Akhir Pertikaian 2 Kelompok Usai 3 Hari Berperang di Jajawijaya Papua

Kedua pihak sepakat berdamai karena hingga kini mereka juga belum mengetahui pelaku pembakaran rumah tradisional atau honai yang memicu perang

oleh Liputan6.com diperbarui 13 Sep 2020, 23:00 WIB
Diterbitkan 13 Sep 2020, 23:00 WIB
Perang Antar Suku
Polisi harus mendirikan pagar pengaman guna memisahkan dua suku yang tengah bertikai di Timika, Papua.

Liputan6.com, Jayawijaya - Dua kelompok perang di Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua, sepakat berdamai setelah sempat berperang tiga hari berturut-turut.

Kapolres Jayawijaya AKBP Dominggus Rumaropen di Wamena, Minggu, mengatakan kesepakatan dilakukan di Mapolres Jayawijaya.

"Sabtu, (12/9) kemarin kami melakukan pertemuan di polres dan terimakasih kedua pihak sepakat berdamai," ungkap-nya, dikutip Antara.

Kapolres mengatakan kedua pihak sepakat berdamai karena hingga kini mereka juga belum mengetahui pelaku pembakaran rumah tradisional atau honai yang memicu perang.

"Kalau mau dituduhkan ke Pelebaga tidak mungkin karena jaraknya cukup jauh sehingga setelah dialog, masyarakat bisa mengukur sendiri bahwa ternyata ada kekeliruan jika menuduh kelompok sebelah yang bakar," tuturnya.

Dari mediasi itu, kedua pihak paham bahwa perang hanya membawa penderitaan bagi masyarakat di sana.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Simak Video Pilihan Berikut Ini:


Pernyataan Kepala Suku

20160808- Festival Lembah Baliem ke-27-Papua-AFP Photo
Peserta bersiap jelang Festival Lembah Baliem ke-27 di Wamena, Papua, Senin (8/8). Festival Lembah Baliem adalah pertunjukkan perang-perangan antar suku di Papua yang menjadi tontonan seru dan menghibur. (AFP PHOTO/Adek Berry)

"Saya sampaikan terimakasih kepada kedua kelompok yang sepakat mengakhiri perang dan juga terimakasih kepada anggota Polres Jayawijaya, Brimob yang jatuh bangun menjaga keamanan di perbatasan dua kampung itu," ujarnya.

Kepala Suku Perang Kampung Wukahilapok Lukas Wuka mengatakan sudah memerintahkan warganya yang siaga perang untuk kembali ke kampung masing-masing.

"Kami tidak perang lagi. Selaku kepala suku Kampung Wukahilapok di Distrik Pelebaga menyatakan bahwa saya tidak akan perintah perang lagi," katanya menegaskan.

Kepala Suku Perang Kampung Meagama Simeon Elopere mengaku kecewa karena mereka tidak melanjutkan perang, namun sebagai umat beriman mereka menyerahkan semua kepada Tuhan.

"Ketidakpuasan itu kami serahkan kepada Tuhan, nanti Tuhan yang atur demi kebersamaan, keamanan, kenyamanan maka saya selaku kepala perang Kampung Meagama, Distrik Hubikosy, perang berakhir pada Sabtu, dan tidak akan berlanjut lagi," katanya.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya