Meninggal Dunia, Ini Profil Tjetje Hidayat Budayawan Sunda yang Aktif di Dunia Politik

Sesepuh budayawan Sunda, Tjetje Hidayat Padmadinata, dikabarkan meninggal dunia pada usia 89 tahun.

oleh Huyogo Simbolon diperbarui 09 Nov 2022, 20:16 WIB
Diterbitkan 09 Nov 2022, 19:56 WIB
Tjetje Hidayat Padmadinata
Tjetje Hidayat Padmadinata. (Foto: Humas Bandung)

Liputan6.com, Bandung - Sesepuh budayawan Sunda, Tjetje Hidayat Padmadinata, dikabarkan meninggal dunia pada usia 89 tahun. Tjetje, mengembuskan napas terakhir pada Rabu (9/11/2022) pukul 16.45 WIB.

Atas kabar tersebut, Wali Kota Bandung Yana Mulyana mengaku sangat kehilangan dan turut berduka.

"Atas nama Pemerintah Kota Bandung dan pribadi, saya turut berduka. Semoga semua amal ibadahnya diterima Allah SWT," kata Yana.

Menurut Yana, Kang Tjetje merupakan salah satu tokoh yang sering memberikan pemikiran dan masukan kepadanya. Karena itu, Kota Bandung amat berduka atas kepergiannya.

"Semoga keluarga yang ditinggalkan tabah dan diberikan kekuatan," ujar Yana.

Informasi yang dihimpun, jenazah Tjetje Hidayat akan dibawa ke rumah duka di Jalan Sagitarius Nomor 1. 

Kepergiannya begitu meninggalkan duka mendalam bagi tanah pasundan. Semoga almarhum Tjetje mendapatkan tempat terbaik di sisi Tuhan Yang Maha Esa.

Aktivis dan Politikus

Tjetje Hidayat Padmadinata lahir pada 22 Juni 1933. Sejak muda, ia dikenal sebagai aktivis dan politikus nasional lintas zaman, mulai dari Orde Lama, Orde baru, dan Reformasi.

Tjetje terus bersuara untuk meluruskan berbagai ketimpangan kekuasaan. Bahkan, karena sikap tegasnya, ia kerap dijuluki aktivis 'mahiwal' alias, lain dari yang lain.

Selain itu, Tjetje juga aktif menulis sejak 1960 sebagai sastrawan, kolumnis, dan jurnalis. Tulisannya umumnya terkait dengan komitmennya terhadap masalah kenegaraan dan politik, baik lokal, nasional, regional, maupun internasional. 

Tjetje dianggap sebagai tokoh pendobrak yang mendahului zamannya. Konsekuensi dari sikapnya itu, sejak 1960 Kang Tjetje mesti merasakan pahit getirnya menjadi tahanan politik karena dituduh sebagai mahasiswa pendukung Gerakan Perdamaian Nasional (GPN).

Kalangan elite Indonesia mengenal Tjetje sebagai pengkaji ilmu politik, politisi multitalenta, sekaligus politikus yang teguh dalam memelihara integritas atas dasar moralitas dan budaya adiluhung. 

Atas dasar semua itu, Tjetje pun memperoleh gelar Doktor Honoris Causa bidang politik dari Universitas Pasundan. Sampai memasuki usia senjanya, Tjetje tetap aktif walau tak memiliki jabatan apa pun.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya