Liputan6.com, Gorontalo - Tergerusnya karakter anak di era digital, dikarenakan gawai atau smartphone yang saat ini sangat mudah didapatkan. Ditambah lagi, akses internet yang mudah didapat, sangat berdampak pada karakter anak.
Saat ini, banyak sekali anak generasi milenial ke bawah kehilangan karakter akibat kondisi ini. Berbeda dengan anak di zaman 90 ke atas yang masih memiliki karakter baik.
Advertisement
Baca Juga
Tingkat kecanduan terhadap gawai pada anak sangat tinggi, sehingga berpengaruh pada kebiasaan dan perilaku anak yang berakibat pada rusaknya karakter yang akan terbangun di masa depan.
Berdasarkan data pengamatan di beberapa sekolah dasar (SD) di Provinsi Gorontalo, hampir 50 persen anak-anak diberikan gawai oleh orangtuanya. Itu berarti, kehidupan sosial mereka di sekolah tidak lagi terbangun.
"Harusnya di sekolah mereka tidak diberikan ponsel, agar mereka bisa secara penuh berinteraksi dengan teman-temannya, nah dengan interaksi itu, akan melatih karakter anak usia dini," kata Syarifudin Abdullah, salah satu tokoh pendidikan di Gorontalo kepada Liputan6.com, Selasa (23/08/2022).
Simak juga video pilihan berikut:
Sarana Olahraga
Tidak hanya di sekolah, orangtua juga harus menyarankan anak-anak bermain permainan tradisional. Karena, pasti di setiap daerah ada permainan tradisional yang mampu memberikan hal positif terhadap karakter anak.
Sebagai contoh permainan tradisional Gorontalo yakni engklek atau permainan jingkat-jingkat biasa orang menyebutnya kainje. Memang terlihat kuno, tapi permainan ini mengajarkan nilai-nilai karakter, seperti jujur, disiplin pada pelaku atau pemain.
"Di permainan tersebut, ada nilai kebersamaan ketangkasan dan sosial, nah kalau mereka main handphone, nilai apa yang didapatkan," tuturnya.
Menurutnya, selain menumbuhkan nilai karakter anak, permainan tradisional ini juga sebagai sarana olahraga anak. Karena, saat ini mereka menggunakan fisik untuk bermain bersama-sama.
"Memang kalau dilihat secara langsung hanya permainan tradisional, tetapi secara tidak langsung mereka menggerakkan fisik dan bisa dibilang bagian dari olahraga," ungkapnya.
"Saya kira permainan seperti itu saat ini sudah tidak ada lagi dan anak terpengaruh dengan gawai. Itu baru satu permainan, belum lagi permainan tradisional lainnya," imbuhnya.
Sementara, menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh (Hapidin & Yenina, 2016), bahwa melalui permainan tradisional edukatif anak bisa mengembangkan berbagai aspek secara holistik dan terintegrasi serta terbangunnya berbagai karakter.
Artinya, permainan yang ditampilkan pada anak tidak hanya melibatkan satu aspek saja, tetapi melibatkan seluruh aspek, salah satunya kemampuan sosial dan emosional anak.
Advertisement