Liputan6.com, Blora - Matahari menyengat di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Temurejo, Kecamatan Blora, Kabupaten Blora, Jawa Tengah, Minggu (10/10/2021). Sambil menyeka keringat, beberapa emak-emak paruh baya tampak berteduh di balik tenda ala kadarnya. Tak lama berselang, mereka kembali lagi ke gunungan sampah.
Menjelang sore, para emak-emak masih terus berjibaku dengan sampah, mengais sesuatu yang sekiranya masih laku dijual. Datang pagi sekali, sore baru pulang. Hasilnya langsung dijual ke pengepul yang sudah menunggu di luar area gunungan sampah. Berapa rupiah yang didapat? Tentu tak banyak.
"Tergantung dapatnya," kata Sunarti (52), kepada Liputan6.com, sembari mengais sampah dan dimasukkan ke dalam karung yang dibawanya itu.
Advertisement
Baca Juga
Menurut Sunarti, ada sekitar 22 emak-emak pemilah sampah yang kesehariannya bekerja di Temurejo. Catatan itu dibenarkan temannya, Martini (55), sesama warga Dukuh Kaliweden, Desa Temurejo.
Tanpa rasa takut terkena penyakit karena dekat dengan sampah, Sunarti dan teman-temannya memilah sampah-sampah untuk bisa dimanfaatkan kembali.
Emak-emak pemilah sampah itu merupakan bagian penting dari pihak-pihak terkait pengelolaan sampah di Blora. Memang banyak pihak yang turut terlibat berperan mendorong pengelolaan gunungan sampah agar menjadi lebih bermanfaat. Mulai dari emak-emak pemilah sampah, pengurus bank sampah, perusahaan, dan pemerintah setempat.
Seorang pengurus Bank Sampah Induk (BSI) Berkah Mustika Poring Blora, Mochammad Khamami Mubarok, mengakui bahwa emak-emak pemilah sampah punya peran penting. Sampah yang terpilih dan terpilah bisa dimanfaatkan kembali.
Selanjutnya BSI fokus memproduksi pupuk kompos sampah dengan peralatan yang menunjang. Sebelumnya BSI mendapatkan bantuan peralatan dari program bantuan PT Pertamina EP Cepu Field.
"Dulu dapat dari program bantuan Pertamina. Itu sekitar 3 tahunan lalu," kata Khamami.
Bantuan peralatannya meliputi mesin pencacah sampah organik, mesin pengayak sampah, dan lain sebagainya. Saat bantuan datang, kala itu BSI belum terbentuk.
Khamami bercerita awal mulanya BSI bisa memproduksi pupuk kompos sampah di TPA Temurejo. Karena banyak warga yang terdampak bau sampah tak sedap sampai kurang lebih dua perkampungan sekitar lokasi.
"Kami kan warga terdampak. Jadi kami punya inisiatif sampah untuk bisa dikelola oleh organisasi atau lembaga," kata salah satu warga Dukuh Kalisangku, Desa Gempolrejo, Kecamatan Tunjungan itu.
Kini aroma tak sedap di sekitar TPA Temurejo jauh berkurang. Warga desa yang terdampak segera mendapatkan fasilitas gas metan untuk kebutuhan rumah tangga.
"Ini nantinya ada semacam pengelolaan gas metan yang akan dikasih pipa untuk disalurkan ke warga terdampak. Buat gas untuk masak," kata Khamami.
Â
Â
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Simak Video Pilihan Berikut Ini:
Sampah Jadi Pupuk Kompos
Pengurus lainnya, Ahmad Mundir menjelaskan, sampah untuk pupuk kompos itu terbuat dari berbagai macam kandungan.
"Dari hasil sampah yang menggunung itu tadi, kotoran sudah kering dan diayak. Terus ada dedaunan kompos itu sendiri," kata Mundir.
Tak sampai di situ, setelah prosesnya sudah diayak lembut, selanjutnya dicampur dengan tiga jenis air yang berbeda. Meliputi air leri (air beras), air kelapa, dan air lindi (air limbah sampah yang warnanya sudah berubah).
Mundir menyebutkan, ada beberapa kemasan pupuk kompos yang telah di produksi oleh BSI Berkah Mustika Poring Blora di TPA Temurejo. Meliputi kemasan ukuran 1 kilogram, 3 kilogram, 5 kilogram, 10 kilogram dan 50 kilogram.
"Jualnya per kilogram Rp2 ribu. Itu pemasarannya di Blora sendiri. Pupuk kompos BSI pernah juga di bawa sampai ke luar negeri," kata Mundir yang sempat membawa pupuk kompos buatan BSI itu ke laboratorium di Kabupaten Pati.
"Untuk produksinya per hari, biasanya bisa 1 ton lebih dalam sehari," katanya.
Senior Officer Relations & CID, Ahmad Setiadi ketika dikonfirmasi Liputan6.com mengatakan, program bantuan di TPA Temurejo adalah program pemberdayaan masyarakat pada tahun 2018. Hingga kini, bantuan tersebut masih terasa manfaatnya.
"Biasanya kami memonitor dan mengevaluasi program-program yang sudah pernah didukung sebelumnya, tidak menutup kemungkinan jika memang berlanjut dan berjalan dengan baik dapat mengusulkan kembali melalui Pemkab Blora," ujar Setiadi.
Sementara itu, kaitan bentuk dukungan Pemkab Blora melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Blora disampaikan bahwa keberadaan dinas hanya memfasilitasi kegiatan saja. Seperti halnya kegiatan BSI Berkah Mustika Poring Blora, diharapkan harus bisa kreatif secara mandiri.
"DLH hanya memfasilitasi alat pendukung dengan bon pinjam, instruktur atau pelatih pembuat pupuk. Untuk pemasaran itu wilayah BSI sendiri, dinas tidak berbisnis," ujar Kepala Bidang Kebersihan, Pengelolaan Sampah dan Limbah B3 DLH Kabupaten Blora, Bayu Himawan.
Ia juga menjelaskan, kaitan gas metan di TPA Temurejo, konsep lebih luas direncanakan lagi dari pemerintah pusat.
Lebih lanjut, Bayu menyampaikan bahwa sampah yang masuk ke TPA Temurejo yang tercatat mayoritas saban harinya kisaran seberat 34 ton. Sampah tersebut dari berbagai penjuru daerah yang ada di Kabupaten Blora.
Advertisement