di ITB
CEO PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) Eddy Sariaatmadja dan Rektor ITB Kadarsah Suryadi menggunting pita dalam acara peresmian Gedung CRCS Lantai 3. (Liputan6.com/Huyogo Simbolon)

Sementara itu, Rektor ITB Kadarsah Suryadi mengaku pihaknya siap melaksanakan program PTTB. Menurut dia, ITB saat ini sedang membuat suatu model kampus yang tangguh bencana.

"Kalau model ini sudah beres disusun, akan kita duplikasi untuk kampus-kampus lain dan sekolah," ujarnya.

Dalam diskusi dengan BNPB, Kadarsah mengakui dapat banyak masukan terkait program PTTB. Adapun tujuan dari program ini ke depan agar semua pihak di negeri ini punya kesiapan menghadapi bencana.

"SOP-nya diharapkan selesai mudah-mudahan tahun depan sudah jadi. Kita lakukan lintas disiplin karena ini tidak bisa satu disiplin ilmu saja. Mulai dari sipil, teknik kimia, sosial teknologi, seni rupa. Ada 110 kelompok keahlian yang terlibat," katanya.

Dia menambahkan, ITB juga akan membuatkan lembaga khusus yang bisa menangani ketangguhan bencana sebagai langkah mewujudkan pionir perguruan tinggi tangguh bencana yang ditargetkan dapat terwujud pada 2030 mendatang.

Simak video pilihan di bawah ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya