Respons Gubernur Ganjar soal Siswi SMA Sragen Diintimidasi karena Tak Berjilbab

Sebelumnya, siswi SMA Negeri 1 Gemolong, Sragen, Z mengaku diintimidasi pengurus Kerohanian Islam (Rohis) melalui pesan Whatsapp (WA) karena tak menggunakan jilbab

diperbarui 11 Jan 2020, 23:00 WIB
Diterbitkan 11 Jan 2020, 23:00 WIB
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Sragen - Kasus dugaan intimidasi yang dialami seorang siswi SMAN 1 Gemolong, Kabupaten Sragen, menjadi perhatian banyak pihak. Tak urung, Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo menjadi salah satu yang memperhatikan kasus ini.

Ganjar bersimpati dengan apa yang dialami siswa tersebut. Pihak Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jateng bakal datang ke sekolah Z untuk meminta klarifikasi. Jawa Tengah (Jateng), berinisial Z menjadi sorotan berbagai pihak.

Sebelumnya, siswi SMA Negeri 1 Gemolong, Sragen, Z mengaku diintimidasi pengurus Kerohanian Islam (Rohis) melalui pesan Whatsapp (WA) karena tak menggunakan jilbab.

“Banyak yang tanya kepada saya soal teror WA ke siswi tak berjilbab di SMA 1 Gemolong Sragen. Dinas P & K [Pendidikan dan Kebudayaan] Provinsi besok pagi akan klarifikasi ke sekolah. Mari kita hormati & saling belajar dengan baik, tidak memaksa apalagi meneror. Saya akan ajak bicara siswa, guru & ortu [orang tua siswa],” terang Ganjar Pranowo lewat akun Twitter miliknya, @ganjarpranowo, Rabu (9/1/2020), dikutip dari Solopos.com, Sabtu (11/2/2020).

Sebelumnya, persoalan yang dialami Z ini juga sampai ke telinga orang tuanya, AP. Dan AP mengaku tersinggung karena ada pesan intimidasi yang menyebut dirinya mendukung Z melakukan sesuatu yang melanggar syariat Islam karena membiarkan anaknya tidak berhijab.

Hal itu membuat AP menyambangi SMAN 1 Gemolong, Sragen, untuk meminta penjelasan sekaligus memediasi antara pengurus Rohis dengannya. Hal itu membuat AP menyambangi SMAN 1 Gemolong, Sragen, untuk meminta penjelasan sekaligus memediasi antara pengurus Rohis dengannya.

"Kami ingin anak-anak Rohis ini dibina. Mereka ini kan masih polos. Ibarat gelas, mau diisi apa saja bisa. Saya berharap jangan sampai ada diskriminasi lagi yang bisa mengganggu kenyamanan siswa belajar di sekolah. Sebab, tugas utama siswa kan berlajar. Kalau terganggu ya kasihan," ucap AP.

Sementara itu, Wakil Kepala Bidang Humas SMAN 1 Gemolong, Sumanti, mengatakan cara pengurus Rohis dalam menyampaikan pesan itu perlu diperbaiki supaya tidak menyinggung perasaan orang lain atau mengintimidasi orang lain. Tetapi, ia menegaskan persoalan itu telah selesai.

"Masalah ini sudah diselesaikan secara kekeluargaan," ujar Sumanti.

Dapatkan berita Solopos.com lainnya, di sini:

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya