Fenomena Langka di Cirebon, Kenali Perbedaan 'Water Spout' dan Puting Beliung

Water spout secara visual dapat dikenali dari bentuknya yang seperti suatu belalai atau corong pipa yang panjang, dan terlihat turun dari suatu awan jenis cumulus congestus atau cumulonimbus

oleh Arie Nugraha diperbarui 10 Jan 2021, 10:00 WIB
Diterbitkan 10 Jan 2021, 10:00 WIB
Belalai air dan hujan es
Hujan es dan angin puting beliung berbentuk belalai air mengegerkan warga Kecamatan Tempe, Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan, Selasa, 27 Februari 2018, sekitar pukul 17.00 Wita. (Foto: Istimewa/Fauzan/Liputan6.com)

Liputan6.com, Bandung - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) menjelaskan terdapat perbedaan mendasar antara fenomena water spout dan angin puting beliung akibat kondisi anomali cuaca.

Penjelasan ini berdasarkan adanya kejadian langka yang terjadi di Cirebon, Jawa Barat pada Senin (4/1/202). Menurut peneliti LAPAN Erma Yulihastin, perbedaan water spout dengan puting beliung dapat diidentifikasi dari koneksinya dengan media air yang terdapat di bagian dasarnya.

“Kejadian ini tak hanya langka tapi juga termasuk cuaca ekstrem karena menggambarkan badai super sel pada skala ruang yang mikro (puluhan meter),” ujar Erma dalam keterangan resminya ditulis Bandung, Jumat, 8 Januari 2021.

Erma menerangkan water spout secara visual dapat dikenali dari bentuknya yang seperti suatu belalai atau corong pipa yang panjang, dan terlihat turun dari suatu awan jenis cumulus congestus atau cumulonimbus.

Secara ilmiah ucap Erma, bentuk corong berputar seperti yang terjadi di Cirebon itu disebut dengan kolom vorteks. Corong ini pada bagian dasar terkoneksi dengan air, dan memiliki perputaran yang cenderung tetap di area tersebut.

“Karena terkoneksi dengan air dan memiliki skala mikro, maka kejadian ini hanya dapat terjadi di atas danau, tambak, sungai, bendungan, dan lain-lain,” kata Erma.

Erma mengatakan sangat sedikit ditemui bahwa water spout dapat bertahan lama atau bahkan berpindah dari air menuju darat. Karena dukungan kelembaban atau uap air yang dihasilkan oleh suatu permukaan air cenderung memiliki karakteristik yang khas, maka water spout yang pernah terbentuk di suatu area, memiliki potensi besar dapat terjadi lagi di wilayah tersebut.

 

Simak Video Pilihan Berikut Ini:

Fase Water Spout

Siklus hidup water spout biasanya terjadi pada lima tahapan. Pertama, fase pembentukan awal.

“Pada tahap ini terdapat dukungan temperatur, kelembaban dan pergeseran angin yang menjadi syarat bagi pembentukannya,” jelas Erma.

Tahap yang kedua, adanya fase awan cerah terbentuk di atas permukaan air. Selanjutnya tahapannya dalam sekejap, awan cerah tersebut dikelilingi oleh awan disekitarnya yang berwarna abu gelap.

Setelah perpaduan warna gelap yang mengelilingi warna terang tersebut, berikutnya terdapat pembentukan corong berwarna terang yang memanjang dan berbentuk spiral.

“Kelima, corong spiral memanjang tersebut mulai tampak oleh pengamatan visual dan di bagian permukaan air terbentuk percikan air ke segala arah menyerupai spray,” tukas Erma.

Pada saat tahapan kelima itu, peluruhan water spout terjadi ketika terdapat udara lembab atau uap air yang masuk ke dalam corong badainya.

Sebelum terjadinya fenomena water spout dipesawahan dan tambak kawasan Cirebon, Jawa Barat, terjadi kejadian angin puting beliung yang melanda Desa Slangit, Kecamatan Klangenan, Kabupaten Cirebon pada Sabtu (2/1/2021) petang tersebut menghancurkan 278 rumah. BPBD Kabupaten Cirebon memperbarui dampak kerusakan, semula 278 rumah menjadi 315 rumah.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya