Liputan6.com, Bandung - Suara gemercik air berpadu dengan udara yang segar di RW 14, Kelurahan Cisaranten Kidul, Kota Bandung, menemani Nurhayati Saidah saat menengok perkebunan yang dia rintis sejak 2017 lalu. Kedua bola matanya terus mengawasi dengan seksama kondisi sayur pakcoynya.
"Untuk hasil panen sayur pakcoy bisa mencapai 100 kilogram sekali panen. Masa bertanamnya satu bulan setengah," kata Nurhayati saat ditemui Liputan6.com, Sabtu (2/10/2021).
Pada kesempatan itu, Nurhayati menunjukkan bagaimana sayuran dapat yang dibudidayakan dengan teknik horizontal menggunakan pipa PVC. Setelah dirasa cukup, dia bergerak keluar dari screen house atau rumah paranet berukuran 35 meter persegi menuju bagian belakang kebun.
Advertisement
Nurhayati merupakan ketua dari Kelompok Berkebun (Pokbun) Flamboyan. Sebuah kegiatan urban farming atau berkebun di perkotaan RW 14, Kelurahan Cisaranten Kidul, Kota Bandung.
Wanita berusia 49 tahun itu bersama dua pengurus pokbun, rutin mengontrol sayuran dan tanaman hias. Kegiatan berkebun dinilainya lebih positif ketimbang bergosip.
"Daripada kita diam di rumah atau ketemu tetangga lalu ngerumpi kan tidak ada manfaatnya. Dengan adanya kegiatan berkebun ini, lingkungan sekitar justru semakin hijau," ujarnya.
Pokbun Flamboyan berada di Kompleks Riung Gede Permai Blok C dengan luas 200 meter persegi. Sebuah lokasi berkebun yang memanfaatkan lahan sempit di tengah perumahan.
Sejauh mata memandang, hanya terlihat hijau sayur mayur. Polybag sebagai media semai tanaman tersusun rapi pada sisi pekarangan. Sementara pada sisi lainnya, terdapat instalasi hidroponik bagi tanaman pakcoy.
Sayuran pakcoy dipilih karena kaya akan nutrisi dan rendah kalori. Sayuran dari marga Brassica ini juga mengandung kalsium, kalium, dan serat makanan. Cara mengolahnya pun sangat mudah, daunnya yang hijau bisa dimasak, direbus, atau dikukus.
Selain bertanam pakcoy, di lingkungan Pokbun Flamboyan juga terdapat sayuran lain seperti kangkung, selada, jahe, dan cabai. Menurut Nurhayati, selain untuk dijual, hasil panen di lahan perkebunan ini juga untuk memenuhi kebutuhan sayuran warga sekitar.
"Sayur pakcoy memang jadi favorit warga di sini. Walau sudah panen masih saja ada yang tidak kebagian sehingga menunggu panen berikutnya. Kalau jelang panen selalu diberitahukan lewat WhatsApps grup," kata dia.
Simak Video Pilihan di Bawah Ini
Memanfaatkan Lahan Kosong
Bermula dari sebuah lomba tanaman herbal, Nurhayati bersama puluhan ibu-ibu di RW 14 Kelurahan Cisaranten, berkumpul untuk memanfaatkan lahan kosong. Kelompok mereka menjuarai lomba tersebut.
"Kebetulan dulu ada gedung serba guna yang luasnya 3x9 meter, kita bercocok tanam jahe. Ternyata kita menang juara satu dan favorit," ujarnya.
Pada Juli 2017, Pokbun Flamboyan pindah ke lokasi yang lebih luas. Di lokasi yang baru ini, Pokbun Flamboyan mulai menanami sayuran dengan teknik hidroponik.
"Kebetulan ada tanah kosong cuma waktu itu masih ada brangkal. Setelah disetujui pihak RW, lapangan voli kita pakai untuk berkebun," ucap Nurhayati.
Hasil berkebun yang awalnya untuk konsumsi 10 orang anggota, lambat laun hasil panen semakin banyak dan bisa dijual ke masyarakat sekitar. Flamboyan sendiri diambil dari nama kelompok Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) dan Posyandu.
"Semua kegiatan kelompok kemasyarakatan di RW 14 dinamai Flamboyan," ucap Nurhayati.
Di bagian luar rumah paranet, terdapat instalasi pipa yang mengelilingi kebun. Sistem irigasi yang diatur lewat colokan listrik itu membuat Nurhayati tak lagi repot menyirami tanaman secara manual. Jauh berbeda saat empat tahun lalu.
Advertisement
Kelompok Binaan
Sarana rumah paranet dan instalasi penyiraman air yang dikelola Pokbun Flamboyan merupakan sumbangan dari PT Pertamina (Persero) Terminal BBM Bandung Group. Nurhayati bercerita, Pokbun Flamboyan setelah dibantu sekaligus mendapat pembinaan dari Pertamina sejak 2017, banyak kemajuan yang sangat terasa.
Selain lahan yang dikelola semakin luas dibandingkan sebelumnya, jenis tanaman pun lebih beragam dan produk yang dihasilkan pun lebih banyak. Bahkan, berkat bantuan dan pembinaan tersebut, Pokbun Flamboyan sudah punya kolam ikan yang luasnya cukup lumayan. Kolam ini menjadi pembibitan ikan nila yang dipasarkan ke sekitaran Bandung.
"Bantuan yang diberikan Pertamina sangat bermanfaat karena membantu masyarakat khususnya ibu-ibu yang punya keinginan untuk memiliki lingkungan sehat dan mendorong ketahanan pangan. Alhamdulillah kita setiap tahun di sini selalu ada kegiatan rutin," ujar Nurhayati.
Selain sejumlah sarana itu, masih ada galeri, saung, kamar mandi, wastafel, aquaponik, hingga pot yang disumbangkan Pertamina sebagai tanggung jawab sosial perusahaan.
Tak hanya bantuan sarana, urban farming Pokbun Flamboyan binaan Pertamina juga diberikan pelatihan meliputi cara pembibitan, pemindahan bibit ke polybag, memindahkan tanaman ke tanah, hingga memilih sayuran yang layak panen.
Pokbun Flamboyan tak hanya sekadar menanam hidroponik kemudian memanennya. Para pengurus yang terdiri dari ibu-ibu rumah tangga ini juga berkreasi olahan makanan hasil kebun.
Misalnya, makanan dan minuman seperti es krim pakcoy, jemari pakcoy, lapis krispi pakcoy, dan puding pakcoy. Selain olahan pakcoy, ibu-ibu anggota pokbun juga membuat kreasi bolu bayam, minuman jahe manis (janis), keripik pepaya (pikya) dan mint jahe (minhe) yang sudah mulai dipasarkan.
Pertamina juga membantu pemasaran produk olahan Pokbun Flamboyan dengan menyediakan tempat berjualan di warung kejujuran kantor TBBM Ujung Berung dan Padalarang.
Atas dasar itulah, Pokbun Flamboyan menjadi percontohan sekaligus menjadi tempat praktik bagi peserta pelatihan urban farming yang ditunjuk Dinas Pangan dan Pertanian (Dispatangan) Kota Bandung. Pelatihan berkebun yang sudah dilaksanakan antara lain, untuk usia dini, anak berkebutuhan khusus, karang taruna, dan ibu-ibu rumah tangga.
"Waktu sebelum pandemi kita difasilitasi Bandung Agri Market (BAM) untuk pemasaran produk sayuran dan olahan. Selain itu, dari acara-acara Pertamina, mereka selalu minta bahan olahan ke sini untuk dipamerkan dan dijual. Selebihnya, bibit maupun produk kita pasarkan ke pokbun-pokbun yang lain," tutur Nurhayati.
Selain membudidayakan sayuran dan membuat makanan olahan dari sayur, Pokbun Flamboyan juga mendirikan kantin. Warung berukuran 4x4 meter ini menyediakan berbagai produk makanan yang bahan-bahannya berasal dari berkebun.
Hasil dari penjualan makanan dan minuman di kantin lumayan. Setiap hari sebelum endemik terjadi, mereka yang menyediakan makanan bisa mendapatkan Rp1 juta per hari.Â
"Kantin ini menjadi masukan tambahan buat anggota. Karena kita sediakan katering juga. Kalau dari berkebun saja kan memang tidak besar, masih di bawah Rp100 ribu per hari," kata Nurhayati.
Dorong Kemandirian Pangan
Sebelum pandemi Covid-19, kantin Pokbun Flamboyan punya beberapa langganan para pekerja kantoran yang biasa memesan makan siang. Namun, seiring adanya pembatasan aktivitas masyarakat, penjualan kantin menurun dampak dari banyaknya pekerja yang melaksanakan kegiatan dari rumah.
Nurhayati mengakui berkebun tidak hanya mengisi waktu luang. Ia bersama anggotanya juga ikut menularkan kebaikan bagi masyarakat. Setiap Jumat, Pokbun Flamboyan menyiapkan 50 dus nasi beserta lauk pauk yang diberikan secara gratis kepada warga di sekitar Terminal Riung Bandung.
Tak hanya itu, ibu dua anak itu pun mengaku bersyukur karena di masa pandemi seperti sekarang ini kegiatan berkebun menjadi salah satu aktivitas yang dilirik masyarakat. Di mana Pokbun Flamboyan bisa mendapatkan rupiah hasil penjualan dari media perkebunan seperti tanah, pupuk hingga bibit.
"Meski lagi pandemi, Alhamdulillah masih terus ada pendapatan terutama untuk kas. Sekarang yang kebun kan lagi naik, media tanam yang kita punya juga laku keras. Kita bikin yang siap pakai dan ada yang sengaja beli benihnya saja," kata Nurhayati.
Pjs. Area Manager Communication Relation & CSR Pertamina Patra Niaga Regional Jawa Barat Fahrougi A. Sumampau mengatakan, program untuk mendukung kemandirian ekonomi masyarakat terus digulirkan Pertamina.
Sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Pertamina melalui TBBM Bandung Group bekerja sama dengan Dispangtan Kota Bandung untuk bersama-sama mendorong perekonomian masyarakat terutama di wilayah Bandung dan sekitarnya.
"Pertamina memiliki rencana strategis lima tahunan yang di dalamnya terdapat kegiatan-kegiatan yang sistematis, pembinaan mulai dari pendampingan rutin oleh comdev officer, pelatihan-pelatihan, bantuan peralatan dan sebagainya. Pertamina juga bekerja sama dengan Dispangtan Kota Bandung sehingga beberapa hal juga secara sinergis dibantu oleh dinas," katanya.
Pembinaan urban farming yang dilakukan Pertamina ini juga menyasar dua RW di Kelurahan Cisaranten Kidul. Kedua RW tersebut memiliki nama Pokbun Ranca Pacing dan Alamanda yang merupakan replikasi dari Pokbun Flamboyan.
"Tujuannya adalah meningkatkan ketahanan pangan di kota sekaligus menambah ruang terbuka hijau dengan memanfaatkan lahan kosong untuk ditanami. Alhasil ekonomi masyarakat juga mengalami kenaikan dengan penjualan sayuran maupun katering dari hasil kebun," ujar Fahrougi.
Fahrougi berharap, setelah lima tahun program berjalan, pokbun binaan Pertamina sudah mandiri. "Sehingga harapannya bisa berkembang dengan sendirinya, berkelanjutan dan mampu menyebarluaskan pengetahuan yang telah diperoleh agar dapat direplikasi oleh lokasi-lokasi lain," cetusnya.
Wali Kota Bandung Oded M Danial mengatakan, pokbun dapat lebih berkembang dan memenuhi kebutuhan masyarakat sekitar. Khususnya pada bahan pangan, penyumbang inflasi pangan yaitu karena sebagian besar kebutuhan Kota Bandung dipasok dari luar kota.
"Warga Bandung punya kemandirian pangan. Pemerintah mengajak warga supaya mandiri, bertani, beternak termasuk budidaya ikan itu sebagai kebutuhan saat ini," ujar Oded.Â
Dia mendukung upaya warga yang berkebun budidaya pakcoy, cabai rawit, kangkung, dan sosin dengan memanfaatkan di lahan yang ada.
"Kalau warga punya lahan dua kali dua meter akan berjalan, asalkan ada kemauan dan mengerti dalam bimbingan urban farming-nya secara benar maka akan berjalan baik," ujarnya.
Advertisement