Liputan6.com, Cirebon - Polemik perebutan takhta di Keraton Kasepuhan belum berakhir. Prosesi jumenengan atau pelantikan sultan Keraton Kasepuhan kembali terjadi.
Prosesi jumenengan dilakukan oleh keluarga Pangeran Wisnu Lesmana yang didapuk sebagai Sultan Jayawikarta III Keraton Kasepuhan Cirebon. Pelantikan dilakukan di kediaman keluarga Pangeran Wisnu Lesmana.
Sebelum pelantikan, keluarga menggelar prosesi peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Setelah itu, dilanjutkan dengan pengangkatan Wisnu Lesmana menjadi Sultan Jayawikarta III Keraton Kasepuhan Cirebon.
Advertisement
Baca Juga
"Saya pewaris sah Pangeran Muhammad Ilen Seminingrat bin Pangeran Pakishaji Seminingrat nasab dari Pangeran Jayawikarta bin Sultan Sepuh IV Amirsena Kasultanan Kasepuhan Cirebon," ujar Wisnu Lesmana dalam pidatonya setelah dilantik, Rabu (20/10/2021).
Dalam pidatonya, Wisnu mengaku sedih dan prihatin atas terjadinya polemik perebutan takhta sultan di Keraton Kasepuhan Cirebon. Polemik tersebut, menurutnya membuat sejarah Kasultanan Cirebon menjadi buruk di mata dunia.
Wisnu mengklaim Alexander merupakan anak ideologis dari kepentingan politik VOC pada masa itu. Alexander dituding mewariskan kekeliruan sejarah sehingga menjadikan keturunannya sebagai korban.
Pada kesempatan ini, dia mengajak Sultan Luqman Zulkaedin Keraton Kasepunan XV dan Rahardjo Djali yang didapuk sebagai Sultan Aloeda II untuk bertabayun.
"Saat ini pemerintah hindia belanda sudah berakhir dan Negara Indonesia berhak sepenuhnya mengembalikan fakta sejarah raja-raja pribumi khususnya di Kasultanan Kasepuhan Cirebon kepada yang sebenarnya," kata Wisnu.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Saksikan video pilihan berikut ini
Siap Buka Data
Wisnu mengatakan, Rahardjo Djali dan Luqman Zulkaedin serta para zuriah adalah saudara. Oleh karena itu, wisnu menganggap polemik perebutan takhta tidak elok diperebutkan dengan cara bertikai.
Terpisah, Muhammad Anas juru bicara adat Keraton Kasepuhan Cirebon versi Pangeran Jayawikarta III mengatakan, pelantikan sudah sesuai pakem. Dia mengaku sebelumnya sudah berupaya menggelar pelantikan di wilayah Keraton Kasepuhan.
"Kami ditolak sama keluarga yang ada di dalam tapi kami tidak masalah kami tidak ingin menggunakan media kekerasan jadi kami lakukan jumenengan di kediaman," ujar dia.
Dia mengaku, keputusan melakukan jumenengan selain menyikapi adanya polemik perebutan takhta. Pangeran Wisnu dianggap sudah layak menerima warisan takhta dari ayahya.
Anas mengaku sudah melakukan berbagai kajian data terkait kepastian Pangeran Wisnu layak menjadi sultan di Keraton Kasepuhan Cirebon.
"Dari cerita bapak saya juga menyampaikan bahwa sultan yang sekarang bertahta bukan garis keturunan Sunan Gunung Jati. Beberapa waktu kemudian kami bertemu Mama Ilen dan beliau memberikan data-data sehingga saya yakin beliaulah yang pantas bertakhta. Namun, beliau wafat setelah Gerebeg Syawal akhirnya kami putuskan untuk melantik anaknya," ujar dia.
Di tengah polemik tersebut, pihak keluraga Pangeran Wisnu mengaku akan terus berjuang mempertahankan keturunan asli Sunan Gunung Jati dari garis laki-laki.
Pelantikan tersebut, kata dia, sebagai bagian dari pelurusan sejarah yang selama ini dianggap banyak menyimpang. Sementara itu, Anas mengaku sudah berkomunikasi dengan keraton lain seperti Kanoman dan Kacirebonan.
"Hasil pertemuan kami akan berupaya duduk bersama tabayun dengan dinas pariwisata dan budaya Kota Cirebon juga adu data kalau ada temuan tidak valid kami siap mundur dari tahta. Tapi begitu juga sebaliknya kalau data Luqman dan pak Rahardjo tidak valid maka harus siap mundur," ujar dia.
Advertisement