Kaleidoskop Pantura Jawa Barat 2020, Cerita Pasien Covid-19 hingga Azan Jihad

Ragam informasi dan berita menarik sepanjang tahun 2020 di Pantura Jawa Barat menjadi perhatian pembaca dalam sebuah kaleidoskop.

oleh Panji Prayitno diperbarui 30 Des 2020, 00:00 WIB
Diterbitkan 30 Des 2020, 00:00 WIB
Kaleidoskop Pantura Jawa Barat 2020, Cerita Pasien Covid-19 Hingga Azan Jihad
Rumah Sakit Daerah Gunung Jati Kota Cirebon menjadi salah satu rumah sakit rujukan untuk pasien covid-19. Foto (Liputan6.com / Panji Prayitno)

Liputan6.com, Cirebon - Ragam peristiwa menarik sepanjang tahun 2020 mewarnai wilayah Pantura Jawa Barat. Bahkan, peristiwa tersebut menyedot perhatian pembaca.

Mulai dari penanganan kasus covid-19 yang viral lantaran curhat seorang pasien covid-19 di RSD Gunung Jati Cirebon, hingga sekelompok orang yang mengumandangkan azan dengan mengubah kalimat ajakan jihad.

Ragam pemberitaan tersebut terangkum dalam sebuah rangkaian peristiwa setahun terakhir. Berikut, kaleidoskop 2020:

Cerita Pasien Positif Covid-19 di RSD Gunung Jati Cirebon Berjuang untuk Sembuh

Pasien positif covid-19 yang diisolasi RSD Gunung Jati Kota Cirebon dikabarkan dalam kondisi membaik. Suhu tubuh pasien dengan nomor 10 itu sudah normal.

Belakangan diketahui pasien tersebut bernama Riki Rachman Permana. Dia merupakan warga Kabupaten Cirebon. Nama Riki mulai viral setelah dia memposting surat terbuka kepada Presiden Jokowi hingga Menteri Kesehatan.

Liputan6.com berhasil menghubungi Riki melalui akun IG nya @permanarikie dan akun Twitter-nya @PermanaRikie nya dan mendapat izin untuk melakukan wawancara via telepon.

"Alhamdulillah saya sudah membaik pelayanan medis di sini bagus dokternya baik ramah," kata Riki saat dihubungi, Jumat (27/3/2020).

Pada kesempatan tersebut dia menceritakan pengalamannya semasa diisolasi. Menurut dia, perlakuan selama diisolasi tidak seperti yang dibayangkan warga pada umumnya yakni kesan menyeramkan.

Tim dokter bahkan sesama pasien PDP saling bahu membahu memberi dukungan untuk pasien sembuh. Riki masuk ruang isolasi RSD Gunung Jati Cirebon pada 8 Maret 2020 lalu.

"Saat itu saya kondisi demam saya kira gejala tipes akhirnya saya putuskan pulang ke Cirebon biar ada yang merawat. Datang ke Cirebon langsung periksa rumah sakit cek darah tidak ada masalah. Namun, ketika rontgen dan CT scan ada pneumonia akhirnya saya diisolasi," ujar dia.

Riki diantar ke rumah sakit bersama ibu dan adiknya. Saat diketahui ada gejala pneumonia, ibu dan adik Riki sempat berstatus PDP.

Namun, hasil swab litbangkes Kemenkes, ibu dan adik Riki negatif. Riki pun dengan sabar mengikuti prosedur isolasi sesuai dengan protap yang sudah ditentukan.

"Manajemen rumah sakit Gunung Jati Cirebon sendiri terbuka kok pasien sampaikan keluhan dan kritik dokter langsung menindaklanjutinya. Kami juga ikuti treatment yang ditetapkan tim medis sesuai perkembangan karena memang obat Covid-19 belum ada," kata dia.

Informasi lengkap klik link berikut ini.

Saksikan video pilihan berikut ini

Dibawa ke Tempat Hajatan, Bayi 50 Hari di Cirebon Positif Covid-19

Kaleidoskop Pantura Jawa Barat 2020, Cerita Pasien Covid-19 Hingga Azan Jihad
Ilustrasi Bayi Kembar. (iStockphoto2)

Juru bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Nanan Abdul Manan mengatakan, seorang bayi berusia 50 hari positif Covid-19 setelah diajak orangtuanya menghadiri hajatan.

"Pada Sabtu ini di Kabupaten Cirebon terdapat penambahan kasus positif Covid-19, di mana menimpa seorang bayi berusia 50 hari," kata Nanan di Cirebon, Sabtu (6/6/2020).

Nanan mengatakan, sampai saat ini kasus positif Covid-19 di Kabupaten Cirebon menjadi 14 orang, dengan rincian tujuh sembuh, lima dirawat dan dua orang meninggal dunia.

Untuk kasus ke-14 ini terjadi pada bayi berusia 50 hari dan diduga terpapar Covid-19 dari pamannya yang baru datang dari daerah episentrum.

"Riwayat kontak dengan pamannya yang datang dari episentrum pada saat hajatan," ujarnya.

Nanan menjelaskan, bayi yang terpapar virus corona jenis baru atau Covid-19 tersebut mengalami gejala klinis, yaitu suhu tubuh sampai 38 drajat Celcius, batuk, sesak, dan diare.

Oleh orangtuanya, dilakukan rapid test ke rumah sakit dengan hasil reaktif. Ayah bayi tersebut juga reaktif, tapi untuk ibu non-reaktif.

"Sehingga dilakukan tes swab dan hasilnya memang bayi berusia 50 hari itu positif Covid-19, sedangkan ayah dan ibunya negatif," tutur Nanan.

Untuk itu, pihaknya langsung melakukan pelacakan terhadap mereka yang kontak erat dengan bayi serta paman si bayi.

"Untuk itu kami meminta izin keramaian hajatan untuk diperketat serta harus memperketat orang yang datang dari episentrum," kata Nanan.

Sultan Kasepuhan Cirebon PRA Arief Natadiningrat Meninggal Dunia

Kaleidoskop Pantura Jawa Barat 2020, Cerita Pasien Covid-19 Hingga Azan Jihad
Gubernur Jabar Ridwan Kamil hingga anggota DPR RI datang takziah di kompleks Keraton Kasepuhan Cirebon. Foto (Istimewa)

Kabar duka datang dari keluarga besar Keraton Kasepuhan Cirebon, Jawa Barat. Sultan Sepuh XIV PRA Arief Natadiningrat wafat pada Rabu, 22 Juli 2020, pukul 05.20 WIB.

Salah satu anggota keluarga besar Keraton Kasepuhan Cirebon, PR Luqman Zulkaedin membenarkan kabar berpulangnya Sultan Sepuh XIV PRA Arief Natadiningrat.

Dalam keterangannya PR Luqman mengatakan, jenazah Sultan XIV Arief akan dikebumikan di pemakaman Astana Gunung Jati, Kabupaten Cirebon pada Rabu siang.

"Insyaallah di kebumikan di Pemakaman Astana Gunung Jati," katanya.

Sementara belum didapat informasi penyebab meninggal, namun dalam beberapa hari ini Sultan Sepuh Arief Natadiningrat sedang di rawat di salah satu rumah sakit yang berada di Bandung.

Jenazah Sultan Sepuh ke XIV Keraton Kasepuhan Cirebon PRA Arief Natadiningrat tiba di rumah duka di kompleks Keraton Kasepuhan Cirebon, sekitar pukul 11.00 WIB.

Pantauan Liputan6.com di lokasi, para pelayat nampak memadati area Keraton Kasepuhan Cirebon saat mobil jenazah yang membawa almarhum Sultan Arief Natadiningrat tiba dari Bandung.

Menantu Sultan Sepuh, Muhammad Akbar, suami dari Ratu Raja Siti Fatimah Nurhayani Natadiningrat mengatakan, pemakaman diagendakan terbuka untuk masyarakat. Pihaknya mempersilakan masyarakat mengantar kepergian sultan sepuh, tapi tetap mengimbau penerapan protokol kesehatan.

"Kami mohon jangan lupa tetap terapkan protokol kesehatan di tengah pandemi," imbaunya.

Dirinya juga menyampaikan permohonan maaf atas segala kesalahan yang pernah dilakukan sultan sepuh semasa hidupnya.

"Mohon dimaafkan segala kesalahan beliau," katanya.

Dari rangkaian agenda pemakaman Sultan Arief, prosesi solat jenazah di Dalem Arum Keraton Kasepuhan oleh keluarga inti. Kemudian prosesi salat jenazah yang kedua di Bangsal Panembahan Keraton Kasepuhan.

Salat jenazah yang kedua khusus untuk masyarakat yang datang melayat. Selanjutnya mendiang Sultan Sepuh ke XIV Keraton Kasepuhan Cirebon PRA Arief Natadiningrat dimakamkan di Komplek Pemakaman Sunan Gunung Jati.

Hiruk Pikuk Penolakan di Tengah Prosesi Penobatan Sultan Kasepuhan Cirebon

Kaleidoskop Pantura Jawa Barat 2020, Cerita Pasien Covid-19 Hingga Azan Jihad
Penampakan Prosesi Jumenengan atau penobatan Sultan Sepuh XV Keraton Kasepuhan Cirebon PRA Luqman Zulkaedin. Foto (Liputan6.com / Panji Prayitno)

Di tengah polemik takhta dan keturunan sah Sunan Gunung Jati, prosesi penobatan atau jumenengan Sultan Sepuh ke XV Keraton Kasepuhan Cirebon PRA Luqman Zulkaedin berjalan lancar.

Pantauan di lokasi, prosesi Jumenengan dilakukan di Bangsal Dalem Agung Pakungwati Keraton Kasepuhan. Sejumlah tamu undangan tampak menghadiri prosesi jumenengan, di antaranya anggota DPD RI GKR Hemas dan anggota DPR RI Maman Imanulhaq.

Para sultan dan raja se-Nusantara juga turut ikut menyaksikan prosesi jumenengan yang ditandai dengan penyerahan Keris Sunan Gunung Jati kepada Luqman oleh sesepuh keraton. Namun, Gubernur Jabar Ridwan Kamil, Bupati dan Wali Kota Cirebon tidak tampak dalam acara Jumenengan.

Ketiganya datang terlambat dan hanya mengikuti tradisi tahlilan 40 hari kepergian Almarhum Sultan Sepuh XIV PRA Arief Natadiningrat.

Di sisi lain, penolakan terhadap PRA Luqman Zulkaedin sebagai Sultan Sepuh XV Keraton Kasepuhan Cirebon terus bergulir. Keriuhan terjadi di wilayah Keraton Kasepuhan Cirebon. Baik di luar maupun di dalam rangkaian prosesi jumenengan.

Di dalam Keraton Kasepuhan, keriuhan terjadi sesaat akan berakhirnya prosesi jumenengan Sultan Sepuh XV PRA Luqman Zulkaedin. Keluarga Elang Upi Supriyadi yang merupakan salah satu sesepuh Keraton Kasepuhan memasuki Bangsal Dalem Agung Pakungwati.

Beberapa menit kemudian, keributan terjadi setelah Ratu Mawar Kartina perwakilan keluarga Kasultanan Cirebon berteriak menyatakan penolakan terhadap Luqman.

Setelah itu, Ratu Mawar dan Elang Upi serta beberapa kerabat diminta keluar ruangan. Teriakan penolakan terus dilakukan oleh Ratu Mawar.

"Penolakan ini bukan dari kami saja, tapi juga ulama, dari pihak pondok pesantren, semuanya menyatakan menolak Luqman," ujarnya kepada wartawan, Minggu (30/8/2020).

Ia dan kerabat Kasultanan Cirebon menolak Luqman dan menyatakan yang berhak menjadi Sultan Sepuh adalah yang senasab dengan Sunan Gunung Jati Cirebon.

Tak hanya menolak, pihak Ratu Mawar mengatakan akan melapor kepada kepolisian. Pelaporan tersebut atas dasar dia dan kerabatnya sempat kesulitan masuk ke area keraton.

"Kita tidak diperbolehkan masuk rumah sendiri. Kami tidak diundang, Elang Upi itu sesepuh Keraton Kasepuhan, di media bilangnya sesepuh diundang, tapi tidak ada undangan," ujarnya.

Ratu Mawar, menjelaskan, aksi penolakan tersebut untuk membicarakan siapa yang pantas menjadi Sultan Sepuh XV yang merupakan garis nasab langsung Sunan Gunung Jati.

"Kita konteksnya pelurusan sejarah dulu, meluruskan yang senasab sebab trah Sunan Gunung Jati terputus sampai Sultan Sepuh V atau Pangeran Matangaji, setelah Sultan Matangaji yang menjadi sultan adalah produk Belanda," dia menjelaskan.

Dia menyebutkan, aksi penolakan tersebut sudah dilakukan sejak tahun 1958 silam. Bahkan, kala itu Presiden Sukarno sempat akan memediasi, tetapi belum terealisasi.

"Jika terus dipertahankan, ini sama saja dijajah produk Belanda. Alexander (Sultan Sepuh XI) itu produk Belanda," ungkap dia.

Informasi lengkap klik link berikut ini.

Video Viral di Majalengka, Azan Berisi Ajakan Jihad

Kaleidoskop Pantura Jawa Barat 2020, Cerita Pasien Covid-19 Hingga Azan Jihad
Viral sekelompok orang mengumandangkan azan yang berisi ajakan jihad. Foto (tangkapan layar / Panji Prayitno)

Jagat maya di Kabupaten Majalengka sempat heboh dengan adanya video azan yang diganti menjadi ajakan untuk jihad. Dalam video yang beredar beberapa waktu lalu tersebut, terlihat tujuh orang mengumandangkan azan dengan lafal yang diganti ajakan jihad.

Pelaku video viral tersebut diduga warga Desa Sadasari Kecamatan Argapura, Kabupaten Majengka. Dalam kutipan video ini, ketujuh orang itu mengumandangkan azan berbunyi Hayya Alash Shalah diganti menjadi Hayya Alal Jihad.

Pemkab dan Polres Majalengka sontak bergerak cepat menelusuri asal usul video tersebut. Tidak lama kemudian, ketujuh orang tersebut berhasil diamankan dan membuat permohonan maaf melalui video.

"Ya betul, dari laporan Pak Camat Argapura salah satu video viral azan jihad itu salah satunya warga kami. Tapi Alhamdulillah mereka sudah diberikan pengarahaan dan sudah mereka menyadari kesalahannya. Dan malam tadi secara sadar dan sukarela telah membuat pernyataan permohonan maaf secara tertulis dan lisan melalui visual video," papar Bupati Majalengka Karna Sobahi, Rabu (2/12/2020).

Karna mengaku ketika mendengar kabar tersebut langsung memerintahkan Camat Argapura untuk menyelidiki kebenaran video ini. Dia meminta camat mengambil langkah strategis untuk menyelesaikan persoalan tersebut agar tidak meluas.

Sementara itu, ketujuh orang pelaku azan jihad menyampaikan permohonan maaf langsung selain melalui video juga tertulis di atas surat bermaterai disaksikan Plt Desa Sadasari Kabupaten Majalengka Abdul Miskad serta saksi-saksi lainnya.

"Melalui surat pernyataan ini kami tujuh orang memohon maaf kepada semua pihak, atas video yang sempat viral sebelumnya. Permohonan maaf ini kami sampaikan kepada warga Desa Sadasari, pemerintah desa dan seluruh umat Islam di seluruh tanah air," kata salah seorang pelaku azan jihad, Anggi Wahyudin didampingi enam rekannya.

Andi mengaku video tersebut tidak bermaksud memfitnah, menuduh, atau menyerang pihak manapun. Dalam video tersebut, Anggi menyatakan permohonan maaf jika ada yang risih dan merasa tidak nyaman dengan video itu.

"Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya kami mengaku salah dan khilaf dan berjanji tidak akan mengulangi hal serupa bahkan di lain kesempatan," kata dia.

Terakhir, mereka meminta semua pihak dan umat Islam secara umum dapat menerima permohonan maaf itu.

Kapolres Majalengka AKBP Bismo Teguh Prakoso mengatakan pelaku azan jihad masih dalam penanganan polisi. Menurut dia, kasus tersebut masih dalam penyelidikan.

"Masih dalam penyelidikan ya informasi lebih lanjut akan diberitahu kembali," ujar dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya