Mantan Awak Kapal China Ungkap Kondisi ABK yang Dilarung di Lautan

Setelah menonton video jasad ABK yang dilarung di lautan, keluarga korban menghubungi salah satu ABK yang berhasil melarikan diri dari Kapal Long Xing 629.

oleh Nefri Inge diperbarui 09 Jun 2020, 03:45 WIB
Diterbitkan 09 Mei 2020, 12:30 WIB
Mantan Awak Kapal China Ungkap Kondisi ABK yang Dilarung di Lautan
Kapolres OKI Sumsel mengunjungi keluarga ABK yang jasadnya dilarung di lautan lepas (Dok. Humas Polres OKI / Nefri Inge)

Liputan6.com, Palembang - Viralnya video tiga orang jasad Anak Buah Kapal (ABK) Warga Negara Indonesia (WNI) dari Kapal Long Xing 629 asal China yang dilarung di lautan, turut mengungkap beberapa fakta mengejutkan lainnya.

Dua dari tiga orang jasad ABK yang dilarung di lautan, tercatat sebagai warga Desa Serdang Menang, Sirah Pulau Padang, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) Sumatera Selatan (Sumsel).

Kuasa Hukum keluarga korban Aulia Aziz Al Haqqi dari Kantor Hukum Prasaja Nusantara menuturkan, keluarga Sepri dan Ari tampak syok usai melihat video jasad korban dilarung di lautan lepas.

Setelah menonton video tersebut, keluarga korban menghubungi salah satu ABK yang berhasil melarikan diri dari Kapal Long Xing 629. Mereka menanyakan kebenaran informasi di dalam video tersebut.

“Keluarga korban menanyakan, apakah benar ABK WNI di kapal tersebut bekerja selama 18 jam, dikasih makan 6 jam sekali pakai sisa umpan pancing dan minum pakai air laut yang disuling. Ternyata informasi itu dibenarkan ABK tersebut,” ucapnya kepada Liputan6.com, Jumat (8/5/2020).

ABK yang identitasnya dirahasiakan itu, menceritakan banyak hal ke keluarga korban. Seperti sebelum meninggal dunia, Sepri sempat meminta untuk berobat ke kapten kapal. Namun, permintaannya tersebut tak dihiraukan kapten kapal Long Xing 629.

Bahkan, kapal nelayan pencari ikan tersebut tidak melabuhkan kapalnya ke pinggir daratan. Sehingga semakin menyulitkan Sepri untuk mendapatkan pengobatan. Korban akhirnya meninggal dunia dengan kondisi kaki dan badan yang membengkak.

“Yang merekam video jasad korban dilarungkan di laut itu, adalah ABK yang ditelepon oleh keluarga korban. Peristiwa itu terjadi pada tanggal 21 Desember 2019,di saat Sepri meninggal dunia,” ujarnya.

Perlakuan kapten kapal terhadap ABK asal Indonesia, jauh berbeda dibandingkan ABK asal negara lain. Setelah merekam peristiwa tersebut, sekitar 4 orang ABK asal Indonesia kabur dari kapal tersebut.

Mereka menyelamatkan diri, dengan cara melompat ke kapal lain. Para ABK tersebut berusaha bersembunyi dari pantauan para awak Kapal Long Xing 629 asal China. Saat ini, para ABK yang selamat tersebut sedang berada di Korea dan sudah dilindungi.

 

Info Lowongan Kerja

Mantan Awak Kapal China Ungkap Kondisi ABK yang Dilarung di Lautan
Kapolres OKI Sumsel mengunjungi keluarga ABK yang jasadnya dilarung di lautan lepas (Dok. Humas Polres OKI / Nefri Inge)

“Pihak keluarga korban tidak menerima dengan kenyataan, yang sangat berbeda jauh dari pengakuan pihak perusahaan penyalur TKI di Jateng,” katanya.

Di tengah proses mengulik informasi, keluarga korban terlihat syok dan seringkali menangis, jika mengingat para korban tersebut.

Kepala Desa (Kades) Serdang Menang Dodi Yansen (29) mengungkapkan, ada lima orang warganya yang berangkat mengikuti pelatihan di perusahaan penyalur TKI tersebut.

Saat itu, Dodi Yansen belum menjadi Kades Serdang Menang Kabupaten OKI Sumsel. Sehingga, dia tidak mengetahui pasti bagaimana proses keberangkatan warganya.

Awalnya Sepri, Ari dan ketiga warga Desa Serdang Menang mendapatkan info lowongan kerja dari salah satu warganya yang bekerja di kapal besar.

 

Calon ABK Kabur

Mantan Awak Kapal China Ungkap Kondisi ABK yang Dilarung di Lautan
Kuasa Hukum dari Kantor Hukum Prasaja Nusantara mendampingi keluarga ABK yang dilarung di laut lepas oleh awak Kapal Long Xing 629 asal China (Dok. Humas Kantor Hukum Prasaja Nusantara / Nefri Inge)

“Lima orang warga tersebut berangkat ke Pematang Jateng untuk mengikuti pelatihan. Tapi tiga orang akhirnya melarikan diri dan pulang ke sini,” ujarnya.

Ketiga warga Serdang Menang tersebut mengakui, jika banyak kejanggalan yang dirasakan selama pelatihan selama empat bulan. Seperti tidak ada kejelasan dimana akan bekerja, gaji yang belum pasti hingga nasib mereka bagaimana saat bekerja di luar negeri.

Berkas-berkas penting ketiga warga Serdang Menang tersebut, juga masih ditahan oleh perusahaan penyalur TKI tersebut. Akhirnya hanya Sepri dan Ari yang masih bertahan, karena tekad mereka berdua untuk bekerja sangatlah besar.

“Informasi juga saya dapatkan, jika awalnya Sepri dan Ari diberangkatkan ke China menggunakan kapal besar. Di tengah lautan, mereka berdua dipindahkan di kapal nelayan kecil. Kondisi ini tidak sesuai dengan perjanjian awal,” ucapnya.

Dengan adanya kejadian ini, Dodi Yansen terus mengingatkan kepada warganya agar lebih selektif ketika mendapatkan informasi lowongan kerja.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya