Liputan6.com, Garut - Tren kenaikan harga cabai yang masih tinggi di ibu kota Jakarta dan sejumlah daerah, ikut mempengaruhi tingginya harga cabai di Garut, Jawa Barat saat ini.
Harga terbaru cabai Inul alias rawit di Garut, Jawa Barat mencapai Rp30 ribu per 250 gram atau sekitar Rp120 ribu per kilogram, bahkan dibeberapa titik pasar induk Garut, harga cabai cengek mencapai Rp140 ribu per kilogram, sementara cabai keriting berada di angka Rp40 ribu per kilogram.
Kepala Bidang Holtikultura Dinas Pertanian Garut Rakhmat Jatnika mengatakan, kenaikan harga cabai saat ini merupakan berkah bagi petani kota Intan, terutama menjelang datangnya momen Ramadan.
Advertisement
Baca Juga
“Secara de facto stok cabai di petani di Garut justru tinggi, sehingga pasokan tidak terganggu,” ujarnya Selasa, (9/3/2021).
Menurutnya, kenaikan harga cabai saat ini lebih disebabkan faktor tingginya harga cabai di kota besar, tertutama Jakarta dan sekitarnya, sebagai salah satu daerah tujuan pasokan hasil pertanian asal Garut.
“Para petani sebelum menjual kan tanya dulu berapa harga di Induk (Pasar Induk Kramat Jati Jakarta), Caringin (Pasar Induk Caringin, Bandung), dan lainnya, itu saja patokannya,” kata dia.
Tak ayal akibat kondisi itu, harga komoditas cabai di Garut pun terkoreksi naik, meskipun sebagai daerah penghasil salah satu makanan pedas itu.
“Hingga kini memang belum ada harga acuan dari pemerintah, sehingga masih berpatokan harga pasar,” ujar dia.
Saat ini, rata-rata cabai yang dipanen di Garut ujar dia, merupakan hasil musim tanam pada November-Desember 2020 lalu, sehingga dipastikan stok cabai di wilayah Garut terbilang aman dan melimpah minimal hingga Idul Fitri mendatang.
“Alhamdulillah isu kurang pasokan untuk Garut tidak ada, justru harga cabai lebih dipengaruhi isu harga di kota besar,” ujar Rakhmat memastikan.
Simak juga video pilihan berikut ini:
Pasokan Melimpah
Berdasarkan data laporan bulanan yang diberikan tiap Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Pertanian, total tanaman cabai jenis Inul musim tanam November-Desember tahun lalu, sekitar 1.240 hektare yang tersebar di sejumlah kecamatan.
“Paling banyak di wilayah Cikajang, Cigedug, Cisurupan, Wanaraja dan Banyuresmi,” kata Rakhmat.
Dari jumlah itu, diperkiran panen cabai mencapai 18.600 ton atau rata-rata mencapai Rp15 ton panen cabai inul untuk tiap hektare.
“Itu baru angka taksiran, angkanya bisa saja sama, lebih tinggi atau kurang dari itu (total panen),” kata dia.
Sementara untuk cabai jenis keriting, luasan tanaman saat musim tanam akhir tahun lalu mencapai 409 hektare, yang tersebar di sejumlah kecamatan mulai Cigedug, Cisurupan, Samarang, Cikajang, Pasirwangi, Sucinaraja, Banyuresmi, dan Cibatu.
“Rata-rata untuk keriting panen mencapai Rp13,5 ton per hektare tanam,” ujar dia.
Dibanding harga sebelumnya, kenaikan bertahap harga cabai yang berlangsung dalam sebulan terakhir tersebut, memang di luar prediksi mengingat melimpanya stok.
“Mungkin juga karena dibeberapa daerah banyak terjadi bencana alam, jadi ada hikmahnya, biasanya harga normal berada di kisaran Rp 30-35 ribu per kilo,” papar dia.
Dengan melimpahnya pasokan itu, Rakhmat optimis harga cabai di Garut bakal kembali normal seiring berjalannya waktu.
“Sebenarnya kenaikan ini kan berkah juga bagi petani, yang dikhawatirkan pasokan melimpah harga justru murah,” kata dia.
Advertisement