Museum di Yogyakarta Bisa Pakai Jurus Ini untuk Sajian Ramah Milenial dan Atraktif

Museum Yogyakarta bisa menggaet kaum milenial dengan menyajikan tampilan memberikan pengalaman baru sesuai dengan karakteristik anak muda zaman sekarang.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 12 Des 2021, 12:30 WIB
Diterbitkan 12 Des 2021, 12:30 WIB
Talkshow Sumonar
Talkshow bertajuk Cahaya dari Museum yang menjadi rangkaian kegiatan Sumonar 2021 di Pendopo Ajiyasa Jogja National Museum (JNM), Sabtu (11/12/2021).

Liputan6.com, Surabaya- Stigma museum di Yogyakarta sebagai sesuatu yang kaku dan konvensional bisa dipatahkan dengan jurus ini. Museum Yogyakarta bisa menggaet kaum milenial dengan menyajikan tampilan memberikan pengalaman baru sesuai dengan karakteristik anak muda zaman sekarang.

Menurut Product Manager Visual Instrument PT Epson Indonesia Muhammad Noval, generasi Y dan Z sebagai pembawa tren yang kuat memiliki karakteristik penutur digital, ketertarikan dengan sosial media tinggi, pembelajar sendiri, interaktif, dan fleksibel. Artinya, kaum milenial tertarik dengan pengalaman baru, belajar, eksplorasi, dan membagi ke orang-orang.

“Dan di sini lah museum bisa masuk lewat tema-tema yang interaktif,” ujarnya dalam siaran pers talkshow bertajuk Cahaya dari Museum yang menjadi rangkaian kegiatan Sumonar 2021 Yogyakarta di Pendopo Ajiyasa Jogja National Museum (JNM), Sabtu (11/12/2021).

Noval memaparkan ada sejumlah alasan orang pergi ke museum. Pertama, museum sebagai media edukasi untuk belajar sesuatu yang baru.

Alasan lainnya, museum menjadi pusat sejarah, media belajar kebudayaan, menjadi inspirasi untuk anak muda mendapatkan pandangan baru serta interaksi.

“Interaksi ini adalah hal baru, jadi ada interaksi atau dialog antara karya dan manusia, karya menyampaikan pesan dan manusia merespons,” ucapnya.

Epson hadir untuk membantu museum mewujudkan proyeksi visual sebagai pengalaman media. Proyeksi visual dipilih karena tidak terbatas fasad, pemeliharaan mudah, dan aksesnya juga gampang.

Beragam peralatan disediakan Epson untuk menghadirkan pengalaman baru bermedia, seperti,  lighting projectors, laser light sources, ultra short throw, yang bisa dipilih untuk beragam kebutuhan museum.

“Proyeksinya juga fleksibel tidak melulu kotak,” kata Noval di Yogyakarta.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

Sumonar Mendekatkan Diri dengan Museum

Direktur Museum Ullen Sentalu  Daniel Haryono, menjelaskan beragam program yang ada di Ullen Sentalu.

“Program museum kami adalah program hidup, menghidupkan benda yang ada di museum bukan sekadar artefak,” tuturnya.

Ia berupaya mengangkat Museum Ullen Sentalu bukan sekadar museum konvensional yang memamerkan dan memberikan informasi tentang koleksi, melainkan juga pengalaman kepada pengunjung.

Salah satunya, dengan membuat museum sebagai venue. Namun, ia memastikan kegiatan yang ada di Museum Ullen Sentalu selalu berkaitan dengan visi dan misi museum.

Sejumlah perhelatan yang pernah diadakan di Ullen Sentalu, antara lain, ICCT Dunia Batik, World of Arcaheological Wonders (WOW), dan Asia Tri.

“Kami juga menampilkan pertunjukan di museum,” ucapnya.

Ia menilai museum adalah objek yang butuh informasi namun tetap harus memiliki keterhubungan dengan masyarakat. Museum Ullen Sentalu tidak sekadar menawarkan pengunjung untuk interaksi tetapi juga avonturir.

Project Director Sumonar Ishari Sahida yang akrab disapa Ari Wulu mengungkapkan Sumonar sengaja mengundang orang yang bergerak di bidang kearsipan kebendaan dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya untuk memberikan hal yang lebih baik.

“Pada awal Sumonar kami memperhatikan landmark, kali ini kami mengambil museum yang memberikan sesuatu yang luar biasa karena lewat museum wawasan berkembang dan fokus kami saat ini penyajian di museum,” kata Ari Wulu.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya