Liputan6.com, Kendari - Wabah virus Corona menyebabkan 11 orang mahasiswa asal Sultra, terpaksa pulang kampung usai terjebak selama 2 Minggu lebih di Kota Wuhan, China. Kepulangan mereka bersama dengan 245 orang WNI yang ikut dievakuasi, Sabtu (1/2/2020).
Salah seorang dari 11 mahasiswi ini, berasal dari Kota Kendari. Sedangkan 10 orang lainnya, berasal dari Kabupaten Konawe Utara.
Hidayatullah, ayah mahasiswi bernama Yayu Indah Maharani (19) mengungkapkan, tak bisa tidur nyenyak hampir dua minggu. Dalam sehari, dia hanya tertidur paling lama 2-3 jam.
Advertisement
Baca Juga
Anaknya, merupakan seorang mahasiswi semester dua di Fakultas Kedokteran Hubei University of Science and Technology di Kota Wuhan. Rencananya, Yayu akan mengambil program kuliah hingga 2025 mendatang.
Sejak kabar wabah virus Corona membuat panik, dia mulai sedikit kesulitan menghubungi anaknya. Akses komunikasi via WhatsApp, tak bisa dilakukan anaknya sejak Wuhan diisolasi.
"Selama beberapa hari, panik. Jarang tidur," ujar Hidayatullah, Sabtu (1/2/2020).
Meskipun, Yayu Indah Maharani tinggal dalam asrama mahasiswa bersama rekannya, kedua orang tuanya nyaris putus komunikasi. Selama beberapa hari, kabar anak mereka hanya didapat via Instagram dengan bantuan aplikasi VPN.
Hidayatullah menjelaskan, anaknya selama berada di dalam asrama kampus, tidak dibolehkan keluar. Kampus meliburkan program perkuliahan secara serentak. Padahal, mahasiswa di universitas tersebut mencapai puluhan ribu.
Yang membuat orang tua bertambah tak tenang, stok makanan anaknya di kamar, mulai menipis. Sedangkan, dia tak dibolehkan keluar.
"Syukurlah, anak saya bisa pulang kampung," ujarnya.
Setelah wabah virus Corona yang menyebabkan Wuhan diisolasi selama hampir satu minggu, kondisi Yayu dan rekan-rekannya di asrama mahasiswi dalam keadaan sehat. Hidayatullah juga sempat menanyakan kondisi suhu anaknya apakah demam atau normal.
Pulang Kampung
Yayu dan 10 orang rekannya di Sulawesi Tenggara, dievakuasi menggunakan pesawat Batik Air. Rencananya, pesawat yang didatangkan khusus pemerintah RI ke China, akan tiba di Indonesia Minggu (2/2/2020).
Yayu hingga saat ini belum jelas kapan akan kembali kuliah dan kembali belajar normal di Kota Wuhan. Sejak 200 orang lebih dikabarkan tewas di China, nasib mahasiswi Indonesia tak jelas.
"Yang penting bisa pulang kampung dulu. Alhamdulillah," kata Hidayatullah.
Dia sempat mengungkapkan tingginya biaya hidup anaknya selama tinggal hampir setahun di Kota Wuhan. Setiap bulan, dia menghabiskan Rp10-15 juta.
Jumlah ini, hampir sama dengan biaya hidup mahasiswi lainnya. Diketahui, Wuhan menjadi salah satu pusat pendidikan terbesar di wilayah China.
"Itu untuk biaya hidup, buku, dan kegiatan kuliah selama disana," ungkapnya.
Sebelumnya, Yayu mengikuti jalur seleksi umum pada 2019 lalu saat akan mendaftar di universitas Wuhan. Dia berhasil lulus dengan mulus dan hasil tesnya memuaskan.
Rekan-rekannya yang lain, lolos kuliah melalui beasiswa pemda. Sebagian dari mereka, mendapatkan subsidi biaya kuliah dari pemda.
Advertisement
Bupati Panggil Mahasiswa Pulang
Sejak wabah virus Corona di Wuhan dan sudah memakan 123 korban jiwa, Bupati Konawe ikut merasakan kepanikan pihak keluarga mahasiswa asal Konawe Utara yang kuliah di China. Tercatat, ada sebanyak 10 orang mahasiswa asal Konawe Utara yang kuliah di Hubei University, Wuhan.
Bupati Konawe Utara, Ruksamin, langsung meminta Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Konawe Utara berkomunikasi dengan Rektor Institute di Makassar Sulawesi Selatan untuk memulangkan mahasiswa asal Konawe Utara.
"Ini sudah saya instruksikan beberapa hari yang lalu sejak melihat pemberitaan media International tentang virus di China," kata Bupati Konawe Utara Ruksamin, Senin ( 27/1/2020).
Dia mengaku sudah didatangi orang tua Mahasiswi yang kuliah di China. Pihaknya juga sudah mendengar keluhan orang tua tentang kabar anak mereka di Wuhan.
"Saya dengar makanan menipis, banyak yang meninggal dan kami pikir mereka harus pulang, pokoknya harus pulang ke rumah orang tuanya," ujarnya.
Sebelumnya, Ruksamin sempat membanggakan mahasiswanya yang kuliah di luar negeri. Padahal, wilayah Konawe Utara jauh dari perkotaan dan rata-rata mahasiswa yang kuliah di sana, berasal dari pelosok desa.
Dengan wabah virus Corona, dia langsung aktif berkomunikasi dengan pemerintah pusat menanyakan kondisi mahasiswa di Wuhan. Tidak hanya itu, pihak Pemda juga sudah menunggu instruksi terkait bantuan apa yang bisa diberikan kepada mahasiswa asal Konawe Utara yang terjebak di Wuhan
Saksikan juga video pilihan berikut ini: