Liputan6.com, Gorontalo - Selain menimbulkan masalah kesehatan, pandemi Covid-19 juga memukul sektor perekonomian nasional. Pabrik tak mampu produksi tanpa buruh, pengayuh becak tak mungkin dapat pemasukan jika hanya di rumah saja. Banyak usaha yang terpaksa gulung tikar lantaran tak mampu bertahan di tengah pandemi.Â
Tapi tidak dengan pemuda yang satu ini. Eman Gani, begitu orang-orang di Kelurahan Bulotadaa Timur, Kecamatan Sipatana, Kota Gorontalo mengenalnya. Eman mampu menyulap limbah tempurung kelapa menjadi barang punya fungsi praktis sekaligus estetis, bahkan sangat bernilai ekonomis, seperti pot bunga misalnya.
Meski usaha kerajinan tempurung kelapa ini baru digelutinya, namun Eman mengaku sudah kebanjiran pesanan.Â
Advertisement
Baca Juga
Bahan baku tempurung kelapa sangat mudah ditemui di Gorontalo. Tempurung dari kelapa yang sudah tak terpakai itu diambilnya, kemudian dihaluskan dari sabut yang tersisia. Setelah itu tempurung dibelah seperempat bagian, kemudian diberi cat hingga mengkilap. Setelah catnya kering, pot tersebut dilupangi dan dipasangi tali sebagai gantunganya.
Eman bercerita, awal idenya membuat kerajinan ini berangkat dari realita ditengah pandemi saat ini, sulit baginya untuk mendapat pekerjaan tetap. Sementara ia hanya merupakan petani penggarap yang tidak selamanya mempunyai penghasilan tetap.
"Pekerjaan saya petani penggarap. Nanti ada musim tanam dan panen kan bisa dapat duit, nah selama menunggu panen itu kan menganggur," kata Eman.
"Sementara saat ini sangat susah mendapatkan pekerjaan apalagi pandemi begini," tambahnya.
Sembari menunggu musim panen, ia lalu mencoba menggeluti kerajinan dari tempurung. Awalnya dia hanya coba-coba, namun siapa yang sangka banyak yang menyukai hasil kerajinan tempurung kelapa buatannya.
"Iseng-iseng saya ambil kelapa di belakang rumah dan saya buat ini, namun ternyata banyak yang minat, akhirnya saya buat dalam jumlah banyak," tutur Eman.
Ia menambahkan, meski baru sebulan keterampilan itu diciptakan, saat ini ia malah kebanjiran pembeli. Bahkan saat ini ia harus melayani pembeli yang begitu banyak dari luar Kota Gorontalo.
"Kebanjiran pemesan dari luar, ada yang dari Kabupaten Gorontalo hingga Kabupaten Bone Bolango," tambahnya.
Eman mengatakan, meski hanya menjual hasil kerajinannya seharga Rp20 ribu per buah, namun itu baginya sudah lumayan. Bahkan saat ini dia mengaku sudah mendapatkan keuntungan yang tidak dibayangkan sebelumnya.
"Alhamdulillah penghasilan saya hampir 5 juta meski belum sebulan. Bahkan saat ini saya banyak pesanan yang harus diselesaikan," tandasnya.