Profesor Unpad Sebut Kerusakan Gunung Geulis Jadi Biang Kerok Banjir Jatinangor

Pakar hidrologi Unpad, Profesor Chay Asdak mengungkapkan, kerusakan Gunung Geulis jadi penyebab banjir Jatinangor, Rancaekek dan sebagian Cicalengka.

oleh Dikdik Ripaldi diperbarui 14 Jan 2021, 21:00 WIB
Diterbitkan 14 Jan 2021, 21:00 WIB
Evakuasi Banjir
Basarnas mengevakuasi warga terdampak banjir di Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang. (Dok. Basarnas)

Liputan6.com, Bandung - Ada sederet masalah yang memicu banjir di Kecamatan Jatinangor, Rancaekek dan sebagian Cicalengka, Jawa Barat, beberapa waktu silam. Satu di antaranya, Gunung Geulis yang rusak karena pengerukan pasir, dan masifnya alih fungsi lahan hijau menjadi permukiman.

Pakar hidrologi Unpad, Profesor Chay Asdak kepada Liputan6.com mengungkapkan, pengerukan pasir di lereng timur gunung yang terletak di Jatinangor, Kabupaten Sumedang itu, meningkatkan run off aliran air ke permukaan yang lebih rendah. Praktis, kawasan Jatinangor dan Rancaekek yang berada di bawanya pun digelontor air.

"Sisi timur Gunung Geulis itu kan sudah terjadi alih fungsi lahan secara masif, tanaman menyerupai hutan sekarang sudah berubah menjadi permukiman,” ungkap Chay, seperti dikutip dari situs resmi Unpad, Kamis (14/1/2021).

Kondisi itu diperparah dengan penyusutan area pesawahan di Jatinangor yang kian tergerus perluasan permukiman dan kawasan industri. Padahal, kata Chay, persawahan setidaknya menjadi area parkir air saat hujan turun, sehingga tak langsung luber ke wilayah yang rendah.

Ketika kawasan Jatinangor dan Rancaekek mendapatkan limpahan air, di sisi lain, sarana drainase tidak memadai. Chay mengatakan, jalan di kawasan tersebut banyak yang tidak disertai dengan sarana drainase di bahu jalan.

"Jadi mudah dimengerti ketika gelontoran air yang besar dari atas timur tadi, kalau drainasenya tidak baik, jalan akan menjadi sungai," ungkap Guru Besar Ilmu Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, Fakultas Teknologi Industri Pertanian itu.

Persoalan berikutnya, pendangkalan dan penyempitan sungai di kawasan tersebut. Chay menuturkan, sungai di Jatinangor dan Rancaekek mengalami pendangkalan akibat sedimentasi erosi, lumpur, serta sampah.

"Jangankan di Jatinangor, Kota Bandung saja yang infrastruktur dan monitoring sampahnya lebih baik, tetap masih jadi persoalan saat hujan," ujarnya.

Terakhir, terkait proyek pembangunan jalan tol di kawasan Jatinangor. Proyek itu disebut perlu ditinjau guna memastikan apakah mengganggu sistem drainase atau tidak.

"(Proyek tol) tidak ada masalah asal drainasenya juga sesuai," imbuhnya.

Dari sisi birokrasi, masalah banjir di Jatinangor dan Rancaekek menjadi tanggung jawab dari berbagai wilayah administrasi. Karena itu, Chay meminta tiga wilayah administrasi, yaitu Kabupaten Sumedang, Kabupaten Bandung dan Kota Bandung dapat bekerja sama menangani permasalahan banjir ini.

"Provinsi juga harus mengatur. Ini yang belum pernah kita dengar," kata Chay.

 

**Ingat #PesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Simak juga video pilihan berikut ini:

Infografis

Infografis Waspada Bencana Alam Akibat La Nina. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Waspada Bencana Alam Akibat La Nina. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya