Bukan Sekadar Karya Seni, Ini Ragam dan Makna Ukiran Gorga Suku Batak

Berikut ragam dan makna ukiran gorga:

oleh Switzy Sabandar diperbarui 27 Okt 2022, 01:00 WIB
Diterbitkan 27 Okt 2022, 01:00 WIB
unesco
Workshop Sosialisasi Karya Gorga dan Tenun Ulos oleh peserta program UNESCO Jakarta di Ruang Galeri Seni Rupa Jurusan Seni Rupa Universitas Negeri Medan (Unimed), Kamis (9/12/2021). (Ist)

Liputan6.com, Medan - Salah satu seni tradisional yang dimiliki Indonesia adalah seni ukir. Seni ukiran ini juga tak hanya dimiliki satu wilayah saja, melainkan ada di beberapa wilayah.

Salah satu seni ukir khas dan memiliki makna tersendiri adalah ukiran gorga. Ukiran gorga merupakan salah satu bentuk kesenian ukiran khas kebudayaan adat Suku Batak.

Bentuk ukiran gorga yang bermacam-macam ini memiliki makna yang berbeda-beda. Dikutip dari "Makna Seni Ukiran Gorga pada Rumah Adat Batak" karya Karolina Sianipar, Gugun Gunardi, Widyonugrahanto, dan Sri Rustiyanti, gorga biasanya terdapat pada bagian eksterior rumah Batak.

Pada bangunan-bangunan tradisional tempat tinggal adat Batak memiliki istilah yang disebut jabu Batak. Jabu merupakan istilah yang berarti rumah, sedangkan jabu ruma merupakan rumah adat.

Rumah adat Batak pun dibagi menjadi dua, yakni jabu ruma dan jabu ruma gorga. Jabu ruma merupakan rumah adat tanpa gorga, sedangkan jabu ruma gorga artinya rumah adat yang terdapat gorga di bagian luarnya.

Ukiran gorga memiliki ciri khas tersendiri, terutama pada bentuk lekukan ukirannya. Bagi masyarakat Batak, ukiran tersebut memiliki nilai-nilai simbolis dan magis.

Dikutip dari sumber yang sama, berikut ragam dan makna ukiran gorga:

1. Gorga Sompi

Gorga sompi berasal dari kata 'tompi', yakni alat yang digunakan untuk mengikat leher kerbau pada gagang bajak saat membajak sawah. Gorga sompi dimaknai sebagai lambang ikatan kebudayaan.

Fungsi dari ukiran ini dianggap sebagai peringatan bahwa tidak baik menyisihkan golongan-golongan tertentu dalam masyarakat. Ukiran ini dianggap sebagai suatu makna menjalin kehidupan sosial yang saling mencintai.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

Gorga Ipon-ipon

2. Gorga Ipon-ipon

Gorga ipon-ipon merupakan gorga hiasan tepi yang berfungsi untuk memperkuat komposisi. Beberapa gorga ipon-ipon memiliki bentuk yang sama, yaitu geometris.

Adapun salah satu bentuk geometrisnya berlapis menyerupai empun, sehingga disebut sebagai ombu marhehe. Ombu marhehe dimaknai sebagai lambang kemajuan karena setiap insan mengharapkan keturunannya berpendidikan.

3. Gorga Desa na Ualu (Mata angin)

Gorga desa na ualu merupakan ukiran gorga yang terdapat pada kanan dan kiri rumah adat Batak. Gorga ini dimaknai sebagai simbol perbintangan yang menentukan saat-saat baik manusia dalam melakukan aktivitas kerjanya, seperti bertani, menangkap ikan, hingga aktivitas yang berkaitan dengan ritual.

4. Gorga Simata ni ari (Matahari)

Gorga simata ni ari umumnya diletakkan di sebelah sudut dorpi (dinding papan). Gorga yang bermakna sebagai sumber kekuatan hidup dan penentu jalan kehidupan ini sering juga disebut sebagai purba manusia.

 

Gorga Simarogung-ogung

5. Gorga Simarogung-ogung

Ogung berarti alat musik gong. Ukiran gorga simarogung-ogung terdapat di setiap rumah adat.

Ukiran ini dimaknai sebagai kegembiraan, kejayaan, dan kemakmuran. Bagi orang yang yang memiliki kekayaan, maka akan disebut parbahul-bahul na bolo, artinya seorang yang kaya yang pengasih dan pemurah.

6. Gorga Singa-singa

Gorga singa-singa berasal dari kata singa-singa, yang diartikan sebagai berkharisma dan berwibawa. Gorga singa-singa terdiri dari wajah manusia dengan lidah yang terjulur ke luar hampir mencapai dagu.

Pada bagian kepala dihiasi dengan kain tiga bolit. Sementara itu, pada bagian bawah tergambar sikap kaki yang berlutut, persis di bawah kepala tersebut.

7. Gorga Jenggar dan Jorngom

Gorga jenggar dan jorngom merupakan gorga berbentuk raksaksa yang biasanya terdapat pada bagian tengah tomboman adop-adop dan halang gordang. Gorga ini mirip seperti hiasan yang terdapat di candi.

Gorga jenggar dan jorngom dimaknai sebagai penjaga keamanan. Bentuk raksasa dianggap sebagai dewa yang sanggup melawan segala jenis setan.

8. Gorga Boras Pati (Cecak)

Gorga boras pati disebut juga sebagai bujonggir, yakni gambar cicak yang ekornya bercabang dua. Cicak tersebut terkadang dianggap dapat memberi peringatan atau tanda melalui tingkah laku dan suaranya yang bisa membantu manusia terhindar dari bahaya ataupun mendapatkan kekayaan.

Gorga ini menyimbolkan pelindung harta kekayaan manusia dan mengharapkan dapat berlipat ganda.

 

Gorga Adop-adop (Susu)

9. Gorga Adop-adop (Susu)

Gorga adop-adop berbentuk hiasan susu (payudara) yang selalu dihiasi oleh boras pati, sehingga seolah mulutnya mendekati payudara. Gorga ini bermakna sebagai susu atau payudara yang melambangkan kesuburan dan kekayaan.

Sering kali, gorga ini juga dibuat sebagai lambang keibuan atau inanta parsonduk bolon, yang artinya pengasih dan penyayang.

10. Gorga Hariara Sudung di Langit

Gorga hariara sudung di langit memiliki bentuk seperti pohon hayat yang ada di Sumatera Selatan atau gunungan di Suku Jawa. Gorga ini bermakna sebagai manusia yang harus senantiasa mengingat penciptanya.

11. Gorga Gaja Dompak

Gorga gaja dompak memiliki bentuk seperti gorga jenggar, bedanya hanya dalam posisi pemakaiannya. Gaja dompak diletakkan tergantung pada ujung dila paung.

Gorga ini bermakna sebagai simbol kebenaran bagi orang Batak. Artinya, manusia harus mengetahui hukum yang benar ialah hukum yang diturunkan oleh Tuhan Mulajadi Nabolon.

12. Gorga Dalihan na Toru

Gorga dalihan na toru merupakan gorga yang berbentuk jalinan sulur yang saling terikat. Hal ini melambangkan falsafah dalihan na toru yang merupakan falsafah hidup orang Batak dalam menjalin hubungan dengan sesama manusia.

 

Gorga Simeol-eol

13. Gorga Simeol-eol

Gorga ini berasal dari kata 'meol-meol', yang artinya melenggak-lenggok. Pada ukiran gorga ini bentuk garisnya melengkung meliuk keluar yang menunjukkan keindahan sehingga menimbulkan kesan gaya klasik.

Gorga ini bermakna sebagai lambang kegembiraan dan berfungsi untuk menambah keindahan.

14. Gorga Sitagang

Gorga sitagang berasal dari kata 'tagan', yang artinya kotak kecil untuk menyimpan sirih, rokok, dan benda kecil lainnya. Gorga ini memiliki bentuk simetris, seperti tutup kotak dan kotak yang ditutup pada tagan tersebut.

Gorga sitagang memiliki makna kerendah hatian dalam menerima tamu.

15. Gorga Sijonggi

Gorga sijonggi berasal dari kata 'jonggi', artinya lambang dari kejantanan yang terkenal pada kelompok sapi. Sapi jantan yang memimpin rombongan dikatakan sebagai lombu jonggi. Makna pada gorga ini ialah keperkasaan yang dihargai dan dihormati (pahlawan).

16. Gorga Silintong

Gorga silintong memiliki bentuk seperti putaran air. Gorga ini dianggap sebagai gerakan pusaran air yang garisnya indah.

Air silitong terdapat dalam guci yang disebut pagar, yaitu sejenis air yang mengandung kesaktian. Air sakti dianggap istimewa, oleh karena itu tidak semua rumah memilikinya.

Gorga silintong memiliki makna simbolik, yakni dianggap sebagai kekuatan sakti yang dapat melindungi manusia dari segala bala. Ukiran ini biasanya dimiliki oleh raja-raja adat yang dianggap berilmu, seperti datu atau guru dalam ilmu yang dianggap ajaib sehingga mampu melindungi masyarakat.

17. Gorga Iran-iran

Iran ialah sejenis penghias muka manusia agar terlihat menarik dan berwibawa. Oleh karena itu, gorga ini dimaknai sebagai lambang kecantikan.

18. Gorga Hoda-hoda

Gorga hoda-hoda merupakan gambaran ilustrasi yang disebut 'diulang-ulang' dengan gambar orang yang sedang mengendarai kuda (hoda). Gambar pada gorga ini menceritakan suasana pesta adat mangaliat horbo (pesta besar).

Gorga ini bermakna sebagai kebesaran, melalui gambar mangaliat horbo, ukiran ini menandakan pemilik rumah berhak untuk melakukan pesta.

19. Gorga Ulu Paung

Gorga ulu paung berbentuk menyerupai gambaran setengah manusia dan setengah hewan. Ulu paung bermakna sebagai simbol keperkasaan untuk melindungi manusia dalam seisi rumah. Oleh karena itu, gorga ulu paung dijadikan sebagai penjaga setan-setan dari luar kampung.

 

Penulis: Resla Aknaita Chak

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya