Liputan6.com, Blora - Lasirah (68), petani Desa Ngraho, Kecamatan Kedungtuban, Kabupaten Blora, Jawa Tengah, hanya bisa pasrah. Kebun jagungnya hancur berantakan dirusak hama tikus. Satu-satunya cara tetap berpenghasilan di tengah pandemi nampaknya sirna. Lasirah dan petani jagung lainnya dipastikan tidak akan panen jagung dalam waktu dekat.
"Opo tahun iki bedo karo liane Mas, mboh kenopo kok tikus sak mene akehe, (Apa tahun ini beda dengan lainnya Mas, nggak tahu kenapa kok tikus sebanyak ini)," ujarnya saat ditemui Liputan6.com, Senin (8/6/2020).
Advertisement
Baca Juga
Lasirah mengaku sudah empat kali menanam jagung, namun tahun ini belum pernah merasakan hasil panennya. Dirya makin bingung, sebab benih jagung yang ditanamnya didapat dari hasil meminjam uang koperasi.
"Mbahe icir ping 3 ra ono hasile, iki iciran ping 4 wes meh klobot yo entek. Mboh Mas, wonge diserang virus, tandurane diserang tikus, (Si Mbah sudah menanam tiga kali tidak ada hasilnya, ini tanaman ke empat kalinya hendak 'klobot' ya habis. Nggak tahu Mas, orangnya diserang virus, tanamannya diserang tikus)," keluhnya.
Nasib serupa dirasakan Sukadi (45) petani penggarap lahan hutan di kawasan Embung Keruk, Kecamatan Randublatung. Dirinya resah dengan adanya hama tikus yang sulit dibasmi itu.
Petani yang memiliki tanaman jagung seluas 2 hektare itu mengaku, sebelumnya telah melakukan berbagai upaya untuk membasmi hama tikus. Baik dengan memberikan umpan yang dicampur racun dan melakukan gropyok atau menangkap tikus dengan ramai-ramai.
"Kami bersama para petani yang lain sudah melakukan upaya untuk membasmi tikus, namun setiap hari hama tikusnya bertambah banyak," kata Sukadi.
Â
Â
Simak juga video pilihan berikut ini:
Setrum Senjata Makan Tuan
Penelusuran Liputan6.com, hama tikus merusak tanaman jagung milik warga di berbagai daerah di Kecamatan Kedungtuban, antara lain di Desa Ngraho, Desa Kalen, Desa Galuk, dan Desa Kedungtuban. Sedangkan di daerah Kecamatan Randublatung, antara lain di Dukuh Keruk (Kelurahan Randublatung), Dukuh Karanganyar (Desa Pilang), Dukuh Kesambi (Desa Temulus).
Tercatat secara keseluruhan ada sekitar ratusan hektare tanaman, baik jagung dan padi, yang dirusak hama tikus.
Bahkan saking jengkelnya, petani sempat ingin memasang perangkap setrum untuk membasmi hama tikus. Namun mereka menyadari, perangkat setrum kerap kali berubah jadi tragedi saat banyak petani meninggal dunia terkena perangkap setrumnya sendiri.
Menanggapi hal itu, Kepala Bidang Tanaman dan Pangan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Blora, Lilik Setyawan mengatakan, pihaknya melalui Petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tanaman (POPT), telah melakukan berbagai upaya untuk membasmi hama tikus. Namun bentuknya hanya stimulan.
Bersama dengan Hendro Sulistiyono selaku Kepala Seksi Produksi dan Sofwan Rifai selaku Kepala Seksi Perlindungan dan Usaha Tanaman Pangan, pihaknya menyebutkan, langkah-langkah yang dilakukannya selama ini yaitu dengan melaksanakan kegiatan gropyokan.
Lilik mengatakan, cara itu dilakukan dengan gotong royong bersama-sama untuk membasmi hama tikus secara manual.
"Kegiatan ini di lakukan swadaya dengan masyarakat kelompok tani di setiap wilayah yang terserang hama tikus," kata Lilik saat ditemui Liputan6.com.
Â
Advertisement
Pasukan Burung Hantu
Kemudian langkah lain yang telah dilakukan adalah dengan menggunakan agen hayati berupa burung hantu (tyto alba). Menurut Lilik, burung hantu adalah salah satu burung karnivora yang tiap hari bisa memangsa 4 sampai 5 ekor tikus.
Dikatakannya, burung hantu bisa diupayakan dengan beberapa cara, antara lain dengan membuat 'kotakan' atau boks burung di sekitar lahan pertanian para petani.
"Biasanya burung hantu akan menempati (boks) asalkan tidak ditembak para pemburu burung," kata Lilik.
Lilik menyarankan, agar para petani Kabupaten Blora bergabung dalam kelompok tani di daerahnya masing-masing untuk mengantisipasi kerugian akibat gagal panen. Dia mengatakan, dari kelompok tani itulah biasanya pemerintah memberikan benih secara gratis.
"Jika petani tidak dapat bantuan benih, biasanya petani yang bersangkutan belum gabung di kelompok tani. Sepengetahuan kami, rata-rata yang gabung pernah dapat," katanya.
Lilik menambahkan, hama tikus menyerang paling parah di 5 Kecamatan di Kabupaten Blora. Antara lain yaitu Kecamatan Jati, Kecamatan Randublatung, Kecamatan Kradenan, Kecamatan Kedungtuban, dan Kecamatan Cepu.
"Untuk kecamatan lainnya tidak begitu parah," katanya.
Menurut catatan, terhitung sejak Januari hingga Mei 2020, serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) hama tikus telah merusak tanaman para petani Kabupaten Blora dengan keterangan Luas tambah serangan (Lts) 1.099 hektare, dan dinyatakan telah Sembuh (S) 551 hektare.