Memandang Kembali Jagat Raya dari Tenggarong, Serius Benahi Planetarium

Dahulu, Planterium Tenggarong adalah tempat terbaik untuk mendapatkan wawasan soal angkasa. Upaya revitalisasi mulai dilakukan untuk mengembalikan kejayaan planetarium ini.

oleh Abdul Jalil diperbarui 25 Nov 2021, 23:12 WIB
Diterbitkan 25 Nov 2021, 22:00 WIB
Planteraium Tenggarong
Planteraium Tenggarong.

Liputan6.com, Jakarta Jika mengunjungi Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), jangan lewatkan untuk singgah ke Tenggarong. Wilayah yang terletak di aliran Sungai Mahakam ini merupakan sebuah kota kecamatan sekaligus ibu kota dari Kabupaten Kukar.

Tenggarong adalah kota bersejarah dan kota penting sejak lama di Pulau Kalimantan. Tenggarong dulunya adalah ibu kota Keusultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura.

Tenggarong populer di tengah masyarakat Kalimantan Timur. Hal ini karena Tenggarong memiliki banyak tempat wisata yang khas. Ada wisata sungai, museum hingga wisata edukasi antariksa.

Salah satu tempat wisata yang paling terkenal adalah Pulau Kumala. Sebuah tempat wisata pulau yang berada di tengah sungai. Hanya ada dua daerah di Indonesia yang memiliki wisata pulau di tengah sungai seperti Pulau Kumala.

Bergeser sedikit dari Pulau Kumala, di tepi aliran Sungai Mahakam juga ada tempat wisata antariksa. Namanya Planetarium Jagad Raya Tenggarong (PJRT).

Keberadaan planetarium seperti ini masih langka di Indonesia. Planetarium Jagad Raya Tenggarong merupakan planetarium ketiga di Indonesia setelah Planetarium Jakarta dan Planetarium Surabaya, Jawa Timur.

Planetarium ini sempat vakum akibat pandemi dan kerusakan alat. Pemkab Kukar telah merencanakan program revitalisasi planetarium yang dilakukan oleh Dinas PU (Pekerjaan Umum) Kukar.

Sekertaris Daerah (Sekda) Kukar Sunggono menyebut bahwa program revitalisasi ini akan mengembalikan fungsi Planetarium Jagad Raya Tenggarong sebagaimana keadaan awal.

“Pemkab Kukar sedang mengkaji langkah apa yang akan dilakukan kelak dalam tahapan revitalisasi tersebut,” ujarnya, Rabu, (17/11/2021).

Simak juga video pilihan berikut

Kebanggaan Masyarakat Tenggarong

Planetarium Tenggarong
Planetarium Tenggarong

Planetarium Jagad Raya Tenggarong terletak di Jalan Pangeran Dipenegoro, di sebelah kiri bangunan Museum Mulawarman. Pada masanya planetarium ini adalah kebanggan besar masyarakat Tenggarong.

Planetarium ini dibangun pada tahun 2002 dan diresmikan pada tanggal 16 April 2003 oleh Wakil Presiden RI ke-9, Hamzah Haz. Keberadaannya masih tergolong langka di Indonesia.

Malah di Asia Tenggara jadi yang pertama planetarium yang memiliki tayangan tiga dimensi sehingga bisa disaksikan tanpa harus menggunakan kacamata khusus.

Planetarium hadir berkonsep tempat teater bintang atau teater alam semesta. Tempat ini merupakan sarana wisata pendidikan untuk menikmati keindahan alam semesta berupa bintang-bintang, planet dan objek-objek langit.

Pengunjung dapat melihat visual atau pengamatan langsung isi alam semesta dan susunan tata surya. Planetarium ini dibangun dengan APBD Kukar sebesar 18 miliar rupiah.

Gaya arsitektur bangunan ini juga berkonsep ruang angkasa. Di bagian depan bangunan, ada taman tata surya yang merupakan replika dari delapan planet beserta susunan dan lintas orbitnya.

Teknologi Canggih

Gerhana Bulan
Gerhana Bulan saat diamati dari Kalimantan Timur

Alat peraga yang digunakan Planetarium Jagad Raya Tenggarong adalah Proyektor  optical system Zeiss Skymaster ZKP 3 buatan Carl Zeiss dari Jerman. Memiliki tinggi 2.750 milimeter dengan berat 250 kilogram.

Seratus lensa di perabotan astronomi tersebut berfungsi memproyeksikan berbagai bentuk benda langit seperti matahari, bulan, komet, meteor, bintang, rasi, dan galaksi.

Selain proyektor utama, pada Skymaster ZKP 3 juga terdapat pendukung lainnya berupa proyektor effect dan 8 buah proyektor slide yang berfungsi untuk memproyeksikan gambar.

Hasil proyeksi perangkat teknologi tersebut ditampilkan di sebuah ruang berbentuk kubah dengan diameter 11 meter. Penonton bisa menyaksikan keindahan semesta dari 92 kursi yang ditempatkan melingkar, menghadap ke proyektor.

Ruang yang digunakan sebagai ruang peragaan ditempatkan melingkari proyektor dan saat pertunjukan dimulai, ruangan tertutup rapat sehingga tidak ada cahaya yang masuk.

Sirkulasi udara di atur dengan pendingin ruangan. Ruangan yang dingin ini juga untuk menjaga perangkat teknologi di dalamnya agar bekerja di bawah suhu rendah yang ideal.

Sempat Berjaya Beberapa Tahun yang Lalu

Stasiun Angkasa Luar Internasional
Stasiun Angkasa Luar Internasional paling baik dilihat sekitar satu jam sebelum fajar dan satu jam setelah matahari terbenam. (Foto: NASA)

Keberadaan Planetarium Jagad Raya Tenggarong sangat penting. Selain sebagai wahana wisata edukasi antariksa, planetarium ini juga memiliki kegiatan rutin mengamati langsung antariksa.

Pada tahun 2014 Planetarium mengalami peremajaan besar-besaran. Fitur Proyektor  optical system Zeiss Skymaster ZKP 3 diupgrade ke ZKP 4.

Teater Bintang Planetarium pun mampu menayangkan cuplikan tiga dimensi yang bisa dinikmati tanpa kacamata. Saat itu tak satu pun planetarium di Asia Tenggara memiliki fasilitas tersebut.

Fasilitas itu pun membuat tingkat kunjungan ke PJRT kembali meledak. Pada Idulfitri 2014, lebih 2 ribu orang datang berkunjung dalam sehari. Jam tayang diputar hingga delapan kali, sedari biasanya hanya empat kali sehari.

Sepanjang 2014 saja, jumlah kunjungan mencapai 22 ribu orang. Meningkat lagi jadi 32.100 kunjungan setahun kemudian. Mulai tahun 2016 pengunjung beranjak menurun, angkanya merosot hanya 7.025 kunjungan pada tahun 2018.

Teater bintang akhirnya tak beroperasi pada Februari 2019 karena layar dome tidak optimal. Planetarium pun hanya menampilkan display tata surya.

Display ini memamerkan pola tata kerja sistem surya. Seperti proses gerhana matahari dan fenomena alam serupa di lantai satu.

Program Peremajaan Planetarium

Ilustrasi Luar Angkasa, Alam Semesta, Astronot, Angkasawan
Ilustrasi Luar Angkasa, Alam Semesta, Astronot, Angkasawan. Kredit: Comfreak from Pixabay

Sejak melonjaknya kasus pandemi Covid-19, Planetarium Jagad Raya Tenggarong ditutup total. Tidak ada aktivitas apapun hingga hari ini di fasilitas tersebut.

Kepala Bidang Pengembangan Destinasi Parawisata, Dinas Parawisata (Kukar) Muhammad Ridha Fatrianta menyebut penutupan ini untuk membatasi penyebaran Covid-19. Apalagi fasilitas ini di tempat tertutup dan cenderung berkerumun.

“Planetarium tidak dibuka karena sebagian besar yang biasanya datang adalah anak-anak. Dan untuk memutarnya dalam ruangan perlu suhu dingin. Dalam aturan penanganan pandemi tidak boleh,” ujarnya.

Ridha tak menampik bahwa sejumlah peralatan di Planetarium tidak berfungsi optimal. Perusahaan penyedia alat sistem optical planetarium Carl Zeiss dari Jerman telah mengirim surat jika tidak memproduksi alat itu lagi.

Dispar Kukar telah melakukan perencanaan program peremajaan Planetarium. Program revitalisasi ini dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kukar.

Sekertaris Daerah (Sekda) Kukar Sunggono menyebut bahwa Pemkab Kukar sedang mengkaji program revitalisasi planetarium. Hal ini untuk mengetahui langkah apa yang akan dilakukan pada tahapan revitalisasi tersebut.

“Ada beberapa peralatan yang enggak bisa dimanfaatkan langsung. Apakah mungkin untuk mendesain ulang dari yang ada, atau masih bisa memaksimalkan fungsi peralatan yang ada,” terangnya.

Pengelola Planetarium juga telah mendapat saran dan petunjuk alternatif dari perusahaan penyedia sistem optical planetarium yang tidak produksi lagi. Saran dan petunjuk itu akan dijadikan acuan menentukan langkah Pemkab Kukar mengembalikan Planetarium Jagad Raya Tenggarong.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya