Kabupaten Sukoharjo Terapkan Mitigasi Bencana Berbasis Kearifan Lokal

BPBD Kabupaten Sukoharjo mengaku memberlakukan kearifan lokal sebagai salah satu mitigasi kesiapsiagaan bencana di wilayah penghasil jamu tersebut.

oleh Dewi Divianta diperbarui 20 Okt 2022, 16:00 WIB
Diterbitkan 20 Okt 2022, 16:00 WIB
Sri Maryanto Kepala BPBD Sukoharjo Saat Melakukan Sosialisasi Kebenncanaan
Sri Maryanto Kepala BPBD Sukoharjo Saat Melakukan Sosialisasi Kebenncanaan (Dewi Divianta/Liputan6.com)

Liputan6.com, Sukoharjo - Beberapa wilayah di Indonesia tengah mengalami musibah banjir dan longsor, sebagai langkah kesiapsiagaan bencana BPBD Kabupaten Sukoharjo pihaknya melakukan mitigasi dan sosialisasi kebencanaan di beberapa wilayah yang berpotensi mengalami bencana. Salah satunya dengan memanfaatkan kearifan lokal yang masih berlaku hingga saat ini di Indonesia.

Kepala BPBD Sukoharjo, Sri Maryanto menyebut pihaknya telah mengantisipasi terjadinya bencana di wilayahnya degan melakukan mitigasi kebencanaan dan juga sosialisasi pada kelompok-kelompok prioritas ketika bencana terjadi.

"Untuk wilayah Sukoharjo minim dari potensi bencana banjir atau tanah longsor. Namun, menyikapi kondisi yang terjadi di berbagai daerah kami telah melakukan antisipasi kebencanaan sebelum puncak musim hujan," katanya kepada Liputan6.com saat melakukan sosialisasi kebencanaan di Grogol, Sukoharjo, Rabu (19/10/2022).

Menurutnya untuk melakukan mitigasi kesiapsiagaan dan sosialisasi kepada masyarakat pihaknya menggandeng pemerintahan desa dan kecamatan agar sosialisasi lebih mudah diterima oleh masyarakat terlebih sosialisasi diprioritaskan kepada kelompok umur renta dan anak-anak sekolah. Sosialisasi tersebut melibatkan perangkat desa dengan memanfaatkan sistem kearifan lokal yang masih terjaga hingga saat ini. 

"Sosialisasi dan mitigasi dengan kelompok rentan, karena kelompok rentan adalah sebagai prioritas pada saat penyelamatan pada saat bencana banjir. Selain itu juga anak-anak sekolah, kalau anak sekolah mitigasi sosialisasnya gempa bumi," tutur dia. 

Meski ada prioritas dalam penanganan kebencanaan, dirinya menyebut kesiapsiagaan bencana juga menjadi prioritas untuk semua masyarakat terlebih dalam situasi cuaca yang saat ini tengah terjadi di beberapa wilayah di Indonesia. 

"Melakukan kesiapsiagaan, waspada, menggiatkan sistem keamanan lingkungan sebagai sarana peringatan dini sesuai dengan dengan kearifan lokal masing-masing wilayah," ucapnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Potensi Banjir dan Longsor di 8 Kecamatan

 

Dalam kesempatan itu, Sri juga meminta semua pihak turut berperan dalam melakukan mitigasi kesiapsiagaan kebencanaan sebagai salah satu langkah awal mencegah jatuhnya korban ketiga terjadi bencana. 

"Mengecek kondisi lingkungan, kalau ada pohon yang terlalu rimbun di lingkungan rumah atau jalan untuk memotong dahan atau rantingnya. Mengecek kerangka rumah untuk menghindari rumah roboh, dan bersih-bersih saluran air seperti sungai dan drainase," kata Sri.

Meskipun di wilayahnya risiko bencana sangat minim terjadi pihaknya tetap rutin melakukan mitigasi dan sosialisasi kesiapsiagaan bencana di wilayahnya. Dirinya menyebut masyarakat untuk lebih waspada pada awal tahun 2024 lantaran diprediksi puncak musim penghujan akan terjadi pada bulan Januari hingga pertengahn Februari. 

Namun ada beberapa wilayah di Kabupaten Sukoharjo yang masuk sebagai wilayah yang berpotensi mengalami banjir, dan juga beberapa kecamatan yang memiliki potensi longsor.  Daerah-daerah tersebut di antaranya, Kecamatan Polokarto (desa Pranan, Bugel, Ngombakan, Bakalan, Wonorejo), Kecamatan Mojolaban (Desa Tegalmade, Laban, Gadingan, Plumbon), Kecamatan Grogol (Desa Pandeyan, Telukan, Kadokan, Langenharjo, Madegondo, Grogol, Sanggrahan, Banaran, Desa cemani), Kecamatan Baki (Desa Ngrombo, Desa Mancasan), Kecamatan Bulu (desa Lengking, Ngasinan), dan Kecamatan Tawangsari ( Desa Kedungjambal, Ponowaren, Dalangan).

Sementara itu, daerah yang berpotensi mengalami tanah longsor berada di Kecmatan Bulu (Desa Sanggang, Kamal, Kedungsono, dan Desa Tiyaran), Kecamatan Weru (Desa Tawang.

"Perlu diingatkan untuk masyarakat untuk lebih waspada terhadap bencana, khususnya awal tahun. Karena puncak musim hujan adalah Bulan Januari 2022 mendatang," ucap Sri.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya