Terfo, Tenun Suku Sobey Papua dari Daun Nipah

Tak ada ritual khusus dalam mengambil daun pucuk muda ini, tetapi harus hati-hati agar daun tidak rusak.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 24 Des 2022, 09:00 WIB
Diterbitkan 24 Des 2022, 09:00 WIB
Ilustrasi Papua
Ilustrasi Papua (Google Maps)

Liputan6.com, Papua - Terfo merupakan salah satu jenis tenun yang berasal dari Suku Sobey yang tinggal di Kampung Sawar, Distrik Sarmi, Kabupaten Sarmi, Papua. Tenun ini berupa anyaman yang memanfaatkan daun nipah sebagai bahan dasar.

Mengutip dari warisanbudaya.kemdikbud.go.id, masyarakat setempat menyebut daun nipah sebagai daun nibung. Keahlian para penenun terfo merupakan keahlian para perempuan yang diajarkan secara turun-temurun.

Kain tenun terfo juga bisa dikatakan sebagai warisan nenek moyang yang masih diajarkan secara turun-temurun hingga saat ini. Disebut tenun karena dalam pembuatannya, terfo menggunakan alat bantu berupa alat tenun sederhana.

Namun, dalam proses belajar menenun, anak-anak biasanya diajarkan membentuk anyaman dengan menggunakan benang wol. Seperti yang diketahui, bahan baku utama terfo adalah pohon nipah (Oncosperma tigillarium) Dalam bahasa etnis Suku Sobey, bahan ini disebut pea.

Bagian dari pea yang diambil adalah pucuk daun yang masih muda. Tak ada ritual khusus dalam mengambil daun pucuk muda ini, tetapi harus hati-hati agar daun tidak rusak.

Penenunan yang dilakukan oleh para perempuan ini dilakukan di waktu pembuatan yang bergantung pada bentuk yang akan dibuat. Jika akan membuat kain, biasanya proses penenunan memakan waktu lebih dari satu minggu.

Namun, ada juga pembuatan kain terfo yang membutuhkan waktu sangat lama, yakni hingga satu bulan. Proses tersebut terhitung mulai dari pengambilan bahan di hutan, perebusan daun nipah, pewarnaan, pemintalan menjadi benang, hingga proses penenunan.

Adapun pewarnaan kain terfo menggunakan warna alam, yakni daun palem yang dikeringkan selama 3 hari, kemudian direbus selama 1 jam sehingga serat-seratnya terlepas. Serat-serat tersebut kemudian disimpan dalam sebuah wadah.

Setelah dingin dan kering, serat dipisah-pisah dan dibersihkan. Serat yang sudah dibersihkan pada air laut, kemudian dibilas dengan air bersih.

Selanjutnya, serat-serat tersebut dikeringkan di bawah matahari selama beberapa jam dan dipilin menjadi benang. Benang selanjutnya dicelup ke dalam bahan pewarna merah, hitam, kuning, atau biru. Sementara warna putih merupakan warna dasar.

Motif pada kain terfo adalah persilangan garis yang menarik. Pada masa lalu, kain Terfo digunakan sebagai baju adat dan keperluan adat lainnya.

Kain terfo umumnya digunakan sebagai bawahan bagi perempuan dalam upacara adat. Kain ini juga bisa digunakan sebagai selendang.

Adapun varian kain terfo bermacam-macam. Kain ini bisa dimanfaatkan sebagai baju, selendang, bawahan, atau bahkan handuk.

 

Penulis: Resla Aknaita Chak

Saksikan video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya