Sedimentasi dan Ribuan Keramba Nelayan Jadi Kendala Revitalisasi Danau Limboto

Banyak kendala yang menyebabkan lambatnya proses revitalisasi Danau Limboto, Provinsi Gorontalo.

oleh Arfandi Ibrahim diperbarui 08 Jul 2022, 06:00 WIB
Diterbitkan 08 Jul 2022, 06:00 WIB
Kotak Suara Jadi Penutup Mesin Perahu Nelayan Danau Limboto
Danau Limboto, Gorontalo yang kini dalam kondisi kritis (Liputan6.com/Arfandi Ibrahim)

Liputan6.com, Gorontalo - Banyak kendala yang menyebabkan lambatnya proses revitalisasi Danau Limboto, Provinsi Gorontalo. Selain perbedaan data luasan danau, masalah Keramba Jaring Apung (KJA) milik warga juga menjadi kendala.

BWSS II mencatat, ada sekitar 2.000 lebih KJA yang yang ada di Danau Limboto. KJA ini setiap harinya memberi pakan untuk ikan sekitar 202 ton per hari.

Setelah dikalkulasi secara detail oleh pihak BWSSS, diperkirakan dalam setahun, pakan ikan yang masuk ke danau ada 73.730 ton. Jika diasumsikan, kalau ada 10 persen pakan itu tak dimakan ikan, ada 7.373 ton setiap tahun sedimentasi ikut menyebabkan pendangkalan Limboto.

"Selain sedimentasi, pakan tadi bisa mengakibatkan kualitas air Danau Limboto menjadi tidak steril lagi untuk habitat ikan," kata Wempi Waroka, PPK Danau Limboto, Balai Wilayah Sungai Sulawesi (BWSS) II Gorontalo.

"Bahkan saat ini sudah ada KJA yang berada di tengah-tengah danau. Seharusnya mereka tidak di situ, karena itu merupakan wilayah konservasi," tuturnya.

Selain itu, kata Wempi, lahan di sekitar dan hulu danau, juga banyak warga yang menanam jagung, berkontribusi besar pada kondisi Limboto.

"Ketika hujan datang, pasti sedimentasi yang dihasilkan dari kebun itu akan masuk ke danau limboto," ungkapnya.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Berdasarkan Penelitian

Proyek pembangunan pintu air sungai yang masuk ke danau limboto (Foto: Arfandi/Liputan6.com)
Proyek pembangunan pintu air sungai yang menyuplai air ke danau limboto (Foto: Arfandi/Liputan6.com)

Sementara itu, berdasarkan penelitian Elya Nusantari dari Universitas Negeri Gorontalo pada 2010 berjudul ‘Kerusakan Danau Limboto dan Upaya Konservasi melalui Pemberdayaan Masyarakat dan Peran Perguruan Tinggi,’ menyebutkan, erosi pada Daerah Aliran Sungai (DAS) yang masuk ke danau Limboto ada sekitar 3.409.067,36 ton per tahun.

Akibat sedimentasi ini, saat musim hujan, danau ini tak lagi mampu menampung luapan air sungai yang bermuara ke Limboto. Akibatnya, banjir menenggelamkan rumah-rumah penduduk di sekitar danau.

Marten Taha, Wali Kota Gorontalo, juga mengeluhkan masalah ini. Menurutnya, Danau Limboto harus secepatnya diselamatkan karena berdampak besar ke warga.

"Wilayah danau bukan hanya Kabupaten Gorontalo, tetapi Kota Gorontalo juga. Jadi revitalisasi diharapkan segera selesai," ia menandaskan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya