Liputan6.com, Cilacap - Sayyidina Ali Bernama lengkap Ali bin Abu Thalib bin Abdul Muthallib bin Hasyim. Ia memiliki julukan Abu Turab, Abu Raihanatain, Abu Al Hasanain. Dia adalah putra paman Nabi SAW, sekaligus suami putri tercinta Nabi, Fatimah az-Zahra.
Ali memiliki hubungan yang sangat dekat dengan Nabi, sampai-sampai Nabi bersabda, “Kedudukan Ali bagiku seperti kepala dari tubuhku.” Dalam kesempatan lain Rasulullah SAW bersabda, “Kedudukanmu di sisiku seperti kedudukan Harun di sisi Musa, hanya saja tidak ada lagi Nabi setelahku.”.
Advertisement
Baca Juga
Sebagai sahabat dekat Nabi Muhammad, Ali bin Abi Thalib memiliki banyak keistimewaan. Sebagaimana diriwayatkan oleh Anas bin Malik, Ali adalah sahabat yang paling dicintai Allah. Suatu hari di dekat Nabi ada seekor burung.
Lalu beliau bersabda, “Ya Allah, semoga Engkau mendatangkan kepadaku makhluk yang paling Engkau cintai, agar dia bisa memakan burung ini bersamaku,” maka datanglah Ali bin Abi Thalib yang kemudian makan bersama Nabi.
Ali bin Abi Thalib merupakan salah satu dari assabiqunal awwalun dari golongan anak-anak. Sebab ketika masuk Islam, saat itu usianya baru 7 tahun. Selain itu, beliau merupakan salah satu dari sepuluh orang yang diberi kabar gembira sebagai ahli surga.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Simak Video Pilihan Ini:
Menghukum Budak yang Mencuri
Dikisahkan oleh Fahruddi ar-Razi dalam Kitab Tafsir Mafatih al-Ghaib, suatu hari, salah seorang muhibbin atau pecinta sayyidina Ali bin Abi Thalib RA melakukan pencurian, dia adalah seorang budak hitam. Ia pun dihadapkan pada Ali dan ditanya, “Apakah engkau mencuri?”. “Benar”, jawabnya.
Ali kemudian memotong tangannya. Setelah itu, ia pergi jauh dari Ali dan bertemu dengan Salman al-Farisi dan Ibnu al-Kira.
Dalam Riwayat lain yang ditemui bukan Ibnu al-Kira, namun Ibnu Al al-Kawwa. Tidak diketahui secara pasti dan belum ditemukan rujukan terkait Ibnu al-Kira dan Ibnu al-Kawwa’ orang yang sama atau berbeda.
Lantas, Ibnu al-Kira lantas bertanya, “Siapa yang telah memotong tanganmu?”
Kemudian dijawab, “Yang memotong tanganku adalah Amirul mukminin, ya’subul muslimin (ya’sub: lebah jantan atau raja lebah), khatnur Rasul (menantu Rasul), dan suami Fatimah al-Batul (orang yang zuhud).
Advertisement
Menyatukan Tangan yang Telah Dipotong
Ibnu al-Kira merasa heran, “Ali telah memotong tanganmu, tapi engkau malah menyanjungnya.”Budak itu menjawab, “Bagaimana aku tidak menyanjungnya karena dia telah memotong tanganku dengan cara yang haq, dan telah menyelamatkan diriku dari api neraka.
Salman yang mendengar percakapan kedua orang itu lantas bercerita pada Ali. Ali pun memanggil budak hitam tersebut dan menempelkan tangan yang telah terputus pada lengannya, lalu ditutup dengan saputangan.
Setelah itu, Ali memanjatkan beberapa doa. Tidak lama kemudian, kami mendengar suara dari langit, “Bukalah kain itu dari tangannya.” Kami pun membukanya dan dengan izin Allah tangan tersebut sembuh seperti semula.
Demikianlah salah satu karomah yang dimiliki oleh Sayyidina Ali bin Abi Thalib sebagaimana dikutip dari kanal You Tube Penerus Para Nabi.
Penulis: Khazim Mahrur