Liputan6.com, Demak - Awan menggelayut tebal dan membuat murung Desa Gempol Denok, Kabupaten Demak, Selasa, 31 Desember 2019. Semurung warga yang kehilangan putra terbaik desa ini, Sertu Anumerta Miftachur Rohmat, yang gugur di Papua.
Ia tertembak saat terjadi baku tembak antara TNI dengan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB), di Kerom, perbatasan Papua dengan Papua New Guinea.
Duka meruap dari rumah sederhana bercat kalem milik keluarga anggota TNI yang gugur ini. Wajah-wajah sendu menampakkan rasa kehilangan yang amat sangat.
Advertisement
Baca Juga
Ibu-ibu menasbih doa, saling menyambung, tanpa jeda. Sementara, dari dalam rumah, bergaung khusyuk doa tahlil dari ratusan tetangga dan rekan sejawat almarhum dari TNI AD.
Karangan bunga dari berbagai kesatuan memenuhi halaman rumah keluarga Sertu Miftachur Rohmat. Ini adalah rumah Muslikun, orang tua almarhum Miftachur yang gugur tertembak KKB di Papua.
Dipimpin Solehkatul, tetangga almarhum, tahlil berkumandang hinggga azan Asar terdengar dari musala Baitul Mutakim, tempat yang rencananya digunakan untuk mensalatkan anggota TNI yang gugur di Papua ini. Sore itu lantunan azan dari musala kecil ini bak tangisan menyayat.
Usai tahlil, suasana yang sebelumnya tenang itu mendadak berubah sedikit kacau. Angin ribut menerjang desa paling tepi Kabupaten Demak yang berbatasan dengan Desa Kalirejo, Kecamatan Undakan, Kabupaten Kudus ini.
Simak video pilihan berikut ini:
Kontak Terakhir dengan Keluarga
Angin kencang disertai petir membuat tenda terangkat. Puluhan karangan bunga yang berjejer-jejer porak-poranda. Angin ribut itu berangsur hilang seiring turunnya hujan. Seolah, alam pun turut beduka dan menangis atas gugurnya Sertu Miftachur Rohmat.
Gafi, teman sekolah almarhum di Madrasah Tsnawiyah (MTs) Wilalung, Gajah Kabupaten Demak menceritakan, semasa sekolah Miftchur tergolong bertubuh paling kecil dibanding rekannya sebaya. Hobinya adalah membaca.
"Selama sekolah dia pendiam. Selama sekolah suka baca," ucapnya saat melayat.
Sertu Miftachur Rohmat terakhir kali mengontak keluarga pada 15 Desember 2019. Saat itu, ia melakukan video call dengan kakaknya, Muhamad Cholil. Saat itu lah ada permintaan ganjil dari Sertu Miftachur.
Miftachur meminta kakaknya menunjukkan kondisi rumahnya dengan detail lewat video. Dia bilang ingin melihat halaman, kamar, kusen pintu, hingga atap rumah.
Cholil pun memvideokan semuanya. Tentu saja, tak terbersit sedikit pun bahwa permintaan ganjil ini adalah permintaan terakhir Sertu Miftachur Rohmat, sebelum gugur di Papua.
Advertisement
Sertu Miftchur Bilang Kangen Rumah
"Kami terakhir komunikasi 15 Desember. Katanya dia kangen rumah jadi minta ditunjukan kondisi rumah," kata Cholil, kakak kedua almarhum.
Keluarga tentu saja sangat berat melepas kepergian Miftachur. Tetapi, mereka bangga ada anggota keluarga mereka yang gugur sebagai kusuma bangsa.
Seperti diberitakan sebelumnya, Serda Miftachur Rohmat, anggota TNI Yonif 713/Satya Tama Gorontalo gugur usai tertembak saat kontak senjata dengan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Papua pada Senin, (30/12/2019).
Anggota TNI ini tewas saat sedang mengambil logistik dari Pos Kali Asin yang berada di perbatasan RI-Papua Nugini bersama rekannya Prada Juwandhy Ramadhan.
Korban bersama rekannya itu diserang saat berada di Pos Bewan, Kampung Kibai, Kabupaten Kerong, Provinsi Papua, sekitar pukul 10.00 WIT.
Saat kontak senjata dengan KKB, almarhum Serda Miftachur Rohmat tertembak di bahu kiri depan hingga menembus bagian perut belakang. Sementara Prada Juwandhy Ramadhan, terluka tembak di pelipis mata dan pinggang.
“Kejadian itu terjadi Senin tadi, dan menurut data yang kami terima, peristiwa itu terjadi berawal dari buku tembak antara anggota satgas di sekitar Pos Bewan dengan kelompok kriminal bersenjata,” kata Kepala Penerangan Korem (Kapenrem) 133 Nani Wartabone, Mayor Inf Fathan Ali Fathan Ali.