Liputan6.com, Cilacap - Keberadaan siklon tropis Kompasu dan Namtheum di belahan utara Indonesia menyebabkan curah hujan di Jawa Tengah bagian selatan masih rendah meski sudah memasuki pertengahan Oktober atau sudah musim hujan
Dua badai tersebut menyebabkan angin kencang dan dominan angin timuran. Dalam kondisi tersebut, awan hujan mudah menyebar atau pecah dan menyebabkan curah hujan yang minim.
“Pembentukan awan hujan untuk wilayah Jawa saat ini masih sedikit. Karena dominan masih angin timuran. Dan anginnya juga kencang, maka pembentukan awan akan terganggu,” kata Prakirawan Cuaca BMKG Tunggulwulung, Rendy Krisnawan, Kamis (14/10/2021).
Advertisement
Baca Juga
Menurut dia, lazimnya Oktober adalah awal musim hujan, dengan intesitas ringan hingga sedang. Akan tetapi, karena fenonema dua siklon tropis tersebut maka curah hujan sangat sedikit dan dipastikan hujan dengan intensitas sedang mundur.
“Makanya awan akan mudah cepat menyebar atau pecah. Karena angin kencang saat ini. Gelombang perairan dan Samudera Hindia selatan Jawa tinggi,” Rendi menjelaskan.
Selain menyebabkan rendahnya curah hujan, dua badai siklon tersebut juga memicu gelombang tinggi di perairan selatan dan Samudra Hindia. Karena itu, dia meminta agar nelayan dan pengguna transportasi laut lainnya berhati-hati.
Saat ini siklon tropis Kompasu bergerak menjauh dari wilayah perairan Indonesia dan berada di perairan utara Filipina. Dengan begitu pengaruh untuk wilayah Indonesia, terutama Jawa makin kecil. Diperkirakan intensitas hujan meningkat pada dasarian ketiga Oktober atau awal November.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Curah Hujan di Cilacap
"Berdasarkan catatan di seluruh stasiun pengukuran curah hujan yang ada di Cilacap, rata-rata sudah hujan cuma masih rendah meskipun ada yang melebihi 50 milimeter per dasarian seperti di Gumilir dan Adipala," kata Kepala Kelompok Teknisi BMKG Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Teguh Wardoyo, Selasa, dikutip Antara.
Curah hujan di wilayah barat Kabupaten Cilacap, kata dia, masih relatif rendah dalam satu dasarian pertama Oktober 2021 karena di Majenang tercatat lima milimeter dan Kedungreja 18 milimeter.
Berdasarkan data tersebut, konsentrasi hujan pada dasarian pertama Oktober masih terkonsentrasi di wilayah selatan Kabupaten Cilacap dan sekitarnya atau daerah pesisir.
"Harusnya hujannya sudah mulai lebat tetapi karena adanya gangguan cuaca berupa dua siklon tropis dan dua sistem tekanan rendah di belahan bumi utara, awan-awan hujan yang telah tumbuh di belahan bumi selatan termasuk Cilacap dan sekitarnya tertarik ke belahan Bumi utara," katanya.
Teguh mengatakan berdasarkan pantauan satelit, di belahan Bumi utara saat sekarang terdapat siklon tropis Kompasu yang muncul di perairan sebelah utara Filipina, siklon Namtheun di Samudra Pasifik timur Filipina dan di dekatnya ada sistem tekanan rendah 1.007 hPa, serta sistem tekanan rendah 1.003 hPa di Teluk Benggala.
"Jadi, sistem tekanan rendah masih dominan di belahan Bumi utara, sehingga pola hujannya tertarik ke arah utara semua. Jadi akhirnya yang seharusnya di Jawa hujannya sudah cukup merata tetapi karena adanya dua siklon tropis dan sistem tekanan rendah di belahan Bumi utara, sejak beberapa hari lalu sampai saat ini kondisi hujannya belum merata," katanya.
Ia mengakui bahwa sebelumnya BMKG mengeluarkan peringatan dini terkait dengan potensi terjadinya hujan lebat di 25 provinsi, termasuk Jawa Tengah.
Akan tetapi, kata dia, peringatan dini tersebut dikeluarkan sebelum munculnya dua siklon tropis di belahan Bumi utara itu.
"Untuk wilayah di utara Khatulistiwa seperti Kalimantan bagian utara, Sumatra bagian utara, dan Sulawesi bagian utara kemungkinan benar berpotensi hujan lebat atau angin kencang karena dekat dengan ekor siklon tropis tersebut. Namun untuk wilayah Jawa, kemungkinan hujannya berkurang karena tersedot ke siklon tropis dan tekanan rendah," katanya.
Disinggung mengenai kondisi cuaca di wilayah perairan selatan Jawa Tengah, Teguh mengatakan hingga saat ini angin timuran masih dominan di perairan selatan maupun Samudra Hindia selatan Jawa Barat hingga Daerah Istimewa Yogyakarta.
Dengan demikian, kata dia, gelombang tinggi masih berpotensi terjadi di perairan selatan maupun Samudra Hindia selatan Jawa Barat hingga Daerah Istimewa Yogyakarta.
Advertisement