Puting Beliung Mengamuk di Karangsono Demak, Ratusan Warga Mengungsi

Ketakutan yang sama dialami Sumardi. Kakek usia 65 tahun ini mengaku saat melihat pusaran puting beliung memutar mendekat ke rumahnya, di Karangsono, Demak

oleh Felek Wahyu diperbarui 25 Feb 2021, 02:30 WIB
Diterbitkan 25 Feb 2021, 02:30 WIB
Seorang nenek melintas di depan rumahnya yang rusak atapnya karena diterjang bencana puting beliung yang kembali terjadi setelah 30 tahun. (Foto: Liputan6.com/Felek Wahyu)
Seorang nenek melintas di depan rumahnya yang rusak atapnya karena diterjang bencana puting beliung yang kembali terjadi setelah 30 tahun. (Foto: Liputan6.com/Felek Wahyu)

Liputan6.com, Demak - Ketenangan warga di desa sentra pembuatan batu bata, Karangsono, Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak, Jawa Tengah terusik saat puting beliung tiba-tiba menerjang.

Warga yang sedang membongkar batu bata yang selesai dibakar, dipaksa lari tunggang langgang menerobos hujan badai untuk lari ke rumah tetangga untuk menyelamatkan diri dari amukan puting beliung tersebut.

Tidak ada barang yang bisa dibawa, hanya baju yang melekat di badan. Sementara, anak dan cucu hanya bisa diungsikan ke rumah tetangga atau keluarga yang ada di seberang jalan desa.

“Saya saat kejadian sedang di teras. Saya gendong cucu, saya lari lihat angin besar seperti ngamuk. Tidak lihat rumah, yang saya tahu saya harus selamatkan diri,” kata Suparti, nenek usia 55 tahun sembari melayani tetangga yang membantu membetulkan genteng rumahnya, Rabu (25/2/2021).

Saat lari ke rumah Sukardi, anaknya, warga Dusun Karangsono Krajan, Desa Karangsono, itu sempat terjatuh di lantai. Namun begitu nenek enam cucu ini mengaku bersyukur karena dirinya dan sang cucu bisa selamat karena rumah kayunya hancur berantakan.

“Atap genteng habis, Kulkas dan TV kehujanan. Bahkan kusen lengkap dengan jendela dan pintu terbang ngak tahu sekarang di mana. Saat Selasa (23/2) sore sekitar jam 15.00 angin seperti ngamuk memutar dan tidak hanya sekali, tapi datang pergi terus datang lagi,” katanya sambil terisak karena ingat ketakutan yang dialaminya.

Ketakutan yang sama dialami Sumardi. Kakek usia 65 tahun ini mengaku saat melihat pusaran puting beliung memutar mendekat ke rumahnya, dia lebih memilih lari masuk ke dalam rumah.

“Saat itu saya di teras.  Lihat angin menerbangkan batang pohon, asbes genteng dan kayu mendekat, saya lari ke dalam rumah dan pintu saya tutup saya tanah dengan badan saya. Suaranya keras dan karena kencangnya angin, pecahan genteng pun ada yang sampai menancap di dinding tembok rumah saya,” katanya.

Simak Video Pilihan Berikut Ini:

186 Rumah Rusak

Pengrajin batu bata selamatkan batu bata ditemani anaknya yang masih balita membersihkan lingga rumah pembakaran batu bata. (Foto: Liputan6.com/Felek Wahyu)
Pengrajin batu bata selamatkan batu bata ditemani anaknya yang masih balita membersihkan lingga rumah pembakaran batu bata. (Foto: Liputan6.com/Felek Wahyu)

Sumardi mengaku memilih masuk ke dalam rumah lantaran rumahnya dari batu bata sehingga lebih kuat jika menahan angin kencang dibanding rumah kayu milik tetangganya. Namun begitu, untuk menghindari angin masuk dan mengangkat gentengnya pintu sengaja ditutup dan ditahan dengan badan.

Mustakim, Kepala Desa Karangsono, mengungkapkan angin puting beliung menyebabkan 186 rumah di desanya rusak. Mayoritas kerusakan bagian atap dan dinding.

“Yang rusak 186 rumah, 14 Linggan atau rumah pembakaran batu bata, tiga toko dan warung. Yang mengungsi 668 jiwa, 40 jiwa diantaranya mengungsi di balai desa dan sekolah TK,” urainya.

Warga desa, tidak ada yang luka serius dalam bencana yang berlangsung sekitar 10 menit tersebut. Namun, ada warga desa sebelah yang luka karena melintas di jalan kabupaten pada saat angin bertiup kencang.

“Ada satu keluarga terjebak di dalam rumah. Tapi selamat karena berlindung hanya Yanti mengalami luka lebam bagian kepala karena terbentur saat berlindung di dalam rumah yang roboh. Tapi, Santoso warga kecamatan tetangga mengalami luka robek di bagian kepala karena terkena galfalum yang diterbangkan angin dan saat ini sedang dirawat,” ucapnya.

Untuk penanganan pascabencana, saat ini tim gabungan BPBD, PMI, Pramuka, TNI, Polri dibantu relawan telah membuka dapur umum dan membantu warga memperbaiki kembali rumah yang rusak.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya