Liputan6.com, Padang - Badoncek merupakan tradisi milik masyarakat Minangkabau, khususnya masyarakat Padang Pariaman. Tradisi ini berupa aksi spontan yang bertujuan untuk mengumpulkan dana.
Dana yang didapatkan tersebut nantinya digunakan untuk kepentingan adat, sosial, dan agama. Hal ini sangat berguna untuk mengatasi persoalan dana yang tidak bisa diatasi secara perorangan.
Mengutip dari 'Badoncek dalam Tradisi Masyarakat Padang Pariaman Sumatra Barat' oleh Widia Fithri, saat tradisi ini berlangsung, masyarakat akan diprovokasi oleh tukang Janang untuk menyumbang lebih banyak. Tak hanya terkait jumlah, provokasi tersebut juga akan membuat setiap warga ingin menyumbang secara terus-menerus melebihi yang lainnya.
Advertisement
Advertisement
Baca Juga
Hal tersebut juga merupakan gambaran adanya persaingan positif dalam badoncek. Badoncek sering diadakan pada acara halal bihalal, yakni saat beberapa perantau Miangkabau pulang ke kampung halamannya.
Para perantau pun berlomba untuk memberikan sumbangan lebih banyak sebagai wujud rasa cinta kepada kampung halaman. Selain itu, besaran angka yang diberikan pada tradisi ini sekaligus sebagai pembuktian eksistensi dan keberhasilannya di kota perantauan.
Badoncek atau tradisi patungan ini bisa mengumpulkan dana dalam jumlah besar, bergantung dari kelihaian tukang Janang memainkan perannya. Jika dana sudah terkumpul, uang tersebut biasanya akan digunakan untuk membangun masjid, memperbaiki jalan, dan mempercantik sarana lainnya.
Tujuan dana yang didapatkan dari badoncek biasanya akan disampaikan terlebih dahulu sebelum tradisi dimulai. Kemudian, tukang Janang memanggil nama warga secara acak. Nama yang disebutkan tersebut nantinya akan menyumbangkan uang yang ia miliki.
Saat bersorak, tukang Janang akan mengucapkan 'sia lai' dan 'sakatek baru'. Ia juga membawa katidiang (keranjang anyaman). Badoncek akan menjadi tradisi yang meriah dan menyenangkan karena mengandung banyak nilai, seperti goyong-royong, kebersamaan, hubungan sosial, dan lainnya.
Penulis: Resla Aknaita Chak