IBM, Cara STMIK Komputama Cilacap Latih Mahasiswa Bisnis Saham hingga Kripto

Selain produk khas pedesaan, mahasiswa STMIK Komputama, Cilacap juga mulai berbisnis lebih kekinian. Ada delapan unit bisnis di IBM, di antaranya, pasar saham dan mata uang crypto (kripto)

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 08 Jun 2021, 02:30 WIB
Diterbitkan 08 Jun 2021, 02:30 WIB
Inkubator Bisnis Mahasiswa (IBM) STMIK Komputama, Cilacap, fasilitas untuk praktik digital marketing, seperti pasar saham dan mata uang kripto. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Inkubator Bisnis Mahasiswa (IBM) STMIK Komputama, Cilacap, fasilitas untuk praktik digital marketing, seperti pasar saham dan mata uang kripto. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Cilacap - Sekolah Tinggi Manajemen Komputer dan Informatika (STMIK) Komputama Cilacap, Jawa Tengah meluncurkan Inkubator Bisnis Mahasiswa (IBM). Melalui fasilitas ini, mahasiswa bakal belajar sekaligus praktik digital marketing.

IBM juga berfungsi sebagai wadah kolaborasi STMIK Komputama dengan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) untuk memasarkan produk pedesaan.

Huruf M dalam singkatan IBM juga bisa diartikan sebagai masyarakat. Sebab, IBM ini juga merupakan sumbangsih perguruan tinggi untuk masyarakat di sekitarnya agar berdaya secara teknologi.

Dalam melakukan bisnisnya kampus dan masyarakat menggunakan sejumlah platform baik dibuat sendiri, maupun aplikasi dan medsos yang telah populer. Selain produk khas pedesaan, mahasiswa juga mulai berbisnis lebih kekinian. Ada delapan unit bisnis di IBM, di antaranya, pasar saham dan mata uang crypto (kripto).

“Ada delapan unit bisnis dan IBM. Antara lain, saham, kripto, pemanfaatan medsos, kolaborasi dengan BUMDes,” kata Ketua Yayasan El Bayan, KH DR Fahul Amin Aziz, dikutip dari keterangan tertulis, Senin (7/6/2021).

 

Simak Video Pilihan Berikut Ini:

Kolaborasi Perguruan Tinggi dan BUMDes

Inkubator Bisnis Mahasiswa (IBM) STMIK Komputama, Cilacap, fasilitas untuk praktik digital marketing, seperti pasar saham dan mata uang kripto. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Inkubator Bisnis Mahasiswa (IBM) STMIK Komputama, Cilacap, fasilitas untuk praktik digital marketing, seperti pasar saham dan mata uang kripto. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Dia menjelaskan, pandemi Covid-19 menyebabkan sejumlah sektor bisnis lesu, tak terkecuali hasil bumi dan kerajinan pedesaan. Padahal, beberapa desa di pegunungan Cilacap mengandalkan hasil bumi seperti buah, sayur, dan tikar pandan untuk sebagai mata pencaharian.

Karenanya perlu terbosan pemasaran agar masyarakat tetap berdaya di tengah Pandemi Covid-19.

“Jadi ada keinginan mahasiswa untuk mengembangkan skill. Karena pembelajaran daring oleh mahasiswa itu masih terasa sangak kurang. Dibutuhkan media, sebuah tempat, untuk merespons keinginan mereka,” jelasnya.

Ini adalah wadah untuk berkolaborasi masyarakat melalui BUMDes dengan kalangan generasi millenial untuk memasarkan produk. Sementara ini, ada dua BUMDes yang telah bergabung, yakni BUMDes Pesahangan dan Negarajati.

STMIK juga mendampingi pemerintah desa untuk pemanfaatan Sistem Informasi Desa (SID) untuk transparasi kebijakan dan anggaran.

“Jadi berawal dari keinginan mereka. BUMDes, yaitu kita di digital marketing, untuk memasarkan produk-produk desa, seperti kerajinan dan buah-buahan,” ujar dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya