Liputan6.com, Bangkalan - Para keturunan Wali Songo setanah air berkumpul di Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur, Minggu (5/1). Ini bukan silaturahmi biasa, para ulama, kiai, raden hingga bendoro ini hadir untuk mendeklarasikan sebuah organisasi khusus para anak putu sembilan wali.
Wadah itu diberi nama Naqobah Ansab Awliya' Tis'ah, disingkat NAAT.
Deklarasi digelar di halaman Pasarean Syaikhona Kholil Desa Martajesah, Bangkalan. Ini makam ulama kharismatik Bangkalan, yang juga keturunan Wali Songo.
Advertisement
Baca Juga
Gelar syaikhona yang bermakna guru kami, disematkan karena banyak dari muridnya menjadi kiai besar Nusantara. Salah satunya adalah KH Hasyim Asy'ari, Pendiri Pesantren Tebuireng Jombang juga organisasi Nahdlatul Ulama ( NU).
Kini, makam Syaikhona Kholil menjadi obyek wisata religi yang wajib dikunjungi para peziarah. Saban hari, tak kurang dari 3.000 orang berdoa di pusaranya.
Sejarah inilah yang membuat para keturunan Wali Songo, memilih Pasarean Syaikhona Kholil sebagai tempat deklarasi NAAT. Dengan harapan, NAAT mendapat barokah Kiai Kholil seperti NU.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Nasab Kolektif Keturunan Wali Songo
"Kiai Hasyim mendirikan NU atas restu Kiai Kholil, kami berharap NAAT juga mendapat barokahnya," kata Ketua Panitia Deklarasi Dewan Pimpinan Pusat NAAT, Abdul Hanan Ihsan.
Dalam bahasa Indonesia Naqobah Ansab Awliya' Tis'ah bermakna Lembaga Pencatat Nasab Wali Sembilan. Menurut Hannan, selama ini silsilah para keturunan Wali Songo hanya ditulis parsial oleh perseorang.
Kondisi itulah yang kemudian memunculkan ide membentuk NAAT agar nasab wali songo tercatat secara kolektif baik dari jalur laki-laki maupun perempuan.
Untuk menghindari munculnya orang yang mengaku sebagai keturunan wali songo, NAAT mengantisipasinya lewat database, salah satunya berupa manuskrip silsilah wali songo yang merupakan tulisan tangan Sunan Giri 2.
"Dari pencatatan yang kami lalukan sejauh ini, sudah terdata kurang lebih seribuan orang," tutur Hannan.
Selain penyatuan silsilah, agenda utama NAAT lainnya adalah menjaga dan melestarikan manuskrip asli peninggalan wali songo. Menurut Hannan, saat ini sejumlah manuskrip itu mulai rusak bahkan punah.
"Kami juga bekerja dengan lembaga di Maroko yang menyimpan catatan-catatan tentang wali songo," dia mengungkapkan.
Advertisement