Petak Umpet Buaya Berkalung Ban dengan Polisi dan Petugas BKSDA

Crocodylus Porosus berkalungan ban itu selama lebih dari tiga jam main "kucing-kucingan" dengan petugas yang menyasarnya, muncul sebentar lalu membenamkan diri, lalu tiba-tiba muncul lagi di tempat berbeda

oleh Heri Susanto diperbarui 09 Feb 2020, 00:00 WIB
Diterbitkan 09 Feb 2020, 00:00 WIB
Petugas BKSDA dan Polair menyisir Muara Sungai Palu dengan perahu dalam upayanya menangkap buaya berkalung ban, Kamis (6/2/2020). (Foto: Liputan6.com/Heri Susanto)
Petugas BKSDA dan Polair menyisir Muara Sungai Palu dengan perahu dalam upayanya menangkap buaya berkalung ban, Kamis (6/2/2020). (Foto: Liputan6.com/Heri Susanto)

Liputan6.com, Palu - Operasi penyelamatan buaya berkalung ban di hari pertama oleh petugas BKSDA belum berhasil. Selain harus melawan kondisi alami, antusias warga di sekitar Sungai Palu yang berlebihan juga menjadi "lawan" petugas.

Di tepi Muara Sungai Palu, Kamis siang (6/2/2020) pukul 11.30 Wita, anggota Polair Polda Sulteng mulai menurunkan perahu karetnya. Tak jauh dari situ beberapa petugas BKSDA Sulteng dengan gegas merakit peralatan mereka; membuat simpul-simpul tali juga mengeluarkan beberapa tongkat.

"Ada informasi buaya kalung ban muncul di muara sini, kami akan mulai dari sini," kata seorang petugas BKSDA dengan matanya terus mengawasi sekitar muara.

Benar saja. Di tengah muara, sang target sebentar-sebentar mengintip di permukaan air lalu menghilang kembali. Tidak lama, perahu karet dengan enam petugas gabungan BKSDA dan Polair pun menujunya.

Di muara, si Crocodylus Porosus dengan kalungan ban itu selama lebih dari tiga jam main "kucing-kucingan" dengan petugas yang menyasarnya. Muncul sebentar lalu membenamkan diri, lalu tiba-tiba muncul lagi di tempat berbeda. Benar-benar menguji kesabaran petugas.

Di luar sifat alami buaya yang pintar benar menghindari kejaran, tantangan terberat operasi di muara diakui pihak BKSDA adalah angin kencang dan ombak yang menghambat laju perahu karet.

"Cuacanya kurang bersahabat; angin terus kencang. Padahal petugas harus mendekati target dengan segera tapi juga hati-hati," kata Kepala Seksi Wilayah 1 BKSDA Sulteng, Haruna, di sela-sela memantau operasi di muara, Kamis (6/2/2020).

Haruna yang juga sebagai Ketua Satgas Penanganan Buaya bentukan BKSDA Sulteng itu juga mengakui perairan muara tidak jadi prioritas pencarian pihaknya karena kondisi itu. Hanya saja momen kemunculan buaya berkalung ban lah yang dimanfaatkan petugas.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Cuaca Buruk Hambat Penangkapan Buaya Berkalung Ban

Penampakan buaya berkalung ban di muara sungai saat akan ditangkap petugas, Kamis (6/2/2020). (Foto: Liputan6.com/Heri Susanto)
Penampakan buaya berkalung ban di muara sungai saat akan ditangkap petugas, Kamis (6/2/2020). (Foto: Liputan6.com/Heri Susanto)

"Di muara, area jelajah buaya lebih luas dibanding sungai, belum lagi dengan cuaca seperti ini," jelasnya.

Situasi tidak berubah hingga pukul 15.00 Wita, bahkan ombak dan angin semakin kencang. Petugaspun Menepikan perahu karet ke delta dan beristirahat.

Antusis Berlebih Warga

Upaya penangkapan sore hari berlanjut setelah buaya "lihai" itu terpantau petugas mengarah ke selatan dari muara, ke Sungai Palu. Namun, di sini petugas mendapati tantangan yang tidak kalah mengganggunya: antusias berlebih warga.

Sepanjang perjalanan ke Sungai Palu, tanggul di tepian sungai sudah padat dan riuh dengan teriakan warga yang ingin menyaksikan dari dekat upaya petugas menangkap buaya malang itu. Bahkan tidak sedikit di antara warga tiba-tiba turun semakin mendekat saat buaya menampakkan dirinya. Targetpun kembali menghilang.

Meski begitu di lokasi yang berjarak 2 kilometer dari muara ini petugas terus berupaya memancing buruannya untuk muncul dengan berbagai cara, namun belum berhasil sampai hari menjadi gelap. Bahkan umpan se ekor ayam yang digunakan petugas, sia-sia.

Mengenai upaya yang belum berhasil ini, Kepala Seksi Wil. 1 BKSDA Sulteng, Haruna, kembali menegaskan peran warga turut berpengaruh, apalagi hewan yang menjadi target memang memiliki sifat sensitif dengan kehadiran manusia.

"Upaya menjadi makin sulit kalau warga seperti itu. Ini binatang yang sensitif," imbuh Haruna.

Biarpun begitu, Haruna menyatakan operasi penyelamatan satwa liar itu dari jeratan ban di lehernya tetap akan dilakukan.

"Operasi ini tetap kami lakukan sampai buaya itu tertangkap dan bannya terlepas," tegas Haruna ditanyai jurnalis perihal tenggat operasi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya