Liputan6.com, Mamuju - Dua pasien positif Covid-19 asal Mamuju kabur dari tempat isolasi di RSUD Regional Sulawesi Barat, mereka adalah MY (20) dan AK (18). Gugus tugas penanganan Covid-19 Mamuju langsung bergerak cepat, melakukan penjemputan ke kediaman pasien.
Pasien pertama yang dijemput ialah MY yang beralamatkan di Jalan Abdul Syakur, Kelurahan Karema, Kecamatan Mamuju. Namun, usaha gugus tugas itu mendapatkan perlawanan dari orang tua dan keluarga pasien, mereka menolak menyerahkan dan mengiginkan pasien menjalani isolasi mandiri di rumah.
Negosiasi yang dilakukan gugus tugas tak berjalan mulus, orang tua pasien tetap ngotot anaknya harus isolasi mandiri di rumah, bukan di rumah sakit. Bahkan ketegangan sempat terjadi, di mana orang tua pasien mengejar salah seorang petugas (Polisi).
Advertisement
Baca Juga
"Saya tidak takut dengan Polisi. Anakku tidak sakit, justru di isolasi di rumah sakit, biar obatnya tidak ada di sana, ada buktinya. Justru sakit kalau di sana, stres dia. Tidak sakit anakku," kata ibu pasien MY.
Meski mendapatkan perlawanan dari keluarga pasien, gugus tugas tetap berupaya persuasif agar pihak keluarga bersedia menyerahkan pasien untuk isolasi di rumah sakit. Apa lagi, pasien sampai saat ini masih positif Covid-19 alias belum sembuh, sehingga bisa membahayakan keluarga lainnya.
"Kita berharap keluarga bisa dengan suka rela menyerahkan pasien. Kalau mereka masih bertahan otomatis kami akan tegasi, karena mereka masih positif Covid-19," kata Sekertaris Gugus Tugas Covid-19 Mamuju Muhammad Ali Rahman kepada Liputan6.com, Jumat (29/05/2020).
Begitu juga upaya penjemputan yang dilakukan gugus tugas di kediaman pasien lainnya, yakni AK, beralamatkan di Lingkungan Sampoang, Kelurahan Sinyonyoi, Kecamatan Kalukku. Mereka mendapatkan perlawanan dari keluarga pasien dan warga, yang menolak AK kembali menjalani isolasi di rumah sakit.
Bahkan, pasien bersama keluarganya membuat surat pernyatakan menolak untuk menjalani isolasi di rumah sakit dan lebih memilih isolasi di rumah. Surat pernyataan itu juga dibubuhi tanda tangan 21 warga, yang tidak keberatan jika ia mejalani isolasi mandiri di rumahnya.
Sementara itu, Anggota Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Sulawesi Barat Muhammad Ihkwan membantah tudingan keluarga pasien yang mengatakan pasien tidak diberi obat dan layanan medis selama isolasi di rumah sakit. Bahkan Ikhwan menyebut, obat yang diberikan justru sengaja dibuang oleh pasien yang kabur itu.
"Ini mamaknya (ibu pasien MY), sebelum lebaran sudah pernah mendatangi direktur minta anaknya dipulangkan tapi ditolak tentunya. Ada bukti sama satpam obatnya biasa dibuang di jendela. Mana mungkin persoalan begitu dokter mau hilangkan reputasinya" ungkap Ikhwan.