Harapan Warga Enggelam Bisa Video Call Saat Natal Tanpa Harus Memanjat Pohon

Menara BTS di Desa Enggelam, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur lebih sering tidak berfungsi.

oleh Abdul Jalil diperbarui 25 Des 2022, 00:00 WIB
Diterbitkan 25 Des 2022, 00:00 WIB
Menara BTS di Desa Terpencil
Menara BTS yang dibangun oleh Kementerian Komunikasi Dan Informatika yang dibangun Agustus 2022 lalu lebih sering tidak berfungsi.

Liputan6.com, Kutai Kartanegara - Wildan segera mengambil ponsel pintar miliknya. Dia lalu menghubungi liputan6.com melalui panggilan video mengabarkan jika desa tempatnya bertugas telah memiliki sinyal telekomunikasi seluler.

Saat itu, pertengahan Agustus 2022, pembangunan Base Transceiver Station atau BTS telah rampung dikerjakan di Desa Enggelam, Kecamatan Muara Wis, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.

Raut wajah bahagia Wildan tak bisa disembunyikan saat panggilan video tersebut berlangsung.

“Kita sudah bisa video call, mas bro,” ujarnya seraya tersenyum saat itu.

Pembangunan BTS di desa terpencil dan terisolir ini merupakan bagian dari program kerja Kementerian Komunikasi dan Informasi melalui Badan Aksesibilitas dan Informasi (Bakti). Tujuan utamanya mempercepat pembangunan menara BTS di wilayah terluar, tertinggal, dan terdepan.

Desa Enggelam terpilih karena desa ini termasuk sulit diakses dan masih masuk kawasan blank spot. Wildan yang merupakan seorang tenaga kesehatan di desa tersebut selama ini harus bersusah payah hanya sekedar untuk menghubungi Puskesmas di pusat kecamatan yang nun jauh di sana.

“Setidaknya pekerjaan saya jadi lebih mudah,” kata Wildan, Jumat (23/12/2022).

Namun, keberadaan menara BTS itu tak lantas mempermudah komunikasi warga setempat. Hingga akhir Desember 2022, menara ini lebih sering tidak berfungsi.

“Menara itu sudah tidak berfungsi lebih dari sebulan. Sejak beroperasi, bisa dipakai telepon dan WA saja,” katanya.

 

Harapan Natal yang Sirna

Anggota DPRD Kutai Kartanegara Sopan Sopian
Anggota DPRD Kutai Kartanegara Sopan Sopian saat mengunjungi salah satu tempat pengolahan ikan di Kecamatan Muara Muntai, Kabupaten Kutai Kartanegara.

Wildan menjelaskan, menara BTS itu juga sering tidak memancarkan sinyal seluler. Beberapa kali warga kesulitan mendapatkan jaringan.

Parahnya pada Desember ini sama sekali tidak beroperasi. Padahal warga mendengar mesin di bawah menara berfungsi namun tidak memancarkan sinyal sama sekali.

“Biasanya kalau sinyalnya ada, cuma bisa buat kirim WA, tidak bisa yang lain,” sambungnya.

Wildan adalah tenaga kesehatan asal Lombok, Nusa Tenggara Barat yang bersedia ditempatkan di desa terpencil seperti Desa Enggelam. Dia sangat butuh alat komunikasi untuk pelayanan kesehatan ke Puskesmas di pusat kecamatan.

Dia lebih sering hilir mudik menggunakan perahu bermesin tempel untuk mengantar pasien rujukan melalui sungai kecil yang meliuk di tengah hutan hujan tropsi dataran rendah kalimantan. Di saat genting, dia terpaksa berlari ke bukit belakang desa, memanjat pohon, untuk mendapatkan sedikit sinyal agar bisa mengirimkan kabar kondisi pasien yang ditanganinya.

“Kita sangat berharap menara BTS ini benar-benar berfungsi,” kata Wildan.

Padahal sejak selesai dibangun, warga sudah membayangkan merayakan Natal dengan sinyal telekomunikasi yang memadai. Saling berbagi kabar, panggilan suara dan video, hingga berbagi konten sudah menjadi harapan warga.

Namun harapan itu sirna. Kehadiran menara BTS pun tak menjamin hadirnya kemudahan akses telekomunikasi.

 

 

Harapan Natal

Anggota DPRD Kabupaten Kutai Kartanegar Sopan Sopian menyesalkan menara BTS tidak berfungsi sama sekali. Dia bahkan menyebut menara tersebut hanya aktif sebulan saja.

“Karena ini program dari kementerian, kita mengharapkan bahwa komunikasi di wilayah pedalaman ini bisa mengakses jaringan internet,” kata Sopan melalui sambungan telepon.

Pihaknya juga sudah berusaha menghubungi pelaksana proyek pembangunan menara BTS tersebut termasuk perusahaan yang menangani operasional dan perbaikannya. Hanya saja, tak ada jawaban yang memuaskan.

“Harusnya ini dipertanyakan kenapa tidak berfungsi, padahal terhitung baru dibangun.” Katanya.

Setelah berkomunikasi dengan pelaksana proyek pembangunan dan perawatan, Sopan Sopian hanya mendapat jawaban upaya pemeriksaan saja. Dalam kondisi akhir tahun seperti ini, rasanya sulit memenuhi harapan warga di saat Natal.

“Berfungsinya menara BTS ini sangat dibutuhkan masyarakat di sana, mengingat kebutuhan komunikasi masyarakat pedalaman ini sejak lama tidak ada,” sambungnya.

Padahal jika menara BTS ini berfungsi, juga akan membantu desa di sekitarnya yang juga blank spot. Setidaknya, ada jarak terdekat untuk mengakses komunikasi.

“Kita mengharapkan sebelum natal ini, karena warga di sana mayoritas nonmuslim mau merayakan Natal, berharap segera difungsikan kembali,” ujar Sopan Sopian.

Menara BTS di Desa Enggelam tampak menjulang tinggi namun tanpa fungsi. Meski tinggi, namun harapan warga desa soal kemudahan berkomunikasi tak bisa digantungkan di ketinggian menara tersebut. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya