Perjuangan Pahlawan Revolusi Kolonel Sugiyono yang Sempat Bercita-cita Jadi Guru

Menjadi salah satu korban peristiwa Gerakan 30 September 1965, nama Kolonel Sugiyono menjadi salah satu yang sering muncul setiap tahunnya pada 30 September.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 30 Sep 2021, 12:00 WIB
Diterbitkan 30 Sep 2021, 12:00 WIB
[Bintang] Mengenal Pahlawan Revolusi
Kolonel Infanteri Anumerta R Sugiyono Mangunwiyoto | Via: id.wikipedia.org

Liputan6.com, Yogyakarta - Menjadi salah satu korban peristiwa Gerakan 30 September (G30S) 1965, nama Kolonel Sugiyono menjadi salah satu yang sering muncul setiap tahunnya pada 30 September. Namun, menjadi seorang tentara angkatan darat bukan lah mimpi awal seorang Sugiyono.

Sugiyono Mangunwiyoto lahir pada 12 Agustus 1926 di Gedaren, Sumbergiri,  Ponjong, Gunungkidul. Di wilayah yang dianggap tandus dan kering ini, anak ke-11 dari 14 bersaudara dari pasangan Kasan Sumitrorejo dan R Ngt Sutiyah Semito Rejo, ini besar.

Meskipun ayahnya seorang petani dan perangkat desa, tetapi ia hanya bisa mengenyam pendidikan sekolah menengah. Orangtuanya tidak cukup mampu membiayai sekolah anak-anaknya yang banyak.

Mimpi Sugiyono untuk menjadi seorang guru pun padam. Hingga akhirnya kedatangan Jepang ke Hindia Belanda pada 1942, membuat Sugiyono remaja memiliki mimpi baru yang ingin dicapainya.

Melihat Jepang mulai ikut campur dalam urusan pemerintahan, membuat Sugiyono bertekat untuk terjun ke dunia militer. Sugiyono mengikuti pendidikan PETA (Pembela Tanah Air). Setelah lulus, Sugiyono diangkat menjadi Budanco (Komandan Pleton) di tanah asalnya, Gunungkidul.

Selepas masa proklamasi, Sugiyono bergabung dengan Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Pada saat itu pula, Sugiyono mengawali karirnya sebagai komandan seksi.

Di sini pula, ketangkasan, kecerdikan, dan kepintaran seorang Sugiono terlihat. Dalam waktu yang cukup singkat, pada 1947, Sugiyono diangkat menjadi ajudan Komandan Brigade 10 di bawah Letnan Kolonel Soeharto.

Selama menjabat sebagai ajudan Komandan Brigade 10, Sugiyono terus berkontribusi dan menunjukkan taringnya demi membela negara. Salah satunya, adalah partisipasinya, melawan saat Agresi Militer II di Yogyakarta pada 1 Maret 1949.

Karena kontribusinya yang amat baik bagi negara, maka pada Juni 1965, Sugiyono kembali naik pangkat menjadi Kepala Staf Komando Resort Militer (Korem) 072 Kodam VII Diponegoro. Namun, kenaikan pangkat ini malah mengantarkan Sugiyono menjadi korban G30S.

 

Penulis: Yohana Nabilla

Saksikan video pilihan berikut ini:

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya