Curhat Petambak Garam Gagal Panen hingga Minim Bantuan Pemerintah

Berbagai cara dilakukan petambak garam Cirebon, tetapi kondisi tidak mendukung kelancaran mereka untuk panen sehingga hasil produksi menurun.

oleh Panji Prayitno diperbarui 05 Sep 2020, 07:00 WIB
Diterbitkan 05 Sep 2020, 07:00 WIB
Curhat Petambak Garam Gagal Panen Hingga Minim Bantuan Pemerintah
Penampakan lahan tambak garam tergenang air rob mengakibatkan gagal panen. Foto (Liputan6.com / Panji Prayitno)

Liputan6.com, Cirebon - Ratusan petambak garam di Desa Rawaurip Kecamatan Pangenan Kabupaten Cirebon tak bisa berbuat banyak dan pasrah melihat kondisi tambaknya yang gagal panen.

Gagal panen tahun ini diakibatkan oleh faktor anomali cuaca dan gelombang pasang laut yang menyebabkan rob di kawasan tambak.

"Musim yang tidak menentu, kemarau basah dan gelombang tinggi dari laut pasangnya itu kena lahan garam semua sekitar 850 hektare," ujar Kepala Desa Rawaurip, Rochmannur, Jumat (4/9/2020).

Rochman mengatakan dalam kondisi normal produksi garam di desanya bisa mencapai 350 ton. Namun, saat ini hanya sekitar 25 ton produksi sejak Juni hingga sekarang, itu pun menunggu dua hari hingga garam bisa dipanen.

Selain produksi yang menurun, harga jual garam Cirebon menurun drastis. Rochman menyebutkan, harga jual garam tahun ini hanya Rp200 per kilogram, turun dibanding tahun lalu Rp600 per kilogram.

"Harga garam turun peningkatan tidak ada ditambah corona sangat memprihatinkan. Dana BLT tidak meng-cover keseluruhan," sebut dia.

Menghadapi kondisi seperti saat ini, sambung Rochman, sekitar 3.000 petambak garam yang ada di Desa Rawaurip hanya bisa pasrah dan menunggu bantuan dari pemerintah.

Pasalnya, turunnya produksi serta anjloknya harga garam Cirebon, ditambah pandemi Covid-19 menjadikan beban petani semakin berat.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Diimbau Irit

Curhat Petambak Garam Gagal Panen Hingga Minim Bantuan Pemerintah
Salah seorang petambak garam Cirebon sedang memproses produksi garam di lahan garapannya. Foto (Liputan6.com / Panji Prayitno)

"Mayoritas pendapatan masyarakat desa kami dari garam. Tapi kondisi cuaca dan pandemi bikin tidak bisa apa-apa," kata dia.

Rochman menyebutkan, dari sekitar 7.000 jiwa warga Desa Rawaurip, hanya sekitar 50 orang yang menerima bantuan pemerintah. Menurut dia, bantuan pemerintah tidak bisa mengakomodasi seluruh petambak garam.

Dia menyebutkan, ada 980 jiwa warga Desa Rawaurip yang mendapat bantuan. Dari jumlah tersebut, 50 jiwa adalah petambak garam.

"Sisanya petambak hidup seadanya saja kalau ada kerjaan jadi kuli ya ikut jadi kuli kalau tidak ada kerjaan menganggur," kata Rochman.

Dia mengaku tak bisa berbuat banyak di tengah kondisi tersebut. Namun, dia hanya bisa mengimbau agar petambak bersabar hingga semua normal.

Dia mengimbau agar seluruh kepala keluarga di Desa Rawaurip untuk pandai mengatur keuangan.

"Yang penting masih bertahan jangan sampai ada masyarakat kita yang tidak makan. Saya sudah mengimbau kepada masyarakat desa untuk irit," ujar dia.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya