Omzet Menggiurkan Berkebun Terung di Lahan Kering

Petani di Gunungkidul punya cara jitu tetap produktif di tengah musim kemarau.

oleh Hendro diperbarui 04 Agu 2020, 02:00 WIB
Diterbitkan 04 Agu 2020, 02:00 WIB
Petani Gunungkidul
Mitro Sumarto, warga Padukuhan Tahunan, Kalurahan Karangduwet, Kapanewon Paliyan, Gunungkidul, yang mengubah pola tanamnya menjadi tanaman sayur jenis terung pada musim kemarau. (Liputan6.com/ Hendro Ary Wibowo)

Liputan6.com, Gunungkidul - Sejak beberapa bulan terakhir, sejumlah sentra produksi pertanian di Gunungkidul terdampak musim kemarau. Namun, kekeringan tak menyurutkan petani Gunungkidul untuk tetap berproduksi.

Sebagian besar warga Gunungkidul yang berprofesi sebagai petani pun mulai beradaptasi dan menentukan langkah strategis menyesuaikan kondisi lahan untuk tetap produktif.

Seperti yang dilakukan Mitro Sumarto, warga Padukuhan Tahunan, Kalurahan Karangduwet, Kapanewon Paliyan, Gunungkidul, yang mengubah pola tanamnya menjadi tanaman sayur jenis terung pada musim kemarau.

Mitro sengaja memilih budi daya terung lantaran sayuran buah itu dapat dipanen sepanjang musim, dan cocok ditanam pada lahan kering. Apalagi, kebutuhan warga akan sayur saat ini sedang tinggi.

Jenis terung yang ditanamnya ada dua, yaitu terung lokal dan terung ungu. Dengan proses penanamnya secara berselang dengan jarak waktu tanam selama 25 hari, ia dapat melakukan pemanenan perdana saat terung berusia 48-50 hari.

"Jadi dikasih rentan waktu agar bisa panen setiap hari, dan panennya akan terus berlangsung selama 6 bulan ke depan atau mendekati musim hujan," jelas Mitro.

Dari luasan lahan 40x40 meter persegi, ia mampu menghasilkan panen setidaknya 5 kali dalam satu bulan atau sekitar 75 kilogram. Jika harga per kilo terung mencapai Rp6 ribu untuk saat ini, maka hasil yang ia dapatkan mencapai Rp450 ribu .

"Ya Alhamdulillah sekarang ada pendapatan saat musim kemarau, beda dengan yang dulu hanya mengandalkan pertanian palawija," ungkapnya.

Lahan yang digarapnya sekarang ini merupakan lahan Hutan Kemasyarakatan, warga dapat mengolah lahan tersebut tanpa harus mengganggu tanaman inti, yaitu pohon jati milik Kehutanan.

Terung adalah tumbuhan yang tergolong dalam keluarga Solanaceae dan Genus Solanum, dan sudah dikenal bahkan digemari masyarakat. 

Kepala Kalurahan Karangduwet Budi Paliyanto menjelasakan bahwa pada umumnya tanaman terung dengan pola tumpang sari itu sebagai tanaman pelengkap tanaman Palawija.

Padahal bila di usahakan secara intensif dengan pola monokultur, budidaya terung memiliki peluang dan potensi pasar yang baik, dengan profit yang menjanjikan.

"Keberhasilan petani menjadi fenomena dan harapan bagi pertanian khususnya Kalurahan Karangduwet," ungkapnya.

Sekarang ini menjadi petani merupakan ladang bisnis yang menjanjikan. Bahkan saat pendemi sekarang ini, sektor pertanianlah yang masih bertahan untuk tetap produksi.

"Usaha yang lain saat ini melemah, namun hanya pertanian yang mampu bertahan untuk tetap berproduksi," ungkap Budi menambahkan.

Simak juga video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya